Petugas Administrasi Yang Bahenol Bag 3



Setelah dua tahun aku bekerja di perkebunan karet di Kalimantan, aku mengundurkan diri karena diterima di perusahaan lain yang gaji dan fasilitasnya sangat baik walaupun masih sama-sama bergerak di bidang perkebunan. 

Aku diterima sebagai Internal Audit Plantation Staff di salah satu perusahaan perkebunan besar. Penempatanku di Jakarta tapi setiap 2 minggu aku mengunjungi cabang-cabang perkebunan perusahaan tempatku bekerja. Rekan kerjaku hanya 3 orang dimana dua orang adalah perempuan yang bernama Sinta dan Ivone.
Sinta berumur 27 tahun dan sudah menikah selama 3 tahun, tapi belum mempunyai anak. Suaminya adalah sales mobil yang bekerja sangat keras serta selalu pulang malam demi mengejar target penjualan. Dia berasal dari Sukabumi, wajahnya cantik, kulitnya kuning langsat dan bodinya sangat ramping tapi payudaranya montok (ukuran 36 A). 

Dia kadang mengajak aku untuk berbelanja setelah mengenal diriku yang katanya easy going dan suka membantu setelah aku bekerja dengannya.
Setelah 1 bulan aku bekerja, aku ditugaskan bersama Sinta untuk mengaudit kinerja dan budget salah satu cabang perkebunanku di Kalbar selama dua minggu. Rekan kerjaku lainnya sedang mengaudit di Lampung, sedangkan Ivone yang sedang hamil hanya di kantor karena atasan kami tidak memperbolehkan untuk mengaudit di lapangan. Hari senin kami berangkat ke Pontianak pada siang hari setelah mendapat briefing dari atasan kami.

Sampai di ibukota propinsi Kalbar, kami dijemput oleh sopir perkebunan dan melanjutkan perjalanan darat selama 4 jam. Sore hari kami sampai di guest house perkebunan dan disambut oleh manager kebun. Malam harinya setelah makan, kami hanya berdua di guest house tersebut sambil nonton tv. Guest house terletak sekitar 20 meter dari perumahan staff dan manager. 
Aku dan Sinta menonton TV di ruang depan sambil ngobrol. Sinta memakai baby doll biru muda dengan celana selutut.

“Sebelum aku masuk, biasanya siapa aja yang ke kebun Sin ?” tanyaku

“Biasanya sih aku bersama 2 orang yang turun. Tapi karena saat ini kita kekurangan personel ya hanya berdua yang mengaudit” jawabnya

“Ooo…..dulu memang berapa orang dalam grup kita ?” tanyaku

“Dulu grup kita ada 6 orang, jadi dibagi 2 tim untuk menyelesaikan pekerjaan” jawabnya

Jam 22.00 kamipun beristirahat di kamar masing-masing. Lima malam kami tidak mengobrol karena kesibukan kami bekerja bahkan sampai malam hari walaupun pada hari libur. Kami menemukan beberapa kejanggalan dalam laporan manager tersebut dan melacak sumbernya dan akhirnya dapat diselesaikan karena hanya kesalahan input.

Malam keenam kami berdiskusi untuk menyelesaikan audit kami yang lebih cepat dari perkiraan. Setelah berdiskusi, kami ngobrol tentang kehidupan kami sampai hal yang pribadi. Aku bercerita tentang hubunganku dengan pacarku yang tidak disetujui oleh orangtuanya dan pacarku satunya yang telah meninggal karena sakit kanker. 

Sinta menceritakan tentang suami dan pekerjaannya. Dia sangat kesepian karena suaminya bekerja sampai malam bahkan kadang tidak pulang. Weekend pun suaminya jarang menemaninya. Sinta berharap dengan adanya anak dapat mengobati kesepiannya, tapi ternyata hal itu belum dikabulkan oleh Yang Kuasa. Dan sering mertuanya yang kaya raya menyindir dirinya yang belum bisa memberikan dia cucu.

Dia juga bercerita, selain jarang melakukan hubungan suami istri, dia juga jarang mendapatkan kepuasan. Kadang kadang dia jengkel saat nafsunya sudah diubun-ubun, tapi suaminya sudah keluar. Sinta mengatakan bahwa dari pertama kali menikah dapat dihitung dia mendapat orgasme. Itupun saat awal pernikahannya.

“Kalian sudah periksa ke dokter” kataku

“Sudah dan hasilnya mengejutkan, suamiku spermanya lemah dan susah untuk membuahi” katanya

“Sabar Sinta, pasti semua ada jalan kok” kataku untuk membuatnya senang

Akhirnya Sinta masuk ke kamarnya dan tidur. Aku yang belum bisa tidur kemudian menonton TV dan tertidur di sofa.

Pagi harinya kami menyelesaikan pekerjaan kami dan membuat resume hasil Audit. Siang harinya kami berangkat ke ibukota propinsi untuk kembali ke Jakarta.
Sampai di di ibukota propinsi kami menyuruh sopir untuk mencari hotel untuk menginap. Malam harinya kami makan di sebuah rumah makan seafood. Sebelum pesanan kami datang, Sinta bertanya padaku

“Gun, kamu kemarin bilang semua ada jalan. Tadi malam aku berfikir untuk mengambil jalan terbaik” katanya

“Jalan terbaik bagaimana?” tanyaku

“Eehhm……..maukah kamu ?” tidak dilanjutkan pertanyaannya sehingga membuatku penasaran

“Mau apa?” tanyaku

“Kamu…..memberikan keturunan kepadaku agar aku tidak kesepian” bisiknya ditelingaku sambil bergetar

“Sinta….” Kataku

“Gun, kalo nggak mau aku ndak maksa kok, anggap aja angin lalu” katanya

“Sinta, kalo aku sih nggak masalah. Tinggal kamunya aja, siap atau tidak?” tanyaku

Kami pun diam ketika pesanan kami datang. Akupun berfikir mendapat durian runtuh, yang sangat jarang terjadi. Apalagi sosok Sinta menjadi idamanku dan bayangannya menjadi impianku dalam tidur.

“Gun, aku siap apapun resikonya, aku juga mau membuktikan bahwa aku dapat memberikan keturunan walau bukan dari suamiku” katanya

“Ya sudah, malam ini kamu ke kamarku yah jam 22.00” kataku

“Ahh….kelamaan, selesai makan saja…aku lagi subur nih….” katanya

Kamipun makan sambil aku menceritakan lelucon-lelucon kecil agar Sinta rileks dan santai sehingga saat kami bercinta Sinta akan menikmatinya.

Sampai dikamar, Sinta kelihatan agak canggung. Tapi segera aku peluk tubuhnya yang tinggi sekitar 168 cm dan aku cium bibirnya yang sangat menawan rambutnya yang panjang dan menutup sebagian wajahnya aku sibakkan ke punggungnya. Sinta yang tadinya canggung mulai menampakkan gairahnya dengan dibalasnya ciumanku dengan ganas. Tanganku meremas-remas payudaranya yang montok dan kenyal.

Sekitar 10 menit kami melakukan ciuman yang sangat menggairahkan di pintu kamar sambil berdiri. Setelah itu aku gendong tubuh Sinta keatas ranjangku dan tak lupa melucuti pakaiannya serta pakaianku hingga tinggal celana dalam saja yang tertinggal.

Payudara Sinta sangat menggairahkan, kulitnya putih mulus, putingnya merah muda, walau ukurannya agak kecil tapi sangat kenyal dan padat.
Setelah itu aku mulai menjilati leher, kuping dan akhirnya payudaranya termasuk pentilnya yang sudah mengeras. Tangan kananku mencari celah memeknya dan kudapati celana dalamnya sudah basah oleh cairan nikmatnya. Tanganku kemudian menyelip ke dalam celana dalamnya dan menggosok lembut memeknya serta mencari clitorisnya yang sudah membesar seperti biji jagung.

Tangannya mengelus elus penisku yang sudah tegak menantang dalam celana dalamku.

“Besar banget punyamu, apa muat dalam memekku?” katanya

“Nanti kita akan tahu sayang” jawabku

Setelah puas menjilat bagian atas tubuhnya, jilatannya mulai aku turunkan ke perut dan pusarnya. Celana dalamnya aku lepas dengan lembut. Woooww……ternyata memeknya sangat indah mengoda. Memeknya berwarna merah muda merekah indah, jembutnya tercukur rapi dengan bulu yang pendek.
Aku dengan tidak sabar segera menjilati memeknya yang basah oleh cairan nikmatnya serta aku hisap clitorisnya. Memek sinta sangat wangi dan rasanya asin tapi sangat gurih sehingga aku sangat terangsang.

“Oohhh…oohhh….oohhh…..” desah Sinta saat memeknya aku jilat dengan ganas

Tanganku meremas dan memilin putting payudaranya yang sudah mengeras dan mengacung tegak. Sensasi ini sangat membakar nafsu birahinya.

“Slurrpp….slurppp….slurrpppp…….” bunyi jilatan lidahku pada memeknya yang sudah sangat basah

“Oohhh……enaaakkkk…Gunn……..” desahnya

Lidahku mencucuk-cucuk memeknya yang mulai banjir dan menghisap clitorisnya yang membesar. Tak lama kemudian, tubuh Sinta mengejang disertai kakinya menjepit kepalaku sampai aku tidak bisa bernafas. Tangannya menahan kepalaku di memeknya yang mengeluarkan cairan nikmatnya.

“Oohhh….Guunnnn….aaa….kuuuu….keee….luu…aarrrr……..” jeritnya saat ledakan orgasmenya sudah tidak dapat dibendung

Akupun menelan semua cairan nikmat Sinta yang keluar hingga bersih. Setelah jepitan kakinya sudah longgar, akupun segera mencium bibirnya. Nafasnya masih terengah-engah dan pipinya bersemu merah.

“Gile loe Gun…..Loe buat aku melayang” katanya

“Ntar lagi akan lebih hebat sayang…” kataku

Setelah memberikan Sinta istirahat dan minum air putih, aku mulai merangsang kembali titik rangsangnya. Akupun menempatkan tubuhku diatas tubuhnya dan menciumi bibirnya yang seksi.

Tangan Sinta mengelus dan membimbing penisku untuk masuk dalam memeknya.

“Bless…..” seperempat penisku masuk dalam memeknya

“Aduhh Gunn…..sakitt….” teriaknya

Akupun menghentikan sodokanku dan menggoyang pinggulku seperti mengebor disertai jilatan lidahku pada putting payudaranya. Strategi ini berhasil, tak lama kemudian setengah penisku masuk dalam memeknya. Kemudian aku mulai menyodok dengan lembut dan pelan.
Lama-lama memek Sinta dapat menerima penisku seutuhnya. Kemudian dengan sekali sodokan, penisku masuk seluruhnya dalam memek Sinta sampai mentok ke rahimnya.

“Ohh…..enaakkkk…” desah Sinta ketika aku mempercepat sodokanku 

“Ohh…..Siinn….memekmu sempit bangett……” desahku sambil menyodok memeknya dengan cepat

“Kecepok….kecepok…kecepok…..” bunyi penisku beradu dengan memeknya yang sudah sangat basah dan berkali-kali mentok ke rahim sinta

Sekitar 15 menit kemudian Sinta mengejang hebat. Kakinya menyilang dan menjepit pinggulku sedangkan tangannya mencakar punggungku

“Oohhh………….aaa…kuuu…..keee……..luuu……aarrrr…………” jerit Sinta keras dan segera kusumpal bibirnya dengan bibirku agar bunyinya tidak mengundang kecurigaan orang

Memeknya meremas hebat penisku disertai sedotan memeknya yang kuat. Guyuran cairan nikmatnya kurasakan hangat pada penisku.
Setelah itu, aku diamkan beberapa saat penisku dalam lubang memek Sinta agar dia dapat meresapi orgasmenya yang pertama
Setelah beristirahat sebentar, tubuh Sinta aku posisikan menungging dan tangannya memegang ranjang. Setelah itu aku mulai memasukkan penisku dalam memeknya dengan perlahan. Dengan agak susah payah, penisku masuk seluruhnya dalam memeknya.

Setelah itu aku sodok dengan tempo pelan. Tangan kiriku meremas payudara dan memilin pentilnya sedangkan tangan kananku menggosok clitorisnya. Hal ini membangkitkan nafsu birahi Sinta yang tadinya sudah menurun. 

“Oohhh……oohhh…..oohhhh…..” desahku ketika sodokanku mulai cepat

“Guunnnn………..niikkk….maaatttt…..” desah Sinta

Sodokanku yang cepat disertai dengan aktifnya tanganku di titik rangsangnya membuat Sinta semakin bergairah. Tangannya meremasi ujung sprei hingga acak-acakan. Beberapa kali Sinta mengangkat tubuhnya dan menempel di tubuhku. Tangannya meremasi kepalaku. Saat itupun jilatanku menelusuri leher, kuping dan ketiaknya. Beberapa kali juga bibir kami beradu dengan ganasnya.

“Guunnnn….aakuuu…mo…keluar lagiii…..” desahnya

“Tahan Sin…..aku juga mo keluarr…..” desahku

Tidak lama kemudian memek sinta meremas dan menyedot kembali penisku dengan hebat. Badannya kemudian ambruk ke bantal dan tangannya mendekap erat bantal tersebut.

Sebentar kemudian aku juga tidak dapat menahan desakan spermaku yang sudah berada di ujung penisku

“Ooohhh…..Sinnn….aaaa….kuuuu…..keee…luuu….aarrrr…. ” Teriakku saat menumpahkan spermaku dalam memek sinta

“Sreettt….sreett…..crooottt…..crrootttt…..crroottt t” Sepuluh kali semburan spermaku mengucur deras dalam memek Sinta

Selama dua menit aku diamkan penisku dalam memeknya sambil memberikan kesempatan spermaku yang sudah dua minggu lebih tidak aku keluarkan dapat masuk semuanya dalam memek Sinta.

“Nungging dulu Sin, biar spermaku masuk semuanya” kataku 

“Plop…….” Bunyi penisku saat keluar dari memek Sinta. Akupun berbaring di sebelah tubuh Sinta yang masih menungging.

Kulihat spermaku meleleh dari memek Sinta dan menetes ke ranjang. Sepertinya memek sinta tidak cukup menampung seluruh sperma yang aku keluarkan.
Tiga menit kemudian tubuh Sinta dibaringkan membelakangi tubuhku

“Busyett loe Gun….kuat banget kamu, aku sampai gak sanggup melayanimu” katanya

“Ah….yang penting kamu puas kan” kataku

“Suamiku aja gak sampai 10 menit dah keluar” katanya

“Bukan waktu Sin yang penting, tapi kepuasannya” kataku

“Dulu saat habis nikah aja aku sering dipuaskan suamiku, tapi sekarang sudah tidak pernah. Paling aku baru setengah jalan, ehh…suamiku dah keluar….” Ceritanya

“Pemanasannya cukup kagak?” tanyaku

“Kalo pemanasannya gak pernah lama, dan gak pernah sampai menjilat memekku” katanya

“Goblok banget suamimu itu. Padahal itu bagian yang terpenting yang dapat meningkatkan gairah cewek” jelasku

“Kamu sering ngesex yach?” tanyanya

“Gak pernah koq, baru sekali ini” jawabku berbohong

“Tapi kok tau cara yang merangsang dan menaikkan nafsuku?” tanyanya

“Sin…sin…sekarang kan jaman maju, film bokep banyak, buku porno berlimpah ruah, rubrik konsultasi seks bertebaran di majalah. Anak SMA pun sekarang udah pintar bercinta” jawabku

“Wiihh…..spermamu kental banget, mana panas lagi waktu keluar” katanya sambil mengorek spermaku yang ada di memeknya

“Jilat aja Sin, penuh protein lho, bisa bikin awet muda” candaku

“Gile kamu, jijik tau…” jawabnya 

“Ha…ha..ha...walau jijik tapi dicari” tawaku

“Gile loe….” Katanya sambil mencubit penisku yang sudah mengecil

Setelah bercakap-cakap sambil saling merangsang, nafsu birahi kami mulai naik. Aku cium bibirnya dan lidahku aku belitkan di lidahnya. Sinta membalas ciuman dan belitan lidahku dengan ganas. Kemudian aku naik diatas tubuhnya dan merangsang seluruh titik rangsangnya di bagian atas. Tangan Sinta mengelus dan mengocok penisku dengan halus. 

Setelah itu jilatanku aku alihkan ke kakinya dimulai dari jari kakinya yang aku emut. Kakinya yang mulus tanpa cela membuat jilatanku semakin bergairah. Jilatanku semakin keatas hingga paha dan akhirnya memek dan clitorisnya.

“Oohh….Guunnn…..masukiiinnnn…aku gak tahan lagi…..” desah Sinta

Setelah itu aku angkat tubuh Sinta diatasku. Sinta yang sudah terangsang hebat segera menempatkan memeknya di atas penisku yang tegak dan keras. Tangannya membimbing penisku memasuki memeknya. 

“Bless….” Seperempat penisku masuk dalam memeknya yang sangat sempit dan susah untuk masuk lagi. Sinta kemudian memutar pinggulnya untuk memudahkan masuknya penisku. Tanganku meremas-remas pantatnya yang sangat merangsang dan jariku aku gosokkan di antara lubang memek dan anusnya.

“Ooohhhh….Guunnn…..” desahnya ketika jariku bermain di antara kedua lubangnya

Sebentar kemudian penisku dapat masuk seluruhnya dalam memek Sinta sampai mentok ke rahimnya. Sinta lalu menggerakkan badannya naik turun dan sesekali mencium bibirku. Tanganku meremas-remas dan memilin pentil payudaranya yang sudah mengeras.
Sekitar 10 menit kemudian, Sinta ternyata sudah sampai di ujung orgasmenya

“Oohh….Gunnn….aku..akuu…..ohhhh……” jerit Sinta ketika orgasmenya meledak

Remasan dan sedotan memek Sinta yang kuat kurasakan pada penisku disertai tubuhnya yang ambruk diatas tubuhku. Aku mendiamkan sebentar dan kemudian membalik tubuh Sinta di bawahku. Setelah itu aku menyodok pelan memek Sinta yang banjir oleh cairan nikmatnya. Setelah itu sodokanku bertambah cepat sambil tanganku bermain di pentil payudara dan bibirku melumat bibirnya dengan ganas.

“Oohhh……oohhhh….memekmu enakk…”desahku

“Gunnn….oohhh……Guunnnnn…..” desah Sinta

Aku memutar pinggulku sehingga penisku menggesek seluruh dinding memek Sinta. Ternyata hal ini membuatnya orgasme kembali.

“Guunn……akuuu…keluar…..laaa….giiii” Jerit Sinta

Kembali kurasakan remasan dan sedotan memek Sinta disertai guyuran cairan dalam memeknya yang hangat. Tubuhnya mengejang hebat dan kukunya mencakar punggungku. Bibirnya menyedot putting susuku dan mengigitnya. Aku yang masih tanggung tetap menyodok dengan cepat. Tubuh Sinta yang sudah lemas tak berdaya terguncang-guncang dengan hebat.

Sekitar 15 menit kemudian spermaku minta untuk dikeluarkan Segera aku dekap tubuh sinta. Kakinya aku naikkan ke bahuku agar semburan spermaku dapat lancar masuk dalam rahimnya.

“Oohh….oohhhh…..ohhhhhhh…….” teriakku saat semburan spermaku masuk dalam memek Sinta. Kurasakan sepuluh kali semburan spermaku 

Penisku yang masih tegang menyodok pelan memek Sinta untuk merasakan kenikmatanku. Dan kurasakan lagi remasan memek Sinta yang kuat disertai sedotan pada penisku. Ternyata Sinta kembali orgasme walau badannya sudah sangat lemas dan tak berdaya. Dua menit kudiamkan penisku dalam lubang memeknya. Setelah penisku mengecil, aku cabut penisku dari memeknya. 

Aku lalu merebahkan tubuhku di belakang tubuhnya dan mendekap tubuh Sinta yang sudah lemas tak berdaya. Nafas kami terengah-engah seperti habis lari marathon 10 km.

“Sudah Gun, aku capek banget……aku nggak sanggup lagi sayang…” kata Sinta lirih

Kulihat jam tanganku diatas meja dan sudah menunjukkan pukul 00.30. Akhirnya kami tertidur pulas di ranjang hotel yang sudah tak karuan akibat pergumulan kami yang hebat. Badan Sinta aku dekap dalam pelukanku sehingga menimbulkan rasa nyaman dan aman bagi Sinta.

Aku terbangun ketika sinar matahari mengenai mataku dan hidungku mencium aroma kopi yang sedap. Tidak kujumpai Sinta dalam pelukanku. Ketika aku lihat jam, teryata sudah pukul 8.00 pagi. Aku lalu mencari Sinta di kamar mandi, dan tak kulihat baju Sinta di kamarku kecuali BH nya yang menggantung di tepi meja. Akupun mandi untuk menyegarkan badanku yang terasa lengket karena keringaku dan keringat Sinta.
Setelah mandi dan mengenakan baju, aku berjalan ke kamar Sinta untuk mengajak sarapan di restoran hotel tersebut. 

“Tok..tok..tok…” bunyi ketokanku di pintu kamar Sinta. Dan setelah pintu terbuka, aku masuk ke kamar Sinta. Dia hanya memakai handuk yang dililitkan di badannya. Dan handuk yang lain dipakaikan di rambutnya. Hal ini membuat nafsu birahiku kembali naik. Ketika dia berbalik, aku dekap tubuh sinta dari belakang.

“Sudah Gun….aku lapar, sarapan dulu……” cegah Sinta sambil menahan badanku

Akhirnya aku mengurungkan niatku untuk bercinta dengannya. Setelah berpakaian di depanku dan memakai make up, kami menuju restoran hotel. Saat di Lift, aku mencium pipi sinta sebagai rasa sayangku kepadanya.

“Gile Gun, punyamu besar banget, sampai sekarang memekku terasa masih mengganjal” katanya

Akupun tertawa dengan keras, dan tawaku berhenti ketika cubitan manja kurasakan mendarat di pahaku. Kamipun sarapan dengan lahap untuk mengembalikan enegi kami yang terkuras semalam.

“Gun, tiket kepulangan kita ternyata besok siang, bukan siang ini. Tadi aku mendapat tiket dari kantor cabang dan pesan bahwa kita masih dapat menginap di hotel ini semalam lagi” kata Sinta sambil tersenyum

“Bagus dong….kan kita bisa buat adik lagi dengan lebih intensif” tawaku

Akhirnya siang itu kami mampir sebentar ke kantor cabang dan kemudian berjalan-jalan mencari oleh-oleh. Sepulang dari berjalan-jalan, Sinta aku giring ke kamarku yang telah rapi dan bersih. Setelah menutup pintu kamar, aku lalu menyerbu bibir Sinta dan meremas payudaranya.

Sebentar kemudian aku melepas seluruh pakaian Sinta sekalian BH dan Celana dalamnya. Sinta yang sudah terangsang, dengan cepat melepas pakaianku dan celanaku, tak lupa celana dalamku dilepasnya juga.
Setelah itu aku mengajak Sinta mandi untuk menyegarkan badan. Akupun menyabuni Sinta dengan lembut dan kulihat punggung Sinta sangat mulus tanpa cacat sedikitpun, kecuali sebuah tahi lalat kecil di belakang lehernya. Perlahan kusabun punggung Sinta dan kugosok bagian punggungnya dan tanganku yang nakal bergeser terus ke bawah. Begitu tanganku menyentuh bagian pantatnya yang padat tanganku mulai meremas dengan gemas. Kuelus dan kugosok pantat Sinta yang kencang dan kenyal. Setelah puas bermain-main dengan pantatnya, tanganku mulai menyabun tubuh Sinta bagian depan. 

Namun, saat itu posisiku masih dibelakang Sinta, jadi tanganku menggosok bagian depannya sambil memeluknya dari belakang. Saking ketatnya pelukanku, tubuh bagian bawah kami saling menempel ketat. Penisku yang sudah sangat tegak dan keras tergencet antara bongkahan pantat Sinta dengan perutku sendiri. Nafsu birahiku semakin naik, apalagi Sinta sengaja menggoyang-goyangkan pantatnya hingga batang kemaluanku tergesek-gesek.

Kedua tangan Sinta diangkat ke atas kepalanya seolah-olah membiarkanku untuk semakin mudah menggosok kedua payudaranya dari belakang. Sementara pantatnya yang menggencet batang kemaluanku sebentar-sebentar digoyang. Nafsuku semakin menjadi dengan perlakuannya itu. Lalu tanganku kugeser ke arah celah memek Sinta dan kugosok lembut memek Sinta dan kucari clitorisnya

“Ooohhh…..teruss Gun…..enaakkkk” desah Sinta 

Jari tangan kananku segera aku siram dengan air dan kemudian aku masukkan perlahan dalam memek Sinta yang sudah agak basah.

“Ooohhh…..enaakk......” Desah Sinta saat aku putar-putar jariku mencari G-spot dalam memeknya

Aku terus memutar jariku dalam memeknya sampai aku temukan tonjolan kecil dalam memeknya dan aku mainkan. Setelah 5 menit jariku bermain di memeknya, Sinta akhirnya mendapatkan orgasmenya.

“Ohh…..ohhh….ohhh…….Guunnnnnn…….” jerit sinta sambil mendekap erat tubuhku. Badannya mengejang di badanku dengan hebat dan bibirnya kucium dengan ganas.

Setelah itu shower aku nyalakan dan tubuh Sinta akhirnya bersih dari sabun. Setelah itu Sinta menyabuni badanku dan menggosok punggungku. Setelah itu tangannya mengelus lembut penisku yang sudah tegak dan keras kemudian mengocoknya pelan.

Lama-lama Sinta mengocok dalam tempo cepat. Halusnya tangan Sinta membuatku sangat terangsang.

“Gun…lama banget keluarnya…” kata Sinta setelah 10 menit mengocok cepat penisku.

“Dia tahu kok, keluarnya harus dalam lubang yang hangat…” kataku sambil membuka keran shower hingga air dingin menyiram tubuh kami

Setelah itu aku mengambil handuk dan aku mengelap tubuhnya, setelah itu tubuhku. Bibir kami masih berciuman dengan ganas. Setelah itu aku gendong tubuh Sinta ke ranjang. Aku membaringkan diriku diatas ranjang dan aku suruh Sinta untuk merangsang aku.

Sinta yang agak kebingungan kemudian aku suruh mencium bibirku, menghisap susuku dan akhirnya aku paksa mulutnya untuk menghisap penisku yang tegak. Pelan-pelan penisku dijilatnya dan dimasukkan pelan ke dalam mulutnya. Aku memberi perintah kepadanya untuk menghisap dan menyedot. Lama-lama mulut Sinta mulai mahir mempermainkan penisku, walau kadang giginya mengenai batang penisku.

Setelah mahir, akupun membimbing tubuhnya untuk menaiki tubuhku dan memeknya aku hadapkan di depan mulutku. Aku lalu menjilati memeknya yang sudah agak basah dan wangi membuatku sangat terangsang. Ditambah sedotan Sinta di penisku yang hebat. Dengan ganasnya aku sedot-sedot clitoris Sinta yang sudah membesar disertai remasan pada pantatnya. 

“Oohhh………….enaakkk..…Sinn…..” desahku

“Ohh…..oohhhh….ohhh……” desah Sinta sambil menyedot dan menghisap penisku dan kadang-kadang menyedoti kantong spemaku.

Setelah 15 menit, Sinta sudah tidak tahan untuk orgasme. Akupun juga sudah merasakan desakan spermaku untuk dikeluarkan.

“Oohh….Guunnnn….akuu….mau keluar….” Desah Sinta keras

“Sinnn….akuu…jugaaa…….” desahku

Akhirnya meledaklah orgasme Sinta disertai jepitan pahanya di kepalaku. Cairan nikmatnya menyembur ke dalam mulutku dan aku telan semua. Mulutnya menyedot penisku dengan sangat keras dan membuat desakan spermaku tak terkontrol.

“Ohhh……..” desahku sambil menahan kepala Sinta agar tidak lepas 

“Croottt…..croottt…croooot…..” spermaku menyembur deras di mulut Sinta yang masih menyedot penisku sampai di tengorokannya. Kepala Sinta agak berontak ketika spermaku masuk dalam mulutnya. Setelah aku semburkan semuanya tanganku melepas kepala sinta. Sinta dengan cepat mengangkat kepalanya dan langsung berlari ke kamar mandi.

“Hoeekkk….hoeekkkk…..” suara muntahan Sinta di kamar mandi

Setelah muntah dan membersihkan mulutnya, Sinta kembali ke ranjang dan memukuli dadaku sambil marah

“Jahat kamu Gun, mosok spermamu kamu keluarkan di mulutku. Jijik tahu……” protes Sinta marah sehingga pipinya bersemu merah

Aku lalu menarik bibirnya dan kulumat dengan ganas. Sinta yang masih marah mencoba untuk melepaskan ciumanku, tapi tidak berhasil karena kalah tenaga. Setelah itu aku dekap tubuh Sinta diatas tubuhku.

“Maaf sayang…..abis sedotan kamu enak sekali….nikmat….Gimana rasa spermaku? “ tanyaku

“Rasanya asin tapi gurih Gun, panas lagi. Kaya menelan bubur” katanya

Setelah itu kami tertidur karena kelelahan akibat jalan-jalan dan permainan oral yang kami lakukan.

Kami melakukan pergumulan di hotel itu sampai menjelang kepulangan kami ke Jakarta. Sinta semakin pandai dalam bergumul, apalagi sempat aku perlihatkan film Blue yang aku simpan di laptopku akan tetapi aku pilihkan yang romantis dan lembut. 

Entah berapa kali Sinta mengejang karena orgasme yang kuberikan dan seingatku sekitar 8 kali spermaku menyembur baik di memek maupun di mulut Sinta.
Jam 13.00 kami cek out dari hotel menuju Bandara dengan menggunakan taksi. Selama perjalanan, tubuh Sinta mengelayut terus di dadaku yang bidang seperti seorang sepasang kekasih.

Akhirnya pesawat kami take off jam 14.00 dan setiba di Jakarta kami kembali menggunakan satu taksi untuk pulang karena rumah kontrakan Sinta searah dengan kostku.
***  TAMAT ***

KLIK TOMBOL DIBAWAH UNTUK BONUS BOKEP

0 comments:

Post a Comment