Kelembutan Seorang Ibu Part 5

 


Ketika aku membuka mata, seluruh tubuhku terasa sakit terutama di mata, bibir, dan ulu hatiku. Pandanganku buram karena mataku bengkak. Sekilas kulihat ibu duduk disampingku sambil sesenggukan menangis. Tidak kulihat bapak walaupun hanya bayangannya.

"Ibu...." aku berusaha memanggilnya, tapi suaraku tercekat. Tak ada suara yang keluar dari tenggorokanku kecuali suara..... "bbbbbbbbhhhhhh"....
Namun ibu mendengarnya, dan ia memelukku sambil menyebut namaku.
"Dediiiiiii..... huuuuuuuu..... huuuuu" ibu menangis sambil memelukku.
"b..bbb...bbb..hhhhh..." masih tak sanggup kupanggil ibuku, dan pandanganku kembali gelap.
Sepanjang malam itu aku berulangkari bangun dan kembali tak sadar. Dunia seakan terbalik dan berputar-putar. Namun setiap kali aku bisa sadar lebih lama dan lebih lama. Ibu selalu ada di sampingku. Tak sekalipun aku sadar tanpa melihat ibu di sampingku. Ibu selalu ada untukku, memelukku, mengusap rambutku, mengganti kompres di dahiku, memberiku minum, menyuapi bubur, mengelap muntah, mengganti celana yang basa oleh kencingku.

Selama tiga hari aku hanya bisa diam. Aku terluka, luar dan dalam. Hatikku hancur, kenapa bapak begitu keras menyiksaku hanya karena aku melihat majalah porno ? tidak seharusnya bapak berbuat keterlaluan padaku. Bukankah anak-anak lain seusiaku juga melakukannya ? Bapak jahat.


Aku tak pernah bicara selama tiga hari, karena selain tak mampu juga karena aku dendam dan sakit hati pada bapak. Tapi aku kasihan sama ibu yang selalu menangis di sisiku. Ibu sayang padaku.

"Ded..... ngomong dong Ded..... ini ibu.... ibu sayang sama Dedi"
Tapi pandanganku hanya bisa berkeliling menyisir seisi kamar, dan ini bukan kamarku. Ini kamar orang tuaku. Tapi bapak tidak sedetikpun kulihat.
"Bapak ngga ada Ded..... jangan takut" ibu paham ketakutanku.
Aku memandang mata ibu, meminta jawaban.
"Ibu mengusir bapak....." katanya. Lalu menangis lama sekali sambil memelukku.

"Dedi makan ya, ibu suapin" katanya ketika tangisnya reda.
Aku menggeleng.
"Dedi mau makan buah ?"
Aku menggeleng.
"Dedi mau apa ?"
Aku menggeleng.
"Deeed..... bilang ke ibu, Dedi mau dibawain apa sama ibu..."
Aku tetap menggeleng.
"Deeed.... apapun yang Dedi mau.... ibu kasih...."
Aku menatap mata ibu, dan ibu menatap mataku.
Aku tetap menggeleng.
Dan ibu kembali menangis memelukku.


*****

Jadi bapak sudah diusir ibu dari rumah, dan katanya ibu meminta cerai dari bapak. Ibu sudah idak tahan atas semua kekasaran bapak padaku dan tekanan batin pada ibu.
Tapi hatiku ini masih sakit, walaupun setelah seminggu badanku sudah tidak terlalu sakit lagi. Jadi aku masih belum mau ngomong sama ibu, entah kenapa. Padahal ibu begitu baik dan perhatian, semua ditawarkan padaku. Mulai dari makanan, buah-buahan, minuman, rentetan pelukan dan ciuman di dahiku, dan pertanyaan pertanyaan lembut padaku mengenai keinginanku. Apakah ingin baju baru... sepatu baru... sepeda.... bahkan motor... tetapi selalu aku menggeleng dan tak sepatah katapun keluar dari mulutku.

Hari itu, ketika aku membuka mata kulihat aku masih di kamar ibu. Pandanganku terantuk pada kelebatan ibu di sudut kamar. Aku hanya memandang dari ujung ranjang, memperhatikan.

Ibu baru selesai mandi dan hanya mengenakan handuk yang terlilit di tubuhnya. Ia membelakangiku. Rambutnya yang lurus hitam panjang sepunggung itu masih terlihat basah dan menempel di punggungnya yang putih. Air masih menetes dan mengalir perlahan dalam bentuk titik-titik seperti air hujan yang mengalir pada kaca jendela. Handuknya yang melilit di tubuh hanya dapat menutupi daerah punggung dan pantatnya, sementara hampir seluruh bagian pantatnya nampak begitu jelas di depanku.

Ibu belum sadar bahwa aku telah bangun dan melihatnya melepas handuk dan mengeringkan rambutnya sementara seluruh bagian belakang tubuhnya terpampang jelas di pandanganku. Kemudian ibu mengambil celana dalam di depannya lalu sambil setengah nungging, kaki kanannya masuk ke celana dalam, kemudian kaki kirinya. Kedua tangannya kiri dan kanan menaikkan celana dalam putih itu keatas, sambil pinggulnya bergoyang. Tadi saat ia memasukkan kaki sambil menunduk, selintas aku melihat belahan pantatnya dan sebongkah daging berwarna kecoklatan merlihat menyempil di selangkangannya. Aku tercekat.

Berikutnya, ibu mengambil beha, yang juga berwarna putih dan berenda-renda. Ia memasukkan tangan kanannya, lalu tangan kirinya, dan tangannya megal megol berusaha mengancingkan beha di punggungnya. Aku menahan nafas.
Saat ibu mengambil gamis putih dan hendak mengenakannya, aku menarik nafas.
"Bu........"
Suaraku terdengar kering dan lemah, namun ibu mendengarnya. Ia membalikkan badan, menatapku, dan kami saling pandang.
"Ibu......" panggilku lagi.
Ibu melemparkan gamisnya ke lantai dan menghambur ke arahku. Dadanya yang putih menggembung berhiaskan beha putih dan mengkilap oleh titik-titik air terlihat berguncang-guncang saat ia berlari menghambur ke arahku.

Ibu memelukku erat, membenamkan wajahku ke dadanya yang empuk dalam-dalam seakan tak mau kehilanganku.
"Ded..... akhirnya kamu mau bicara sama ibu..... " katanya sambil terisak.
"Iya bu......" jawabku, yang membuat ibu kembali memelukku erat.

Aku ? walau bagaimanapun tentu saja aku menikmatinya. Tubuhku sudah sembuh kok, tak ada rasa sakit yang kurasakan. Bahkan hatiku saja sudah lupa akan rasa sakit. Yang ada sekarang hanya ingin membalas pelukan ibu yang tubuhnya terasa dingin karena baru selesai mandi. Tapi inilah yang namanya dingin-dingin-empuk. Tetap saja terasa nyaman.

"Dedi mau makan ?"
"Ngga bu..... "jawabku sambil tetap memeluk ibu.
"Mau ibu beliin apa ?"
"Ngga mau dibeliin apa-apa" balasku
"Jadi Dedi mau apa dong ?"
Aku diam lagi
"Iiih Dedi jangan diam lagi, mau apa dong ? janji, pasti ibu kasih" katanya.
"Dedi mau peluk ibu"

Jawabanku rupanya membuat ibu menangis bahagia. Ibu memelukku lagi erat-erat dalam posisi duduk di samping tempat tidur, aku telentang tidur di ranjang ibu.
Sekarang aku membalas pelukan ibu. Kedua tanganku melingkari tubuhnya, memeluknya erat. Gumpalan daging empuk menempel erat di dada kurusku yang tambah kurus ketika aku sakit. Aroma tubuhnya menyelesap ke hidungku, dan kuhirup dalam dalam hingga terasa aroma tubuh ibu yang bercampur wangi sabun itu menetap erat di otakku.

"Ibu temenin Dedi tidur disini" kataku sambil bergeser, dan ibu seperti janjinya tadi terbukti mengikuti keinginanku. Dia bangkit dari duduknya, lalu tidur miring di sebelah kiriku, menghadapku. Dan aku tidur miring menghadap tubuhnya.
Ibu kembali memeluk tubuhku, mengusap kepalaku, mencium keningku.
Aku balas memeluknya, erat. Tubuh ibu yang hanya mengenakan beha dan celana dalam tak menolak ketika aku memeluknya, mendekap erat, lengket bagaikan lintah.

Ibu terus mengusap lembaut kepalaku.
"Dedi jangan takut bapak lagi" bisiknya.
"Kenapa bu"
"Bapak ngga akan kembali ke rumah ini"
"Beneran bu ?" tanyaku. Kami saling pandang.
"Iya... komandan di kantornya sudah tau, dan dia sudah dilaporkan"
"Makasih bu.... tapi... kenapa bapak jahat sama Dedi bu ?"

Ibu tidak menjawab, tetapi memandangku sambil air matanya menitik.
Kami berpandangan lama.
"Ya udah Dedi ngga mau tau bu"
"Iya Ded... makasih.... ibu belum sanggup cerita"
Kami saling pandang lagi.
Ibu hendak mencium keningku lagi sambil matanya terpejam, tapi perlahan aku mengangkat wajahku hingga akhirnya bibir ibu bukan menempel di keningku, melainkan di bibirku.

Nafas ibu terasa hangat dan harum, seperti aroma bunga di hangat mentari.

Bibir ibu yang lembut menempel di bibirku. Hangat.
Ibu membuka mata, menatapku dalam diam.
Aku balas menatapnya, lemah.

Kami dalam posisi berpelukan erat sambil kedua bibir saling menempel ringan, merasakan nafas masing-masing. Aku terpesona, terpana, mabuk asmara.

Tak pernah aku bermimpi, di pelukanku ada seorang wanita dewasa yang setengah telanjang sedang menempel erat.

Ketika bibirku bergerak perlahan, merayapi seluruh bibirnya, dan mengecupinya, ibu hanya diam tak bergerak. Ia membiarkan aku mengecupi bibirnya. Aku melepaskan ciuman sebentar, kemudian kukecup lagi bibir bawahnya, mengemutnya, merasakan kelembutannya dengan lidahku yang menyedot mesra. Nafsuku bangkit, dan dibawah sana kurasakan tubuhku mengeras menempel erat di perut ibu yang halus.

Ibu melepaskan bibirnya dari bibirku, kami berpandangan.
"Ded......." bisiknya
"Apa bu....." jawabku juga berbisik.
Tapi ibu tidak bicara lagi, seperti ragu untuk mengungkapkan.
Dengan diamnya ibu, aku mengecupnya lagi, dan ibu tetap diam seakan mengijinkan.

Bahkan ketika lidahku menyelinap ke balik bibirnya, ibu tetap mengikuti keinginanku tanpa melarang. Aku memuaskan diri melilitkan lidahku kesana kemari di lidahnya, menelan hangatnya, menyesap aroma nafasnya tak puas-puas hingga aku berkeringat serta tubuh menghangat. Bahkan kemudian pada akhirnya ketika aku mendorong tubuhnya yang sedang miring memelukku untuk kemudian telentang, ia tidak menolak.
Aku bergerak, naik ke tubuhnya yang kini hangat.

Ibu tetap memelukku, mengusap kepalaku, walau aku saat itu sedang mencium bibirnya dengan penuh nafsu. Kadang ia mengelus punggungku perlahan.
Tubuh kecil dan ramping ibu itu tidak jauh beda denganku. Yang beda adalah di dadanya ada sebongkah daging empung yang hangat berbalut beha putih. Itulah yang menarik perhatianku dan membuat kecupanku beralih dari bibirnya untuk kemudian turun ke pipi, lalu berangsur turun ke lehernya yang meruapkan aroma tubuh yang begitu menggoda. Aku menghirupnya dalam-dalam. Ujung tititku yang tegang terasa gatal bercenut-cenut jadinya. Aku menekan titit kerasku ke perutnya yang hangat dan empuk. Emh..... gatal-geli nya hilang, tapi nagih ingin lebih.

Ibu membiarkan aku menurunkan ciuman ke dadanya, ke gundukan putih berbeha putih berhias renda dan bunga putih. Indah.
Mengecupi buah dadanya, aku seperti meminum air laut, tak pernah terpuaskan.
Aku mengalihkan kecupan dari gembung buah dada kirinya, ke kanan, lalu balik lagi ke kiri dengan tangan kananku meremas buah dada kanannya.
Ibu diam tak berkata apapun, dan tetap mengelus kepalaku seolah menyuruhku untuk menyesap susunya seperti kala aku bayi dalam pelukannya.

Aku memerosotkan cup beha putih yang dikenakannya. Dan disana, sebuah puting kecil kecoklatan terlihat tegang. Lidahku menghampiri, yang membuat ibu menarik nafas dan menahannya di dada. Membuat dadanya tambah menggelembung. Saat lidahku beradu dengan putingnya, ibu terasa bergetar. Kedua tangannya sekarang menekan kepalaku ke dadanya. Dan melesaplah puting itu kedalam mulutku, dicucup lidahku berputar, disedot dalam-dalam. Ibu masih menekan kepalaku tanpa bicara.

Lama sekali aku menikmatinya, serasa meledak nafsuku. Aku menekan-nekan kepala tititku yang sedang tegang dan gatal itu ke perutnya yang empuk. Nikmat sekali. Apalagi ketika aku menurunkan posisi tititku yang tegang ke bawah perutnya, merayap makin kebawah sampai pas ke selangkangan ibu yang terbalut celana dalam.
Ketika aku menekan, kurasakan hangat yang nyaman, dan kelembutan gundukan selangkangan ibu di ujung tititku yang tegang. Aku sampai terpejam.

Ketika aku berusaha menatap ibu, dia sedang terpejam dengan wajah tanpa ekspresi.
"Bu....." bisikku.
Ibu diam.
"Ibu....." bisikku lagi
Ibu membuka mata, kami saling menatap, tapi ibu tak menjawab.
Hanya saja tangannya mengelus kepalaku.

Kedua kaki melilit di kaki ibu, paha kami beradu. Mulus kulit paha ibu yang hangat terasa membuat nafsuku makin terbakar. Aku terus memeluk dan menindih tubuh ibu yang hangat, sampai nafsuku seperti meledak di kepala. Nafasku terengah engah.

Dari balik celana pendekku, titit tegangku menagih dipuaskan. Menagih untuk ditempelkan rapat ke selangkangan ibu, diantara sela-sela belahan bukit selangkangannya yang hangat. Aku melongok kebawah, melihat selangkangan ibu yang celana dalamnya menempel ketat, membentuk gundukan indah.
Dengan tangan kanan, aku memerosotkan celana pendek dan celana dalamku sampai di lutut. Seketika tititku yang berukuran 10 cm disaat tegang itu terbebaskan. Kulihat helemnya mengkilat, berwarna keunguan.
Perlahan kuturunkan mendekati bukit selangkangan ibu yang tercetak celana dalam. Kutempatkan tepat di belahannya yang gembung. Walaupun celana dalam ibu menghalangi, tetapi halus bahan kainnya tak mengurangi kenikmatan. Lebih nikmat selangkangan ibu yang terbungkus celana dalam lah, daripada kasur lusuhku yang terbungkus seprai butut.

ketika helm tititku menempel di bukit itu, kehangatan segera menjalar. Gatal-gatal geli itu semakin menjadi, menagih untuk ditekan. Dan aku mengikuti kemauan tititku dengan menekannya keras ke bukit selangkangan ibu.
Oooooh nikmatnya selangkangan tempat aku dilahirkan beberapa belas tahun lalu.
Dan aku tak menyisakan waktu lagi, aku terus mendekap tubuh hangat ibu, mengulum puting payudaranya yang kecoklatan, dan menekan titit tegangku di belahan selangkangannya yang empuk dan hangat.

Aku tertawa dalam hati, senakal-nakalnya si Herman dan kawan-kawan gengnya, mereka belum tentu bisa menikmati hal setabu dan senikmat ini.
Aku terus menhanjut, pantatku bergerak gerak naik turun agar kepala tititku menggeseki dan menekan selangkangan ibu yang terpejam.
Nafasku kian tak beraturan.
Ujung tititku tak terpuaskan, dan ingin terus menggeseki permukaan selangkangan ibuku yang cantik dan setengah telanjang dan sedang kutindih.

Gatal itu semakin menjadi, dan aku menekan lebih keras. Gila..... empuk dan hangat banget. Kakiku berkejetan mengejar kenikmatan di ujung tititku. Terus dan terus kugeseki sampai serasa terhenti nafas ini.
Kehangatan mulai menjalar dari ujung tititku merayapi seluruh tubuh, hingga akhirnya rasa hangat itu sampai ke otakku.
Aku menekan lebih keras, seolah selangkangan ibu telah habis aku geseki.
Dan tiba-tiba aku merasakan suatu titik yang tak mungkin aku mundur lagi.
Aku menahan nafas sambil memeluk erat ibu yang tetap mengelusi kepalaku.
Dan tiga detik menahan nafas itu akhirnya mengantarkanku melayang.
Aku berkelojotan diatas tubuh ibu.
Crat....... crat....... crat......crat..... crat..... crat....
Luar biasa nikmat.
Aku merintih menahan rasa nikmat yang tak tertahankan.
Satu tangan ibu mengusap punggungku, dan satu tangan yang lain menekan pantatku agar tititku yang sedang berkedutan lebih erat melekat ke selangkangannya yang hangat.
Ketika kedutan itu mulai berangsur hilang, aku roboh di samping tubuh ibu.
Saat kuraba selangkangan ibu yang hangat, aku merasa permukaan celana dalam ibu dipenuhi lendir lengket yang licin hangat.
Getaran-getaran sisa kenikmatan masih kurasakan di ujung tititku.
Tubuhku lelah, maklum setelah seminggu aku dalam keadaan sakit akibat siksaan bapak, dan perutku yang kurang makan, kenikmatan itu begitu menguras tenaga.
Aku ngantuk.

Ibu bangkit dari tempat tidur, lalu pergi ke kamar mandi dengan gontai.
Ketika ia kembali ke kamar, ia langsung mengambil celana dalam dan beha yang baru dari lemarinya, kemudian mengenakan gamis dan hijab panjangnya.
Ibu menghampiri aku di tempat tidur.

"Ibu ngajar ngaji dulu ya di mesjid Ded"
Aku mengangguk lemah sambil memegang tangannya.
Ibu merunduk mencium keningku sambil berbisik
"Cepet sembuh ya, ibu ngga mau kamu sakit lagi. Apapun akan ibu lakukan supaya kamu kembali sehat seperti dulu"

Dengan ucapan itu, ibu berbalik meninggalkanku dan pergi mengajar.
Aku dalam keadaan lemah, celana pendek masih merosot di lutut, dan mata yang kantuk, hanya bisa merasakan bahagia di hati.

Aku ingin cepet sembuh seperti yang ibu minta, dan akan sayang ibu sampai kapanpun.


KISAH SI GENDUT part 16


Perjalanan cukup memakan waktu satu jam lebih dan udara sekitar sudah mulai sejuk cenderung dingin. Kami masih mengikuti Dimas dan Tia di barisan paling depan. Naik bukit dan turun bukit merupakan jalan yang harus kami tempuh untuk bisa sampai ke tujuan.

“sampaaaiiii” Tia tiba-tiba berteriak saat motor kami berhenti di rumah dengan pagar berwarna putih.

Tia lalu membukakan pintu pagarnya dan kami memasukkan motor kami di halaman rumahnya. Kalau dilihat-lihat dari depan, rumahnya cukup sederhana dengan teras yang di tempatkan beberapa pot-pot tanaman dan serta halaman yang cukup rindang oleh tanaman-tanaman hias.

*CKLEK*

“ayooo silahkan masuk. Anggap rumah sendiri” ujar Tia setelah membuka pintu rumahnya dengan kunci yang ia bawa.

Kami lalu masuk dan sambil membawa barang bawaan kami. Tia lalu menunjukkan kamar-kamar yang akan kami gunakan untuk kami menginap.

“yang cewe-cewe di kamar aku aja nanti kalo mau tiduran, kalo yang cowok di depan tv gapapa kan? hahaha” ujar Tia

“laah masa gitu” ucap Tama kecewa.

“emang yg lo mau gimana deh tam? Gue ngeri sih kalo sekamar sama lu berdua hahah, mending di depan tv aja lebih aman” ujarku bercanda.

“tai lo za hahaha” timpal Dimas kali ini. “Tama mau sekamar sama Zakiyah kali za, kan ya lo tau…..” ucap Dimas yang terhenti karena Tama keburu menempeleng kepala Dimas dan membuat kami semua tertawa kecuali Zakiyah.

“maaf zak, emang nih anak mulutnya gapernah di sekolahin. Gue gaada maksud apa-apa serius” ucap Tama panik karena melihat Zakiyah yang sepertinya tau apa maksud Dimas dan Faza.

Zakiyah langsung masuk ke dalam kamar Tia tanpa mengucapkan apapun. Melihat gelagat itu, aku lalu menyuruh Winda untuk segera menyusul ke dalam kamar sedangkan Tia hanya cekikikan dan segera menyusul mereka berdua.

“tuhkan tai emang lu pada. Giliran gue udah mau dapet yg bener…..” ujar Tama terputus karena kepalanya ditempeleng oleh ku.

“santai bro, entar gue ngomong sama Zakiyah kalo tadi cuman bercanda. Lagipula cuman lo doang loh yg udah nyobain Winda sama Tia, sedangkan Dimas cuman Tia dan gue juga cuman Winda, jadinyaa…..” kuputus kata-kataku dan bersiap untuk berlari.

Setelah mendengar itu, raut muka Tama berubah menjadi sedikit jengkel dan akupun langsung berlari menuju luar rumah dan Tama mengejarku. Dimas hanya cekikikan saja melihat tingkah kami berdua. Aku yang memiliki tubuh besar, mengakibatkan dengan mudahnya Tama menangkapku dan aku mendapat beberapa kali jitakkan dan ia berkata “awas lu kalo lu apa-apain Zakiyah hahaha”. Kami lalu dikagetkan oleh sebuah mobil yang terparkir di depan rumah Tia dan menyalakan klaksonnya. Sontak itu membuat semua orang yang ada di dalam rumah menjadi keluar.

“ahhhhh papah ngapain sih kesini” gumam Tia.

Tia lalu membuka gerbang, namun nampaknya ia tidak membuka gerbang cukup lebar untuk mobil itu. Kami hanya melihatnya berada diluar dan mengobrol dengan orang yang ada di dalam mobil.

“zaa, ada telfon nihh” ujar Winda saat melihat HP-ku yang tergeletak di lantai akibat ulah aku dan Tama.

“dari siapa win?”

“Hani. Niiihh buruan angkat”

“kenapa gak kamu aja yang angkat si win ahahah”

“gamau ah zaa hehehe, nanti perang”

Aku tidak paham maksud perkataan Winda barusan karena ia terus memaksaku untuk segera mengangkat telefon dari Hani.

“halo assalamualaikum” ujarku ditelefon.

“waalaikumsalam zaaa, lagi ngapain za? Ehehehe” ujar seseorang di seberang telefon.

Kulihat Winda masuk kembali ke dalam rumah dan disusul oleh Zakiyah dan Tama, sedangkan Dimas kulihat mendekati Tia yang sedang mengobrol dengan seseorang di luar pagar rumah.

“baru sampe nihh dirumahnya Tia. Dingin banget disini hehe”

“berapa orang za yang ikut?”

“enam orang haan, pasang-pasangan hahaha”

“emmmm maksudnya?”

“Dimas kan sama Tia, Tama sama Zakiyah, aku sama Winda hehe”

“lohhh, Zakiyah kelas B?”

“iyaa haaan”

Kami lalu melanjutkan pembicaraan mengenai kegiatannya selama liburan. Dia juga tiba-tiba bercerita bahwa mantannya saat SMA berkunjung ke rumahnya. Ia belum tau tujuan mantannya itu tapi kedatangannya yang secara tiba-tiba membuat hatinya gundah lagi. Ia sempat menanyaiku lagi mengenai waktu pulangku ke Jakarta dan ia cerita bahwa orang tua nya ingin bertemu denganku. Aku sempat menanyakan alasan mengapa mereka ingin bertemu denganku namun jawabannya kurang menjawab pertanyaanku. Ia menanyaiku apakah aku sudah bertemu dengan orangtua Winda. Namun setelah kujawab pertanyaannya, suaranya terdengar menjadi parau saat berbicara. Ia lalu menyudahi telefon itu dengan alasan karena disuruh ibunya membeli beberapa bahan makanan untuk makan malam nanti.

“yaudah deh zaa hahaha, have fun ya kamu disana”

“iyaa haan, kamu juga yaa. Jangan galauan Andre terus hahaha”

“enggak kok zaa, aku udah gaada urusan lagi kok sama dia. Yang ada aku galauin kamu” ujarnya dan langsung menutup sambungan telefon.

“waaduhh rumit nihhh” gumamku dalam hati.

Aku lalu mengunci telefon genggamku dan mendapati Tia dan Dimas sudah kembali dari obrolan bersama orang yang ada di dalam mobil itu.

“siapa ti?” tanyaku.

“papahku zaa. Dia pengen ngecek kalo aku sama kalian udah sampe apa belum”

“lohh gak sekalian pulang? Hari ini sabtu kan ya? Emang masih kerja beliau?” tanyaku yang cukup banyak karena penasaran.

“eemmm ceritanya panjang deh zaa haha” ujar Dimas kali ini. Aku lalu sekilas melihat ekspresi wajah Tia yang mendadak berubah menjadi sedikit sendu.

“udaahh yuukkk masuk kalian. Istirahat. Udah sore, nanti malem kan harus ngelanjutin perjalanan” ujar Tia sambil mendorong kami berdua ke dalam rumah.
“Sudah papah bilang, papah bakal ngeluarin kamu dari penjara itu. Sekarang cepet masuk nak” ucap seorang pria dari dalam mobil yang jendela pintunya dibuka.

“aku gak mau, lebih baik kalo aku pulang sendiri aja. Aku mau ketemu mamah” ujarnya cukup ketus.

“papah bilang naik!!” ujarnya sambil turun dari mobil. “kamu gausah ketemu sama perempuan gak jelas kayak dia lagi. Masa depanmu lebih jelas kalo sama papah” lanjutnya.

“inget pah, yg bikin mamah kyk gitu itu siapa. Kalo bukan karena papah yg saat itu bawa perempuan lain ke rumah, mamah gaakan kayak gitu”

“kamu kalo dibilangin orang tua malah ngelawan. Sekarang masuk dan harus belajar buat lanjutin bisnis papah, karena papah gak akan selamanya ngurusin begituan” ujarnya sambil menyeret anaknya untuk masuk ke dalam mobil.

Anak tersebut masih cukup kuat untuk melawan orang tuanya, namun pria itu sedikit punya keuntungan di segi ukuran tubuh sehingga dengan sedikit paksaan ia bisa menaikkan anaknya ke dalam mobil. Setelah ia berhasil menaikkan anaknya ke dalam mobil, ia langsung berlari menuju kemudi dan segera memacu kendaraannya.

“kita kemana pah?” ucapnya dengan nada kesal.

“gausah banyak tanya, kamu akan papah kasih sesuatu yang sangat nikmat” ujarnya dengan ekspresi yang sangat menjijikkan.

Melihat ekspresi seperti itu, anak itu langsung menghela nafas karena sudah menduga apa yang akan diberikan oleh papahnya itu. Ia sekarang hanya mengikuti kemana papahnya akan membawanya.
“ngapain kamu kin kesini jauh-jauh hahaha” ujar seorang wanita saat tak sengaja melihat teman satu kelasnya di depan rumahnya.

“nyasar nay -_-. Aku pengen ke Purbalingga tadi, tapi ketiduran di bis jadinya pas bangun aku panik dan langsung turun aja. Tp gatau dimana ini hahaha” ujarnya berbohong

“laaah bisa yaa nyasar naik bis hahaha, cewek kayak kamu gaboleh kluyuran sore-sore gini. Apalagi udah mau malem. Udah sini masuk dulu, nanti aku minta papahku buat nganterin kamu pulang”

“ehh gausah nay, aku langsung aja. Udah sore juga, ngerepotin nanti hehe” ujarnya sedikit panik.

Dengan paksaan dan argument-argumen, Kintan harus menyerah dan ia masuk ke dalam rumah itu lagi. Nayla lalu bercerita kepada orang tuanya kalo Kintan adalah teman sekelasnya dan ia bercerita bahwa ia sedang nyasar maka dari itu nanti ia diantar ke kosnya. Papahnya menurut saja saat dimintai tolong untuk mengantarkannya.

Adzan Magrib pun berkumandang dan mereka memutuskan untuk melakukan ibadahnya kecuali Kintan yang dengan alasan sedang kedatangan tamu rutin bulanan. Tentu saja itu sebuah kebohongan karena beberapa saat yang lalu ia sedang disetubuhi oleh seorang laki-laki yang ada di depannya kini. Ia berasalan seperti itu karena ia belum sempat mandi besar untuk menghilangkan kekotorannya itu. Mereka meninggalkan Kintan sendirian di ruang tamu. Kintan lalu pergi menuju teras rumah itu lagi dan ia mendapati seorang laki-laki keluar dari rumahnya bersama motor. Laki-laki itu lalu melihat Kintan yang sedang duduk di teras dan menghampirinya.

“Mba Kintan, ngapain mba disini? Hehe” tanya laki-laki itu.

“kamu siapa?” ujarnya sambil mengingat siapa lawan bicaranya ini.

“masa lupa sih mba. Yaudah kalo mba lupa ya gapapa. Yang jelas aku pengen tau mba ngapain sama Pak Hasan?” ujarnya dengan tatapan yang menjijikkan.

Laki-laki itu terus memperhatikan wajah Kintan dan nampaknya Kintan risih diperhatikan seperti itu.

Laki-laki itu lalu memperhatikan bagian dada Kintan. “mba abis ngentot sama Pak Hasan yaa? Capek banget kayaknya. Enak ga mba?”

Raut wajah kintan seketika berubah menjadi kaget karena mendapatkan pertanyaan yang ia tidak ingin dengar.

“ehh beneran ya mba? Aku juga mau dong mba. Minimal nyusu lah mba, kayaknya susunya mba manis deh. Orangnya aja manis” ujarnya yang kini kembali memperhatikan wajah Kintan lagi.

“kurang ajar. Awas kamu. Kalo berani macam-macam saya teriak” ujarnya dengan raut wajah sangat panik.

“ahahahaha, santai mbaa, aku gaakan ngapa-ngapain mba kok. Panik banget. Berarti bener yaa mba abis ngentot sama Pak Hasan. Bakal jadi berita besar kan ya mba kalo satu kampus tau. Apalagi kalo temen-temen asisten mba pada tau. Dosen-dosen pada tau kalo anak kesayangannya melakukan perbuatan yang tak terpuji hahahaha”

Kintan adalah salah satu asisten praktikum di salah satu laboratorium di kampusnya. Ia satu laboratorium dengan Nayla namun berbeda mata kuliah yang diampunya. Diantara asisten lain, Kintan lah yang bisa dibilang paling bagus. Naluri kepemimpinannya bahkan mengalahkan teman-teman laki-lakinya. Dan ia beberapa kali diberi proyek oleh dosen dan ia menjalankan tugasnya dengan baik. Maka dari itu, ia dianggap anak kesayangan dosen yang menjadi atasan team asistennya itu.

Kintan masih tidak percaya bahwa berita ia sudah disetubuhi oleh laki-laki yang bahkan baru dikenal tadi akan disebarkan oleh seorang laki-laki yang bahkan ia tidak ingat siapa dia.

“ahahahaha, mba mba. Lucu banget sih mba kalo lagi panik gitu. Aku becanda kok mba. Tapi bener ya mba berarti mba udah ngentot sama Pak Hasan?”

“hhhhhhh iyaa. Aku diperkosa” ujarnya singkat sambil meneteskan air mata.

“loohh kok bisa? “

“panjang ceritanya”

Ditengah-tengah obrolan mereka, sang pemilik rumah yaitu Nayla tiba-tiba keluar dari rumahnya dan mendapati temannya sedang di teras dan sedang mengobrol dengan seorang laki-laki. Alangkah terkejutnya Nayla saat mendapati laki-laki itu juga sedang melihatnya dengan ekspresi terkejut. Laki-laki itu langsung lari menuju motornya dan langsung pergi dengan tergesa-gesa.

“kok dia bisa disini sih” ujar Nayla yang langsung membuka HP nya dan menghubungi sang ketua panitia makrab UKM nya tempo hari. “ihhh apaan sih di reject terus. Penting jugaaa” ujarnya kesal.

“kenapa nay, emang dia siapa?” ujar Kintan.

“duhh gimana ya jelasinnya. Intinya dia pas makrab UKM ku dia ketangkep basah lagi nelajangin cewek”

“HAH?”

“nah terus dia ditangkep kan sama kita panitia, terus dia dibawa sama satu alumni kita kin, masa hukumannya cuman seminggu sih buat pelecehan seksual. Setauku mah setahun percobaan dulu deh. Atau denda. Tapi dendanya kan ga sedikit”

“serius nay?”

“iya serius. Makanya aku mau nanya ke Jordi kalo alumni baik-baik aja atau enggak. Perasaanku mereka kabur pas dianter sama alumni ke kantor polisi. Mana kemarin aku baca berita kalo ada yang kecelakaan di daerah tempat makrabku juga”

Kintan lalu mengehela napas karena lega ia tidak diapa-apakan oleh laki-laki itu.

“yaudah-yaudah. Lupain dehh haha. Sekarang nganterin kamu aja. Aku mamah sama papah juga sekalian mau keluar, jadinya semua nganterin kamu deh hahaha”

“yaampun nay, ngerepotin banget hehehe. Makasih yaa”

“cipcip, santai aja, nanti kalo dapet proyek lagi bagi-bagi yaa haha, aku kan juga pengen latian buat penelitianku nanti”

“hahaha yaa nanti coba aku minta deh, barangkali ada proyek lagi ahah”

“nay, mamah mau ada kumpulan dulu yaa. Tolong jaga rumah kalo udah selese nganterin temenmu itu hehe” ucap ibu Nayla saat ia keluar dari rumahnya.

“naik apa mah?”

“taksi nay, itu dia taksinya” ujarnya sambil melangkah pergi menuju taksi.

Ibu Nayla lalu masuk ke dalam taksi dan langsung pergi dari hadapan mereka berdua.

Tak lama setelah itu, datang mobil berwarna hitam dan tiba-tiba berhenti di depan rumah Nayla. Cukup lama mobil tersebut diam di depan rumah Nayla. Sang pengemudi baru keluar dari mobilnya saat papah Nayla menegurnya karena ingin jalur keluar mobil dari garasinya tertutup oleh mobil orang itu.

“Pak Hasan!! Saya datang ke sini hanya untuk mengambil kembali barang yang sudah ku titipkan kepadamu hahaha” ucap pengemudi mobil hitam tadi.

“OM ROY!!” ucap Nayla cukup keras. Nayla langsung menutup mulut setelahnya karena cukup kaget dengan kehadiran orang pertama yang menikmati tubuhnya.

Pak Hasan cukup terkejut karena anaknya bisa kenal dengan seorang bandar perempuan yang cukup tersohor namanya di kota ini.

Roy lalu mengalihkan pandangan dari Hasan menuju asal suara dan ia pun mendapati dua perempuan dengan ekspresi sangat terkejut. Roy juga cukup terkejut karena salah satu barang andalannya ternyata adalah anak dari satu pelanggannya. Namun, ia tersenyum dengan liciknya karena itu sebagai bukti bahwa Nayla adalah seorang yang sangat professional. Ia tidak ketahuan oleh kedua orangtuanya walaupun di kota ini nama Nayla juga cukup tersohor di dunia hitam ini karena tubuhnya yang sangat bagus serta permainannya yang cukup ciamik jika diatas ranjang. Sudah tidak dapat dihitung uang yang didapat Roy karena menjajakan Nayla ke para pelanggannya.

Roy langsung mengalihkan pandangannya kembali ke Hasan dan melihat Hasan dengan ekspresi bingung karena anaknya tau nama Roy, ditambah disitu ada Kintan yang baru saja selesai ia garap karena diberi oleh Roy.

“Pak, pak Hasan, anda tidak apa-apa?” ucap Roy dengan senyum liciknya.

“oohh yaaa saya tidak apa-apa. Roy bisa tidak transaksi ditunda dulu. Sekarang sedanga ada anak saya, dan saya tidak mau anak saya tau kelakuan bapaknya” ujarnya berbisik.

Nayla masih sangat terkejut karena Roy yang datang secara tiba-tiba sekarang. Ia takut bahwa ia akan melapor ke papahnya karena akhir-akhir ini memang ia sedang tidak menerima panggilan dari Roy untuk memenuhi panggilan dari pelanggannya. Sedangkan Kintan sangat terkejut sekaligus ketakutan karena dia akan berususan dengan pria yang sudah merenggut mahkotanya secara paksa lagi ditambah tadi ia adalah perempuan yang belum lama ini disetubuhi oleh papah temennya itu karena diberikan oleh Roy dan ia juga berbohong kepada temannya terkait mengapa ia disini sekarang.

“kenapa memangnya pak, apakah kamu takut anak anda yang cantik itu akan meninggalkan anda kalau tau kelakuan bejat anda”

Melihat Roy terus-menerus tersenyum dan mendengar Roy berkata demikian, membuat Hasan cukup curiga, ditambah tadi anaknya menyebut nama Roy dan terkesan kaget dengan kehadirannya. Ia lalu memanggil anaknya untuk sekedar memastikan apakah Roy mempekerjakan anaknya atau tidak.

“nak kamu kenal dengan orang ini?” ujarnya saat anaknya sudah ada diantara dirinya dan Roy.

“emmmmmm kenal pah, dia salah satu dosen pengampu yang ada di lab ku. Jadinya biasanya kalo koordinasi masalah praktikum sama beliau ini hehe”

Hasan mengernyitkan jidat dan memasang ekpresi bingung dan langsung menatap Roy yang masih tersenyum licik. Ia tau bahwa Roy bukanlah dosen. Ia seorang penjual wanita. Sudah beberapa wanita yang dimilikinya dinikmati oleh Hasan. Tiap kali Hasan ada acara ke kota ini, mau itu liburan atau dinas, pasti ia memesan salah satu wanitanya untuk menemaninya.

“KURANG AJAR!!” teriak Hasan seraya memukul Roy tepat di rahang. Pukulan itu membuat Roy terpental cukup jauh hingga tubuhnya menubruk mobilnya.

Hasan lalu memeluk anaknya. “nak, nanti jelasin ke papah kenapa kamu bisa kenal sama orang itu” ucapnya seranya menunjuk Roy yang masih terkapar di pinggir mobilnya. “jelasin dengan sejujurnya. Papah gaakan marah sama kamu” lanjutnya seraya melepaskan pelukannya.

Tanpa sadar, Nayla meneteskan air matanya. “iya paah” ucapnya lirih sambil melihat papahnya menuju ke Roy.

Saat Hasan mencapai tubuh Roy yang masih terkapar. Ia menarik kerah baju yang dipakai oleh Roy. “KENAPA KAU GUNAKAN ANAKKU UNTUK PEKERJAANMU YG KOTOR ITU” ucapnya sambil membanting tubuh Roy.

Dibanting cukup keras membuat Roy memuntahkan sedikit darah dari dari mulutnya. Tak ada angin tak ada banjir, mobil yang diguanakan oleh Roy tiba-tiba berjalan dan langsung pergi meninggalkan mereka semua. Roy sangat terkejut karena anaknya membawa kabur kendaraannya.

“LIAT KEMANA KAU BANGSAT” ucap Hasan lalu memukulnya lagi hingga babak belur.

Hasan terus-terusan memukul wajah Roy hingga salah satu warga melihat aksinya dan akhirnya bisa menghentikan aksinya itu. Saat ditanya kenapa ia memukul orang itu, Hasan berdalih bahwa ia telah memperkosa anaknya dan akhirnya Roy dibawa oleh warga untuk diserahkan ke kantor polisi.

Nayla dan Kintan cukup terkejut dengan kejadian yang baru saja terjadi. Mereka lalu mengikuti Hasan yang masuk ke dalam rumah untuk membersihkan tangannya yang ternodai oleh darah. Mereka menunggu Hasan diruang tamu. Setelah beberapa saat Hasan menuju ruang tamu dan sudah mendapati Kintan dan Nayla duduk menunduk.

“Nayla sebelum kamu cerita, papah mau ngaku sesuatu dulu” ucapnya terpotong dengan helaan nafas. “papah minta maaf karena udah memerkosa temenmu itu. karena jujur tadi Roy menawarkannya kepadaku”

Mendengar hal itu membuat Kintan menangis dan Nayla terkejut bukan main. Ia tidak mengira bahwa temannya, anak kesayangan para dosen juga merupakan korban dari Roy. “sekarang giliran kamu yang cerita nak” ucap Hasan dengan sedikit terbata-bata.

Nayla lalu mengehla nafas dan menceritakan bagaimana ia mengenal Roy. Ia bercerita bahwa ia dulu diperkosa oleh Roy pada masa menjadi maba di kampusnya. Awalnya ia menawari produk kosmetik di kosannya, dan memang kosmetik tersebut cukup bagus kualitasnya. Namun saat Roy sedang mempresentasikan produknya, muncul beberapa pria dengan tubuh tegap dan langsung menyeret Nayla keluar dari kosannya dan membawanya ke daerah Watuogah. Ia diperkosa habis-habisan oleh Roy dan beberapa pria tadi dan membuat videonya. Ia mengancam akan menyebarkan video kalau tidak menuruti kemauan Roy. Maka dari itu, tiap Roy memanggilnya mau tidak mau ia harus memenuhi panggilan itu. Nayla bercerita dengan berlinangan air mata sehingga membuat orang yang mendengar cerita itu menjadi haru. Kintan juga meneteskan air matanya walaupun tidak sebanyak Nayla.

Akhirnya Hasan memutuskan untuk melupakan kejadian hari ini dan ia menyuruh Nayla agar tidak bercerita kepada ibunya. Hasan lalu memerintahkan mereka berdua untuk mencuci muka lalu Hasan dan Nayla mengantar Kintan menuju kosannya.
“gimana nak, nak Faza kapan bisa datang kesini?”

“gatau maaaahh, dia lagi sama temen-temennya di dieng” ujar Hani dengan raut muka murung.

“looo. Kok murung. Emang nak Faza gaboleh main ke Dieng sama kamu?”

“yaa boleh sihhh. Aaaaa udah lah maaah. Hani lagi gamau ngomongin dia lagi”

“bukan gitu masalahnya nak, Kemarin, temanmu si Andre tiba-tiba datang ke sini. Padahal selama sama kamu kayaknya dia gapernah main ke rumah ini deh. Makanya ayah sama mamah nyuruh Faza kesini ya biar sekalian kami juga pengen kenalan sama dia, sekaligus ngasih tau kalo kamu juga udah sama orang lain. Jujur nak, mamah gak suka kamu deket-deket lagi sama Andre”

“iyaa maaah, Hani juga gamau sama Andre lagi. Dia playboy cap kampak”

Beberapa saat mereka berdua berdiam diri karena penuturan Hani. Setelah mereka sadar, Ibu Hani lalu mengajak anaknya makan malam karena masakan sudah siap dan saat itu mendengar suara motor masuk ke dalam rumah yang menandakan ayahnya sudah pulang dari pencarian nafkahnya.
Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Kami masih bermain ‘Uno Stacko’ dan kondisinya kini sudah banyak balok-balok yang kosong di bagian dasarnya dan berpindah semua ke bagian atas. Aku yang saat itu sedang giliran jalan, mengambil balok yang ada dibagian tengah secara perlahan dan akhirnya ku berhasil mengambilnya tanpa seluruh balok ambruk. Aku lalu meletakkan balok yang kuambil di bagian paling atas. Kini giliran Zakiyah yang mendapat giliran. Sialnya, baru menyentuh balok saja, ‘gedungnya’ sudah bergoyang karena tak seimbang. Ia nekat untuk menarik balok itu dan akhirnya ‘gedung’ itu pun ambruk dan menandakan Zakiyah kalah.

“ahahahaha lagian maksa banget sihh” ujarku.

“laaah orang gaada lagi yang bisa diambil yaudah aku ambil aja yang mana aja” ujar Zakiyah sambil membereskan balok-balok dan menyusun kembali balok-balok itu.

“aaahhh bosen aahh. Ga menantang mainnya?” ujar Tia kali ini.

“yaudah ada hukuman dehh buat yang kalah” ujar Winda yang tiba-tiba melirik ke arahku. Aku yang menduga maksud ‘hukuman’ adalah hukuman saat kami berdua bermain UNO saat dikosanku lalu mengusulkan hukuman yang sama seperti saat itu.

“jadi nanti buat yang menang berembug nentuin hukuman buat yang kalah. Gimana?” ujarku. “gimana Zakiyah sama Tama? Udah gak marahan lagi kan? hahaha” lanjutku yang sedikit menggoda mereka. “soalnya nanti kalian juga harus saling menghukum. Kalo kalian masih marahan, bahaya juga nanti hukumannya haha” lanjutku lagi. Kami semua selain Tama dan Zakiyah senyum-senyum cengengesan.

“apasih zaaa. Udah laah cepetan main lagi” ujar Zakiyah.

“waaah masih berantem yaa. Jangan deh kalo gitu. Bahaya nanti hukumannya. Mendingan kalian baikkan dulu gih. Winda, Tia, Dimas, kita keluar dulu yuk beli jajanan. Biarin mereka baikan dulu. Soalnya nanti siapa juga yang boncengin Zakiyah kalo bukan Tama” ujarku sambil mengangkat tubuhku untuk berdiri.

Aku diikuti oleh semua orang kecuali Tama dan Zakiyah. Kami lalu pergi keluar dengan berjalan kaki. Walaupun menurut Tia, untuk ke minimarket itu cukup jauh, tapi kami tetap berjalan kaki menuju minimarket.

“jail emang kamu zaa hahaha” ujar Winda sambil merangkul tanganku.

“harus digituin mereka hahaha, aku kan becanda tadi. Dan aku jg udah minta maaf sama Zakiyah tadi. Tapi dianya masih kayak gitu. Yaudah biarin mereka aja yg nyelesain haha”

“maklum zaa, masih perawan si Zakiyah hahaha” ujar Tia kali ini.

Tia adalah wanita yang tempo hari disetubuhi oleh Dimas dan Tama akibat perintahku, dan sepertinya Dimas sudah menceritakannya kepada Tia. Aku tau saat sesaat sebelum kami berangkat dan menuju rumah Zakiyah saat itu, aku dijitak olehnya dan ia mengatakan bahwa itu adalah balasan untuk apa yang sudah ku lalukan.

Aku juga bercerita kepada Winda kejadian itu. Aku juga sudah bercerita ke Dimas bahwa aku sudah berhubungan tubuh dengan Winda. Hal itu terpaksa karena Tama yang saat itu tiba-tiba bilang bahwa ia juga ikut menytubuhi Winda bersamaku. Aku juga sudah menceritakan ke Winda bahwa Dimas dan Tama tau kalo dia sudah pernah bersetubuh denganku. Ia tidak apa-apa asalkan aku harus melindunginya jika terjadi hal yang tidak diinginkan.

Kami membicaraan ke arah apa yang akan dilakukan Tama saat ini dan Winda sama sekali tidak melepas rangkulan tangannya kepadau. Kami terus berjalan hingga tak terasa kami sampai di sebuah mini market.

Di tempat lain

Zakiyah sangat kesal karena ditinggal oleh teman-temannya dan hanya menyisakkan satu laki-laki mesum yang sudah melihat dalamannya tempo hari. Ia tidak percaya bahwa alasan ia mengajaknya untuk ikut adalah untuk bersetubuh. Zakiyah sangat kecewa saat Faza mengatakan hal itu tadi. Maka ia langsung masuk ke dalam kamar. Saat ini, ia melihat ekspresi laki-laki itu sangat menyesal. Ia tidak percaya dengan ekspresi itu, bisa saja itu ekspresi yang dibuat-buat sehingga dapat membuat dirinya luluh.

“tam, mau ngomong sesuatu ga? Kalo enggak, aku mau tidur, soalnya besok kan udah harus bangun biar gak ketinggalan liat sunset di prau” ujarnya sambil bangkit dari duduknya.

“zak zak tungguu” ucapnya sambil menarik tangan Zakiyah yang ingin pergi meninggalkannya.

“apasih lepas!!” ucapnya sambil berusaha melepaskan cengkraman yang ada ditangannya. Ia lalu menyilangkan tangannya di depan dadanya.

“maaf zakk, aku minta maaf. Serius. Aku bahkan gaada niatan sama sekali buat……..” ucap Tama terpotong.

“bohong. Kemarin pas dirumahku aja, titit kamu berdiri. Padahal cuman liat dalemanku doang”

“kalo aku ada niat buat gituin kamu. Aku GABAKAL ngomong kalo bajumu waktu itu tembus pandang. Aku pasti bakal BIARIN aja karena aku bisa aja curi-curi liat dalemanmu” ucap Tama cukup tegas. “dan Faza dan Dimas becandanya kelewatan emang tapi mereka cuman bercanda doang kok tadi. Beneran. Serius. Aku gaada niatan sama sekali buat gituan sama kamu” lanjutnya.

Zakiyah lalu menatap pria itu cukup tajam. Ingin melihat apakah tadi perkataan yang sebenarnya atau tidak.

“besok pas nanjak. Kamu bakal sama siapa coba? Dimas sama Tia, Winda sama Faza” ucapnya lagi dengan menatap tajam ke mata Zakiyah. “jangan cuman gara-gara becandaan doang semuanya jadi kacau. Kita udah jauh-jauh kesini. Beneran aku sama sekali gaada niatan buat gituan sama kamu” lanjutnya dengan menunjukkan dua jarinya yang membentuk kode “peace”.

“iyaa tam, untuk sekarang aku percaya sama kamu. Tapi kalo kamu besok ngelakuin hal-hal yang melecehkanku. Aku gaakan segan buat teriak. Biar semua tau kalo kamu orangnya mesum. Sekarang aku mau tidur. Jangan diganggu”

Zakiyah lalu meninggalkan Tama di ruang tengah lalu menuju kamar Tia dan membanting pintu kamar Tia. Hal itu membuat Tama cukup kesal dengan sikap Zakiyah. Faza dan Dimas memang becanda dan itu merupakan becandaan yang umum digunakan (kan?). “Sikapnya terlalu berlebihan” pikir Tama.

Tama tiba-tiba berteriak cukup keras dan mungkin saja Zakiyah mendengarnya dari dalam kamar Tia. Tama lalu menyalakan TV yang ada diruangan itu lalu mencari-cari channel yang menarik. Sudah berulang kali channel tersebut diganti-ganti namun acara yang dicari Tama tidak ada. Akhirnya ia membuka HP-nya dan membuka gallery dan menonton beberapa video panas Mba Nayla. Tama cukup terangsang akibat video itu. Tanpa sadar tangannya masuk ke dalam celananya dan akhirnya mencapai penisnya. Ia kocok penis tersebut hingga ingin mengeluarkan isinya. Sesaat sebelum isinya keluar, niatan jahat tiba-tiba muncul. Ia langsung melepas celana beserta dalamannya dan langsung menuju kamar Tia dan membiarkan TV-nya menyala.

Setelah sampai di depan pintu kamar, ia mencoba membuka pintu dan alangkah terkejutnya bahwa pintu tersebut tidak dikunci dan memudahkan ia untuk masuk ke dalam kamar. Di dalam kamar, ia mendapati sesosok tubuh yang sedang tengkurap berada di kasur yang terletak di lantai. Ia lalu menutup pintu dan tidak lupa untuk menguncinya dan kunci pintu tersebut digantung di gantungan baju yang menempel di pintu.

Ia lalu mendekati tubuh itu dengan kondisi telanjang. Sesampainya Tama di sebelah tubuh itu, ia lalu mengamati tubuh itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Rambutnya cukup keriting dan panjang menambahkan efek lucu di tubuhnya yang mungil itu. Tama lalu menghela nafas dan akhirnya membalikkan tubuh itu dengan cukup pelan-pelan. Tama tersenyum karena Zakiyah sepertinya sudah tidur pulas. Tama lalu menyingkap kaos yang digunakan oleh Zakiyah, namun ditengah-tengah melakukan itu, terdengar erangan Zakiyah dan tubuhnya menjadi tengkurap kembali. Akhirnya Tama memutuskan untuk menyingkap kaos itu dari belakang dan membuka kait BH-nya. Setelah itu, secara perlahan ia membuka celana pendek yang dipakai oleh Zakiyah. Ia menemukan bongkahan pantan mungil yang masih tertutup oleh celana dalam dengan gambar salah satu karakter anime terkuat di jagat raya. Keringat dingin mulai menetes dari wajah Tama karena ia sangat gugup saat ini ditambah kondisi penisnya yang sudah sangat tegak membuat kondisinya serba salah saat ini. Ia lalu perlahan membuka celana dalam Zakiyah dan mendapati lubang belahan vagina yang masih terawat. Tidak terlihat ada rambu-rambut halus disitu. Tama hanya menurunkan celana dalam hanya sampai lutut karena posisi tidur Zakiyah yang tidak memungkinkan untuk dilepas hingga terlepas dari kakinya. Akhirnya setelah menguatkan tekad, ia sedikit mengocok penisnya lalu mengangkat pantat Zakiyah sedikit agar memudahkan penisnya untuk masuk ke dalam anus Zakiyah. Ia lalu menempelkan kepala penisnya di lubang anus Zakiyah lalu……

*TOKTOKTOK*

“TAMAA BUKA PINTUNYA KAMU NGAPAIN??” ucap seseorang yang berada diluar kamar.

Tama lalu kaget karena ketukan pintu itu cukup keras dan ia mendapati Zakiyah sedikit tersadar dari tidurnya dan ia sedikit menggerakkan tubuhnya. Tama yang tidak mau menunggu kesempatan lain, akhirnya mendorong penisnya sekuat tenaga dan menyebabkan kepala penisnya ambles di anus Zakiyah.

“AAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHH” teriak Zakiyah yang kini terbangun sambil melengkungkan tubuhnya.

“TAMAAA APA YANG KAMU LAKUINN” teriak seseorang yang ada di luar kamar sambil masih terus mengetukkan pintu.

Tama masih terus berusaha memasukkan penisnya ke dalam anus dan tangannya ia gunakan untuk mendorong kepala Zakiyah ke kasur sehingga teriakkannya tertahan oleh kasur. Tama masih terus mendorong penisnya hingga seluruh penisnya masuk ke dalam anus Zakiyah.

“aaaahhh ahhhhh gila sempit banget” ujar Tama seraya menarik rambut Zakiyah. “ini yang bakal lo dapet kalo sok-sok suci” lanjutnya tepat di telinga Zakiyah.

Zakiyah hanya bisa mengerang karena mendera sakit yang amat sangat dibagian anus.

“taaammm sakkiiiittt. Keluarinnn. Iyaa aku minta maaafff. Aku terlalu lebayy. Aaahhhh sakittttt taaaaammm pleaseee keluarinnn” ujarnya dengan air mata yang keluar cukup deras.

“belum apa-apa loh zak, baru juga aku masukkin ini. nikmati yaa” ujar Tama lalu mendorong kepala Zakiyah ke kasur lagi. Ia lalu mengangkat pantat Zakiyah lagi dan mencengkramnya. “siap-siap ya zak, ini bakal nikmat banget” lanjutnya lalu menarik penisnya lalu mendorongnya kembali.

Sementara di luar kamar.

“ahhh gilaa si Tama” ucap Winda sambil terus mengetuk pintu kamar. “tiii, gaada kunci cadangan apa kamarmu?”

“gaada wiin, semua kunci kamar ada di dalem semuanya” ujar Tia. “coba aku ke kamar papahku” lanjutnya sambil sedikit berlari ke sebuah ruangan.

“taaammm bukaaa apa yang kamu lakuin!!!” teriak Winda lagi sambil terus mengetukkan pintu. “Fazaaa Dimaaasss bantuinnnn, kasian Zakiyaah” lanjutnya lagi dengan muka panik.

Aku dan Dimas berusaha membuka gagang pintu itu namun sepertinya percuma. Selagi aku memutar-mutar gagang pintu, Dimas menabrakkan diri ke pintu namun pintu itu tidak bergeming sedikitpun. Aku lalu melihat Winda sedikit meneteskan air matanya.

“win kenapa kok nangis?” tanyaku ke Winda.

“kasian Zakiyah, dia udah pernah di kayak giniin dulu. Masa sekarang digituin lagi” ujarnya sambil menatap kosong pintu kamar Tia.

Aku dan Dimas sontak terkejut dengan pernyataan Winda. Tia kembali ke tempat kami namun ia tidak menemukan apa-apa untuk bisa membuka pintu kamarnya. Kami masih terdiam karena masih terkejut dengan pernyataan Winda barusan. Hal itu membuat Tia bingung karena kami berdua hanya diam saja. Winda akhirnya bercerita mengenai tragedy yang menimpa Zakiyah.

Ia bercerita bahwa awalnya ia tau dari ibunya bahwa ia pernah melihat seseorang perempuan SMA pulang malam-malam dan pakaiannya sangat kusut. Saat dilihat lebih dekat ternyata itu Zakiyah. Esok harinya, satu komplek tersebut heboh karena ada pertikaian rumah tangga. Akhirnya sang istri memutuskan untuk pergi dari rumahnya saat itu serta membawa anaknya. Winda yang saat itu tak tahu apa-apa, sehingga ia hanya manut saja kepada wejangan-wejangan yang diberikan oleh ibunya untuk menjaga dirinya. Winda saat itu belum tau bahwa Zakiyah pergi karena pertikaian itu. Ia baru diberi tahu oleh teman satu kelasnya karena bingung kenapa selama satu minggu Zakiyah tidak masuk sekolah. Akhirnya Winda baru sadar bahwa seseorang yang diceritakan ibunya dan pertikaian keluarga itu adalah keluarga Zakiyah. Ia sedikit kesal kepada Zakiyah karena tidak cerita-cerita masalahnya. Ia merasa tidak dianggap sebagai sahabatnya. Padahal mereka sudah berteman dari SD bahkan dari TK mereka sudah berteman.
Aku, Dimas dan Tia hanya manggut-manggut saja mendengar cerita Winda. Winda terus mengeluarkan air matanya, sehingga aku harus menenangkannya. Tak lama aku memeluk Winda, tiba-tiba terdengar teriakan yang cukup keras dari dalam kamar. Hal itu membuat Winda makin erat memelukku. Akupun memutuskan untuk membawa Winda menjauh dari kamar itu. Aku sekilas melihat Dimas dan Tia masuk ke dalam kamar lain.

“win, gapapa kan disini aja?” tanyaku

“iyaa zaa gapapa huhuhu, kasian Zakiyah zaa” ujarnya sambil memelukku.

“iyaa tauu winnn. Salahku juga tadi malah kita tinggalin Tama sama Zakiyah, aku gak tau kalo Tama bakal nekat. Kukira dia beneran cinta sama Zakiyah makanya aku berani ninggalin tadi”

“kukira juga gitu zaaa” ujarnya sambil merapatkan tubuhnya ke tubuhku. “zaaaa dingin disini haha” lanjutnya sambil mengusap air matanya.

“yaa kan diluar win hahaha, nih pake jaketku” ujarku sambil memaikaikan jaketku kepada Winda.

“nanti kamu yang kedinginan hehehe” ujarnya sambil memakai jaketku. “aku udah ada jaket alami hahaha. Kita sementara disini dulu sampe mereka selese”

Winda sedikit tertawa akibat pernyataanku barusan. Aku sedikit lega karena itu. “zaa, aku boleh nanya sesuatu ga?” ucap Winda. “tanya apa?” ujarku.

“kamu cinta sama aku ga?”


Bersambung……………………


 

Kelembutan Seorang Ibu Part 4


Seperti yang sudah diminta sebelumnya, malam itu aku sudah bersiap memijiti ibu di atas karpet didepan TV seperti kemarin malam. Diawali dengan becandaan-becandaan ringan diantara kami.

"Ibu udah siap nih dipijit. Kamu udah siap mijit belum ?"
"Udah dong bu" sambil nyengir.
"Ih kok kegirangan gitu kalau mijitin ibu ?"
Tentu saja aku sedikit malu dengan becandaan ibu yang benar adanya. Jadi aku cuman salah tingkah saja tidak bisa menjawab.
"Hahaha...... malu ya ketahuan seneng" kata ibu sambil mencubit perutku keras sekali.
"Aduuuh ibuuu....... " jeritku pura-pura
"Kenapa ???"
"Enak......" jawabku.
Dan mendaratlah cubitan ibu di perutku yang kedua kali dan kamipun tertawa berderai bersama.

Ibu pergi ke kamar, dan aku berdebar-debar menanti ibu keluar dengan dasternya yang cantik. Namun ketika ibu keluar dari kamar sambil membawa bantal, aku merasa bingung. Hal yang membingungkan adalah ibu malam itu belum berganti Hijab syar'i nya bekas tadi mengajar ngaji di mesjid. Lengkap dengan hijab panjang dan gamis panjang sampai mata kakinya dengan warna hitam.
"Ibu ngga ganti baju dulu sama daster?" tanyaku mancing-mancing.
"Ngga... ibu pakai ini aja, kamu mijit kaki ibu kan tetep bisa walaupun ibu pakai gamis begini".

Yahhhh..... aku kecewa berat. Apakah ibu tahu bahwa kemarin malam aku memijiti sambil menggerayanginya ? Aku khawatir sekali, tapi dari sikapnya yang tak berubah tetap sayang dan penuh bercanda kepadaku, rasanya tak mungkin ibu tahu.
Yang jelas aku malam itu memijiti ibu dengan perasaan kentang, seperti suhu-suhu semua yang sekarang ini sedang kentang.
Perkenalanku pada majalah porno di sekolah pada akhirnya berlanjut menjadi hobi. Setiap hari pada jam istirahat dan setelah jam belajar berakhir, aku selalu menyempatkan diri berkumpul dengan Herman CS. Bahkan bisa dibilang aku sudah menjadi geng mereka, walaupun keberadaanku disana lebih dibutuhkan untuk menjadi target bulian, secara tubuhku paling kurus kecil. Tapi aku tahu, mereka cuma bercanda, walaupun becandaannya sedikit keras dan kadang keterlaluan. Aku fikir sih tidak apa-apa lah, karena dengan berkumpulnya dengan mereka aku jadi kebagian juga melihat foto-foto porno itu.

Hari itu aku sudah tak sabar ingin segera berada di rumah, karena didalam tasku sekarang ada sebuah majalah porno yang dipinjamkan oleh Herman CS. Kenapa dipinjamkan padaku? mungkin karena mereka sudah bosan dengan majalah yang kubawa ini karena mereka ada beberapa yang lebih baru, sementara yang ini sudah lecek dan beberapa halaman robek. Dan aku ingin segera menikmatinya di rumah.

Segera setelah sampai di rumah, aku tidak melihat ada ibu yang biasanya di dapur atau di ruang tamu sambil nonton TV. Entah kemana ibu, mungkin ke rumah tetangga. Tidak mungkin ibu ke mesjid untuk mengajar ngaji disana karena sekarang belum waktunya. Ah biarlah, kemanapun ibu saat ini tidak aku perdulikan karena aku begitu tak sabar ingin segera menikmati majalah porno ini dengan bebas di kamarku. Bahkan ini kebetulan sekali kalau ibu tidak di rumah karena aku jadi lebih bebas dan bisa lebih lama melihatnya tanpa perlu takut. Jadi aku langsung masuk ke kamar dan menutup gordeng kamar (ingat kan, kamarku ini tak memiliki daun pintu karena sudah rusak, jadi daun pintu diganti oleh gordeng).

Aku segera duduk di kasur tanpa mengganti baju seragamku. Maklumlah aku sudah tidak sabar lagi ingin melihat foto-foto perempuan yang sedang telanjang dan disenggamai itu. Mungkin anak-anak yang sejaman denganku masih ingat bahwa di tahun segitu yang namanya hp Android belum lagi terkenal. Apalagi buat anak seumuranku, dan juga berekonomi rendah yang namanya hp Android hanya mimpi belaka. Jadi pada zaman itu pornografi di hp masihlah milik anak-anak orang kaya. Yang berekonomi seperti kami-kami ini hanya dari majalah. Maka anda tidak usah heran jika aku begitu degdegan dan senang ketika bisa membawa pulang majalah ini.

Lembar demi lembar aku menikmati foto-foto perempuan setengah telanjang dan perempuan telanjang difoto dari berbagai sudut dengan berbagai posisi. Batang kemaluanku tegang setegang-tegangnya sampai rasa gatal cenut-cenut di tititku itu berubah menjadi rasa sakit karena kejepit oleh celana seragamku yang agak sedikit kekecilan ukurannya. Oleh karena itu aku membuka celana seragamku, menggantungkannya di dinding dan kembali celentang di kasur untuk membaca majalah itu hanya mengenakan celana dalam saja. Ujung kepala kemaluanku ternyata makin cenut-cenut setelah aku hanya mengenakan celana dalam. Karena ujung tititku itu berasa gatal dan cenut-cenut akhirnya untuk meredamnya aku berganti posisi, membaca majalah sambil tengkurap. Halaman demi halaman kubuka, dan semakin halaman bertambah maka semakin panas pula adegan yang aku lihat.

Perempuan-perempuan bule itu difoto pas bagian selangkangannya. Mulai dari Ngangkang hingga nungging difoto dalam jenis close up photo. Aku menyimaknya baik-baik, menghafalkan bentuknya, warnanya, jembutnya yang dicukur rapi dan ada juga yang dicukur gundul. Dari bentuk dan warnanya saja terlihat begitu menarik. Apalagi di halaman berikutnya, selangkangan perempuan.... aduh... memek... aduh.. aku saat itu enggan sekali menyebut kata "memek" walaupun hanya dalam otakku. Rasanya seperti sebuah dosa yang sangat berat. Tapi saat ini bisa dengan fasih aku memikirkan kata "memek" atau menyebutnya di bibirku, atau menuliskannya disini. Ya... foto memek yang tengah dimasuki titit..... eh... kalau yang sebesar itu mungkin lebih cocok dinamakan kontol.... karena kalau titit itu mungkin ukurannya hanya sebesar punyaku...... foto memek ditusuk kontol itu membuat aku gelisah dan kepala kontolku yang belum begitu besar itu berasa cenut-cenut luar biasa. Anehnya saat aku tekan di kasur (posisiku masih telungkup), rasa cenut-cenut itu hilang dan berganti dengan rasa nyaman.


Aku membuka halaman lain lagi, dan ah..... dari judulnya walaupun bahasa Inggris tapi aku sudah mulai mengerti bahwa itu adalah tentang hubungan sedarah antara seorang ibu dan anak lelakinya. Aku bingung juga sih, apa betulan anak lelakinya atau pura-pura saja karena yang disebut 'anak lelaki' itu ternyata sudah tua juga jika dibandingkan denganku. Tapi aku pada akhirnya jadi membayangkan jika aku melakukan apa yang ada di majalah itu dengan ibu. Misalnya di ruang tamu seperti yang pernah aku lihat waktu itu ketika ibu mengisap selangkangan bapak. Aaaah.... ujung tititku tiba-tiba gatal sekali makin cenut-cenut setelah aku membayangkan ibu hanya bercelana dalam saja seperti yg pernah kulihat. Aku menekan lagi tititku yang tegang di kasur.... aaah kok rasanya lega ya jika ditekan di kasur. Gatalnya itu hilang. Coba aku tekan lagi.... eeemh..... betul... bukan saja gatalnya hilang, tapi tiap kutekan maka ujung tititku itu merasa enak.

Katanya si Denny, biar enak harus digosok pakai tangan yang dilumasi sabun. Tapi ditekan di kasur juga kok enak. Hemm... coba aku tekan lagi.... ah betul.... rasanya melegakan sekaligus nagih.

Jadi, sambil melihat foto adegan hubungan sedarah itu aku menekan-nekankan titit tegangku di kasur. Gimana ya rasanya jika aku melakukannya dengan ibu ? pasti enak sekali.... apalagi sering kudengar dari Herman CS ataupun si Denny yang selalu berkhayal bahwa saat titit tegang ini masuk kedalam lubang memek.... maka kemaluan perempuan itu akan mencengkeram dan meremas-remas tititmu seperti diremas-remas oleh tangan. Aku jadi ingin sekali merasakannya.

Di fikiranku kembali melintas bayangan tubuh ibu yang jongkok hanya mengenakan beha dan celana dalam. Pantat ibu yang nungging mirip sekali posisinya dengan yang ada di majalah ini. Uuuh.... adegan berikutnya adalah kontol besar itu menusuk memek dari belakang.... aku belum tau namanya adalah doggy style. Jadi aku memikirkannya sebagai gaya nungging. Coba misalnya ibu nungging begini lalu aku menusuknya dari belakang.... blesss..... aaaah....
Sambil membayangkan itu, aku menekan lagi tititku keras-keras di kasur.... lama sekali karena aku ingin merasakan rasa enak itu lebih lama. Dan benar saja... rasanya semakin lama semakin enak.... dan aku ingin merasakan yang lebih enak lagi dari ini, jadi aku menekan lebih kencang lagi.... dan rasanya ternyata memang lebih enak lagi.
Dan saat itu aku terengah-engah karena merasa tak puas dengan rasa nikmat itu. Aku menekan lagi lebih kencang, sampai kakiku kejang-kejang. Dan rasa itu tambah enak lagi....
Dan aku mengejatkan kakiku lebih kencang lagi, dan ...... sebentuk rasa hangat mengalir..... dari kepala tititku yang tegang... ke selangkangan... lalu ke tulang ekor.... sebagian ke paha dan betis.... lalu sebagian lagi rasa hangat itu mengalir ke tulang belakang, ke leher... ke otak..... dan ke mata.... membuat mataku berat. Hingga aku akhirnya menutup mataku.... dan terbayang di mataku adalah ibu yang tengah nungging lalu kutancap berulang-ulang tititku ke memeknya.

Rasa hangat itu semakin menjadi, dan aku seperti kesetanan menekan nekan tititku ke kasur hingga akhirnya rasa hangat itu seperti tak tertahan lagi. Tubuhku bergetar, nafasku terhenti, mataku terbuka dan melotot. Kaki dan tubuhku kejang tak mampu kulemaskan.... lalu akhirnya meledaklah suatu perasaan yang luar biasa.
Aku merintih....
"aaaaaaah......."
Dan tubuhku berkelojotan tak karuan, tak mampu kutahan, dan kurasakan gelombang kenikmatan demi gelombang kenikmatan melanda ujung tititku yang ngilu-ngilu sedap.
Nafasku seperti tercekat, dan setiap udara yang keluar disertai dengan suara "Hkkkk.... hkkkkk.... hkkkkkkkkkk....."
Makin lama kenikmatan itu berangsur reda, tetapi tubuhku masih berkedutan dan berkelojotan. Hingga akhirnya melemah.... dan melemah.....

Apakah.... itu yang dinamakan orgasme ?
Itu adalah perasaan yang sangat luar biasa.
Tak ada kata di dunia ini yang bisa menggambarkannya.
Luar biasa.
Dan aku kelelahan.... lemas, ngantuk, capek, tak bertenaga.
Tapi.... apa ini ?
Hah ? ini...... basah-basah lengket....
Inikah yang disebut..... air mani ???

Aku serabutan mencari lap, dan berakhir dengan mengorbankan baju seragamku untuk mengelapnya.

Setelah berganti celana pendek dan kaos butut maka sambil tiduran, aku memikirkan rasa yang tadi kualami. Pantas saja orang ketagihan, rasanya memang enak. Apalagi jika melakukannya dengan perempuan... pasti lebih enak. Tapi kok mataku berat begini ya, ngantuk sekali aku. Tapi aku masih penasaran dengan majalah tadi, jadi aku sambil tiduran sambil melihat-lihat lagi majalah tadi. Tapi sekarang kok tidak semenarik tadi ya melihat gambar ini. Aku lebih tertarik memejamkan mataku.

Dan, ....... bluk..... majalah itu terjatuh. Aku tidak perduli, mataku tak bisa diajak kompromi.

Aku tertidur di sore hari.

*****

BYUR !!!!!!!
Aku terkesiap.

BYUR !!!!!!
Aku meloncat.

BYUR !!!!!!
Dan aku tercekat.


"ANAK SETANNN !!!!!!" sebuah suara serak menggelegar bak halilintar menyadarkanku dari rasa kantuk. Bapak berdiri disana, memegang ember yang sudah kosong di tangan kanannya. Dan di tangan kirinya adalah..... majalah pornoku......
Di belakangnya, ibu berusaha memegang tangan bapak dan menahannya.
Ibu menangis.

Oh kiamat ini.

Tenaga ibu tak mampu menahan bapak. Apalah arti tenaga seorang perempuan lemah lembut seperti ibu dalam menghadapi tenaga bapak yang bertubuh besar berotot.

Plakkkkk !
Majalah itu dilempar ke mukaku, sampai aku merasa pedas di wajahku.
Tidak cuman itu, yang berikutnya datang tak dapat kuperkirakan akan datang.

Duakkkkk....!
Bogem bapak mengenai mataku, sampai pandanganku gelap.
Klepak !
Klepak !
Tamparan kanan kiri kuterima.

Ada rasa hangat mengalir di bibir.

Blakkkk!
Sebuah tendangan di perut membuatku terjengkang lalu tubuhku terbanting ke dinding. Aku lemas tak berdaya, dan.... hekkkk.... muntah di lantai sambil tersungkur.
Pandanganku berkunang-kunang.... lalu gelap gulita.