Budak Nafsu Pacar Anakku Bag 01 Kepergian Hendro


“Ahhh….mas,,,ennaaghkk”, Mas Hendro terus menggenjot tubuhku dengan irama yang teratur, tangannya meremas lembut bongkahan pantatku yang sedikit terangkat menikmati genjotannya.

“kamu luar biasa sayangku…enghhhmm…akuhh…mhmmpasti akan rindu kamuuuuh……”, mas hendro terus meracau. Tiba-tiba kurasakan gerakannya semakin cepat.

“sayaaang,,,aku sampai…….”

“aku juga massss…enghhhh…..”, tanpa bisa dibendung lagi, aku dan mas hendropun orgasme secara bersamaan. Nikmat….

Namaku Hany, 40 tahun. Dan Hendro (45) adalah suamiku. Ia bekerja sebagai seorang dosen di salahsatu perguruan tinggi negeri. Pernikahan kami sudah berlangsung selama 20 tahun. Dan selama itu pula hubungan seks kami tak pernah bermasalah, dan selalu bergelora. Kami dianugrahi tiga orang putri yang cantik. Anak pertama kami Dian (19) sekarang sedang berkuliah di perguruan tinggi negeri di tempat suamiku Hendro mengajar. Anak kedua kami Dita (16) sekolah di salahsatu SMA favorit di kota ini dan terakhir Yona (14) yang masih duduk di kelas dua SMP.

Sedikit gambaran tentang diriku. Aku adalah seorang ibu rumah tangga, berjilbab, dengan tinggi 165 cm, dan ukuran dada 38D, cukup besar dan menggiurkan memang. Bahkan jilbab lebar ku tidak sanggup menutupi tonjolan indah itu. Aku berkulit putih. Meski umurku sudah 40 tahun, akan tetapi tubuhku masih segar dan menggiurkan, bahkan untuk anak remaja seumuran anak-anakku sekalipun. Hal ini kusadari karena tiap kali teman anakku berkunjung ke rumah, mata nakal mereka tak pernah jauh dari dadaku.

Keluarga kami adalah keluarga yang harmonis dan sering menjadi panutan bagi tetangga-tetangga lain. Aku dan suamiku bahkan hampir tidak pernah bertengkar. Anak-anak kamipun anak-anak yang berprestasi dan penurut pada orangtua. Keluarga kami terlihat seperti keluarga idaman. Setidaknya sampai sebelum Ardo (20) datang di kehidupan kami.

Ardo? Ya, dia adalah pacar Dian, yang akhirnya merusak rumah tanggaku. Dan aku akan menceritakan kejadian yang menimpa keluargaku. Agar bisa menjadi pelajaran hidup buat kalian semua.

Kepergian Hendro

Hari ini adalah hari keberangkatan Hendro. Hendro mendapat beasiswa dari kampusnya untuk melnjutkan S3 di Australia. Setelah melalui diskusi panjang dengan aku dan anak-anak, akhirnya kami memutuskan untuk merelakan Hendro mengambil beasiswa itu. Sebenarnya yang aku khawatirkan adalah dengan perginya Hendro, otomatis tidak ada laki-laki di rumah. Ya, kami hanya tinggal berlima, tanpa pembantu, sehingga perginya Hendro cukup membuat ku khawatir. Untungnya Hendro meyakinkanku dengan mengatakan bahwa jika kita berlindung pada Tuhan, maka Tuhan yang akan menjaga kita.

Saat ini Aku sedang sibuk membantu Hendro suamiku untuk mengepack barang-barang yang akan ia bawa. Sedangkan Hendro sedang mandi. Sedangkan Dian, Dita, dan Yona sedang menyiapkan sarapan untuk kami berlima. Ya, mereka sudah sepakat untuk membuatkan masakan special untuk papanya sebelum papanya itu berangkat ke Australia.

Pukul 07.30, kami semua sudah berada di meja makan, semua makanan sudah siap dan barang-barang yang akan dibawapun sudah masuk koper semua.

“Papa harap, kalian bisa saling menjaga selama Papa nggak di rumah”, Hendro membuka pembicaraan sambil menyeruput cappuccino nya.

“sering-sering telpon kami yaaa Pa”, Yona si bungsu tiba-tiba berdiri dan langsung memeluk papanya itu.

Reflek, Dian dan Ditapun ikut berdiri dan ikut berpelukan. Pelukan itu terjadi cukup lama, sampai akhirnya mereka melepaskan pelukannya dan Hendro pun berdiri memelukku.

“aku titip anak-anak ya sayang”, Hendro membisikkan itu sambil mencium keningku.

Kemudian Hendro menoleh kearah anak-anak dan berkata “Papa titip mama ke kalian ya…kalian harus bisa saling menjaga selama papa pergi”,

“Iyaa pa, papa juga jangan nakal di Australia, walaupun banyak bule cantik, inget di rumah mama selalu nunggu”, akupun menjawab sambil mengerlingkan mataku kearah Hendro dan anak-anak.

“Yuk pa, berangkat..ntar telat lho”, ucapku.
Akhirnya kamipun berangkat menuju Bandara bersama-sama.

******

Hari ini tepat tiga bulan Hendro berada di Australia. Artinya sudah tiga bulan juga aku tidak merasakan nikmatnya bersetubuh. Hari-hari yang biasanya selalu diisi dengan seks menggelora sekarang menjadi kering tanpa rasa. Hari ini, bangun tidur aku merasa sangat bergairah sekali. Ku lirik jam dinding di dekat lemari. Baru menunjukkan pukul 08.00. Biasanya jika sedang bernafsu seperti ini aku akan menghabiskan waktu ku dengan berkunjung ke rumah saudara atau berkumpul dengan ibu-ibu pengajian untuk memadamkan gelora nafsuku. Tapi entah kenapa pagi ini rasanya beda. Sepertinya nafsu yang sudah tiga bulan ini tak tersalurkan berada diubun-ubun. Aku bangun dan melangkah ke kamar mandi yang ada di kamarku untuk sekedar mencuci muka. Kemudian aku keluar kamar, di meja makan ku lihat Dian sedang senyum-senyum sendiri sambil membaca pesan di hp nya.

“kenapa sayang, kok senyum-senyum gitu?”, aku menghampiri Dian.

“sarapan dulu ma, aku dah bikin nasi goreng tadi”, bukannya menjawab Dian malah menyuruhku sarapan.

“mama nanya kok gak dijawab sih? Lagian, kamu kok masih di rumah, gak ada kuliah?”, aku mulai menyendok nasi goreng buatan Dian, dan duduk disampingnya.

Nonton Dulu bro/sis Baru Lanjut Baca Ceritanya


“ooh, ini ma bbm dr teman aku lucu”, ucapnya.

“iya aku kuliah kok, ini udah mau berangkat”, lanjutnya lagi.

“temen apa temeeen?”, ucapkuu sambil mengusap kepala Dian.

“iiih, mama apaaan sih…..temen maaaa, tp gak tau juga sih, hahaha…”, Dian tertawa keras.

“eh ma, aku boleh pacaran gak sih?”, tiba-tiba Dian menatapku serius.

“hmmmm, boleh aja sih, kamu kan udah dewasa, yang penting kamu bisa jaga diri utk tidak melakukan hal-hal yang gak pantas, apalagi sampai memberikan mahkota mu”.

“ooh gitu ya ma, sebenarnya aku udah punya pacar sih, baru seminggu jadian, gpp kan ma?”, Dian tersenyum lebar dan memelukku.

“Iya gpp sayang, kamu jaga diri ya, jangan tergoda yang aneh-aneh. Kapan kamu mau kenalin mama sama pacarmu itu?”, aku mengusap-usap kepala Dian.

“iya ma, nanti aku bawa ke rumah, oia namanya Ardo, baik kok ma orangnya”, Aku hanya tersenyum mendengarnya.

“ma aku berangkat kuliah dulu yaaa”, Dian melepas pelukanku dan menciumku.

“hati-hati sayang”, aku juga menciumnya.

Sekarang tinggal aku sendiri di rumah, nafsuku kembali menggebu. Ah, mungkin aku harus mandi untuk meredam nafsu ini. Akupun beranjak menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarku.

Sesampainya dikamar, aku membuka perlahan pakaianku dan berdiri di depan cermin. Tubuh ini, tubuh yang masih menggairahkan ini sudah punya tiga anak. Aku mulai membuka bh yang kupakai. Namun, kemudian aku malah mengusap-usap payudaraku sendiri. Perlahan usapan itu berubah menjadi remasan-remasan lembut. Ahh, aku sepertinya benar-benar sudah nggak tahan. Aku pun pindah keatas kasur. Tanganku kembali meremas payudaraku sendiri. Nafasku makin tak teratur. Satu tanganku mulai merambah ke celana dalam dan mulai mengelus-elus vaginaku dari luar celana dalam. Cairan-cairan cintaku mulai membanjir. Darahku berdesir merasakan kenikmatan ini.

Akupun akhirnya membuka celana dalamku, satu-satunya kain penutup yang tersisa ditubuhku itu sudah basah oleh cairan cintaku. Jariku mulai menusuk-nusuk vaginaku dan memberikan sensasi tersendiri. Perlahan-lahan tusukan jariku menjadi semakin cepat.

“ooohhh,,mffmmmffff……”, aku mulai merintih-rintih gak jelas.

Dan akhirrnya. Aahhhhhh……….denyutan-denyutan dahsyat melanda liang vaginaku. Aku mengalami orgasme!

“aah, Hendro sayang,,aku udah ngak tahaaan, pulang dong sayaaang”, aku menggumam dalam hati. Mataku terpejam sejenak menikmati sisa-sisa orgasme ku.

LANJUT BACA KE BAGIAN KE 2




0 comments:

Post a Comment