Kisah Citra part 17 | Godaan Kakak Ipar


Lanjutan Dari Kisah Citra part 16 | Senyum Terindah
Ingatan Citra kembali lagi ke beberapa tahun lalu. Saat dimana Marwan pada akhinya memberanikan diri untuk melamarnya.

Senyuman, tak henti-hentinya tersungging di bibir Citra muda. Terlebih setelah hubungan dengan Puji sudah putus beberapa lalu dan tergantikan oleh Marwan. Pemuda yang secara tak sengaja telah menyelamatkan Citra dari kekejaman kekasihnya.

"Maukah kamu menjadi istriku dek...?" Tanya Marwan sambil menyodorkan sebuah cincin emas dengan batu permata kepada Citra.
"Serius kamu Mas...? " Tanya Citra seolah tak percaya "Kamu beneran mau menikahiku...?"

Betapa tidak? Marwan adalah satu-satunya pria yang langsung mengajak Citra menikah tanpa harus berkenalan lebih jauh lagi. Tanpa harus mencicipi kemolekan tubuhnya terlebih dahulu. Tanpa mempertimbangkan jika sudah pernah ditiduri oleh banyal lelaki lain. Tanpa mempertimbangkan Citra sudah tak perawan lagi.

"Iya dek... Aku serius..."
Tapi aku khan....?"
"Kenapa...?"
"Aku khan sudah gak perawan mas...?
"Perawanmu hilang khan karena perkosaan dek.... " Jelas Marwan, "Bukan karena kehendak hatimu... Jadi bagiku, hilangnya keperawananmu itu... Bukanlah sebuah masalah...."

Mata Citra berkaca-kaca. Ia tak mengira jika lelaki yang baru saja ia kenal itu menerima dirinya yang sudah tak sempurna. 

"Jadi... Gimana dek...?" Tanya Marwan lagi, " Kamu mau ya jadi istriku...?"
"Iya mas... Iya... Aku mau..."

Akhirnya, di usia 22 tahun Citra menutup masa lajangnya bersama Marwan yang berusia 28. Acara pernikahan Citra dan Marwan cukup megah, 3 hari 3 malam. Banyak sekali keluarga dan undangan yang datang dan memberikan selamat. Dan semenjak itu, petualangan Citra dengan lelaki-lelaki lain resmi berhenti, walau untuk sesaat.

Walau masih menumpang di rumah keluarga Marwan, Citra mulai merajut lika-liku rumah tangganya. Bersama kedua orang tua Marwan, ketiga kakak, dan kedua adiknya, Citra mencoba membaur di kehidupan keluarga itu. Rumahnya yang cukup besar, membuat semua anak-anaknya bisa tinggal dengan cukup nyaman.

Ketiga kakak Marwan, Mas Meyda, Mbak Murni, Mbak Mirna sebenarnya sudah memiliki keluarga dan rumah sendiri, cuman terkadang mereka menyempatkan diri untuk menginap dan menempati rumah orang tuanya Marwan. Yang belum menikah hanyalah Maya dan Muklis. Jadi jika saudara mas Marwan sedang tak ada dirumah, otomatis rumah hanya berisikan empat orang saja, plus Citra dan Marwan.

Setelah menikah, Citra sengaja tak bekerja. Pekerjaannya sebagai staf admin di kantor lamanya, ia tinggalkan untuk sementara. Dan hasilnya, setiap hari Citra tak melakukan apa-apa dirumah selain nonton tivi dan menemani keluarga Marwan. Pekerjaan Marwan sebagai calo tanah saat itu masih dibilang cukup bagus. Penghasilannya tiap tembus proyek, bisa terbilang cukup melimpah. Sehingga walaupun Citra tak bekerja, Marwan masih sanggup memberinya banyak materi. 

Namun, karena gaya hidup Citra yang boros, materi dari Marwan sering kali tak cukup, dan hal itu yang seringkali membuat Citra merasa gamang dan bimbang.
"Apakah aku harus kembali menjadi Citra yang dulu lagi....?"
"Butuh apa-apa, tinggal minta kasih Mas A..."
"Pengen punya apa-apa, tinggal minta beli'in Mas B...."
"Pengen kemana-mana, tinggal minta anter Mas C...."
"Dulu.... Semuanya begitu mudah...."

Tumpukan pemikiran masa lalu, sedikit-sedikit membuat istri Marwan itu merasakan kebosanan yang amat sangat. Bagaimana tidak, Citra yang sebelumnya adalah seorang wanita petualang, wanita yang tak bisa diam, wanita sosial yang sering berganti-ganti lelaki, sekarang ia harus menjadi wanita rumahan yang tunduk dan patuh kepada satu orang lelaki. 

Jika dulu Citra sering bergonta-ganti pasangan, sekarang, setelah beberapa bulan disini ia harus bisa setia dengan satu orang. Jika dulu, Citra bisa pergi berlibur sesuka hati, sekarang ia harus menahan diri tak kemana-mana. Jika dulu, Citra selalu mendapat perhatian dari banyak lelaki yang ada disekitarnya, sekarang ia hanya bisa mendapat perhatian adik ipar lelakinya. Jika dulu Citra sering mendapatkan semua hal yang diminta, sekarang ia harus puas dengan apa yang diberi oleh suaminya.

"AKU BOSSAAAAAANNNN..." Jerit batin Citra, "Aku tak bisa hidup seperti ini.... Aku pengen keluar... Aku pengen jalan-jalan... Aku pengen belanja.... Aku pengen bercintaaaa...."

"Bercinta... Iya... aku butuh bercinta..." Kata Citra lagi dalam hati sambil merenung dalam-dalam. Walau ia dan Marwan sering sekali melakukan percintaan, akan tetapi, ia sama sekali tak merasakan nikmatnya orgasme yang dahulu sering kali Citra raih bersama mantan-mantannya. Bersama Marwan, alih-alih merasa puas, Citra malah sering merasa ditinggal begtu saja. 

"Mas Marwan bukan seorang yang ahli di bidang percintaan...." Renung Citra kembali, "Ia hanyalah lelaki biasa.... Lelaki normal yang tanpa memiliki kelebihan di bidang seks.... " Tambah istri Marwan itu sambil menarik nafas dalam-dalam. "Bahkan.. Alat kejantanannya yang mungil sama sekali tak sesuai seperti apa yang aku harapankan... Ternyata tak mampu meladeni besarnya kebutuhan birahiku yang sering kali meluap-luap.... Aku butuh seks... Aku butuh orgasme...."

Dilihatnya suami tercintanya sudah tertidur begitu lelap, dengan dengkuran halus yang perlahan semakin terdengar nyaring ditelinga. Citra beranjak dari tempat tidurnya, dan berjalan keluar menuju ruang tengah. Ruang yang selalu dijadikan tempat pelepas penat setiap kali Citra kurang puas dengan permainan cinta suaminya. Ruang dimana terdapat televisi yang sedikit banyak mampu mengurangi rasa penat dihati.

Dengan hanya mengenakan daster tipis tanpa mengenakan pakaian dalam, Citra berjalan ke ruang tamu. "Jam segini, pasti orang rumah sudah tidur..." tebak Citra yang sudah hafal dengan segala kebiasaan keluarga Marwan. "Pakne ama bukne pasti sudah pada tidur... Kakak-kakak mas Marwan juga pasti nggak bakal pulang kesini.... "

Berjalan santai, Citra menuju ruang tengah. Ia sudah tak mempedulikan bagaimana penampilannya saat itu. Rambut panjangnya kusut awut-awutan, puting payudaranya masih menonjol tercetak jelas dibagian dada, serta lelehan sperma Marwan yang mengalir turun di paha mulusnya hanya dilap ala kadarnya dengan kain daster yang ia kenakan. Citra benar-benar cuek.

"Palingan yang masih melek cuman Maya ama si mesum Muklis...." tebak Citra lagi.

Dan benar, sayup-sayup, terdengar suara gemuruh penonton dari ruang tengah. Dan begitu Citra tiba diruangan itu, nampak sosok pemuda seusianya yang sedang konsentrasi mengikuti acara di televisi.

"Eh.... Kamu belum tidur Klis..?" Tanya Citra yang mendapati adik kandung suaminya yang sedang asyik menonton tivi, "Tumben jam segini masih melek...?" Tambah Citra yang melirik kearah jam dinding diatas televisi.
"E... Ehh... mbak Citra..." balas Muklis Arianto (20 tahun) dengan wajah yang semula merengut menatap tivi, tiba-tiba sumringah ketika melihat kedatangan kakak iparnya. "Iya nih mbak.... Ada sepakbola.....Jam satu ini baru akan mulai..."

"Oh iya... Sekarng lagi musim piala dunia..... " Batin Citra sambil menatap wajah adik iparnya yang sedang melihat kearah Citra dengan pandangan aneh, "Kamu kenapa Klis....? Apa ada yang salah ama mbak....?" Tanya Citra heran, "Kok mukamu kaya melihat hantu gitu...?"
"Ehhh... nggak mbak.... nggak ada apa-apa..." jawab Muklis sambil kembali menatap layar televisi,

Walau tahu dengan ke-kikuk-an adik iparnya, Citra langsung duduk disofa samping Muklis, membuat lelaki muda itu blingsatan kebingungan. Ia tahu, jika sebenernya Muklis begitu mengaguminya, dan Citra juga tahu jika adik iparnya itu sangat terobsesi dengannya. Oleh karenanya, melihat tampang bego-bego tapi pengen milik Muklis, sedikit banyak mampu membuat Citra agak terhibur.
"Godain dikit aaahhh....." batin Citra iseng didalam hati sambil tersenyum-senyum sendiri.

"Jagoin siapa Klis...?" Tanya Citra basa-basi dengan tangan kiri Citra menepuk paha sebelah kanan Muklis.
"Uuhh.... " Desah Muklis kaget, "Ehh... Jagoin Belanda mbak..."
"Hihihi.... Muka kagetnya lucu sekali...." Ucap Citra dalam hati sambil terus memperhatikan wajah adik iparnya yang berulangkali melihat kearah tangan Citra yang ada dipaha kanannya. Tak jarang, jakun Muklis naik turun dengan sesekali memejamkan matanya.
"Kenapa Klis...?" Tanya Citra sambil terus mengusapi paha kanan Muklis. 
"Nggak apa-apa Mbak...." Jawab Muklis berusaha menjaga intonasi suaranya setenang mungkin dan mencoba terus konsentrasi kearah pertandingan bola.

"Busyeeet.... Tuh tangan mulai ngegodain lagi dah... Jangan ngaceng... Jangan ngaceng... Jangan ngaceng... " Batin Muklis sambil berusaha konsentrasi supaya otaknya tak berpikiran mesum terhadap kakak iparnya. "Mana aku lagi nggak pake sempak..."

Mati-matian, Muklis berusaha menahan diri supaya batang yang tumbuh diselangkangannya tak cepat-cepat mengeras dan menampakkan dirinya. Terlebih melihat tangan putih kakak iparnya yang sedang mengelus pahanya, membuat jantungnya berdetak lebih kencang. Otot-otot kakinya tegang, dan keringat dingin mulai mengucur perlahan.

Memang, sudah sejak lama adik Marwan ini seringkali mengkhayalkan tentang Citra. Wajahnya yang cantik ditunjang bentuk tubuh yang molek, membuat lelaki kurus itu tergila-gila dengannya. Dari awal perkenalannya beberapa bulan lalu ketika Marwan membawa Citra kerumah, Muklis seolah jatuh cinta pada pandangan pertama. Apalagi, semenjak Citra sudah resmi menjadi istri Marwan dan diajak tinggal serumah dengan orangtuanya, Muklis semakin tak mampu menahan hasrat dan cintanya kepada istri kakak kandungnya itu.

Saking terobsesinya, tak jarang Muklis sering kali memphoto Citra dengan segala macam aktifitasnya secara diam-diam. Citra yang sedang masak, mencuci, duduk-duduk, sedang mandi, bahkan ketika ia bersetubuh dengan kakak kandungnya, Muklis tak melewatkan semua kesempatan itu.

"Eh... Ehh..... Bapak tadi pagi beli koran ya Klis...?" Tanya Citra sambil membungkukkan tubuhnya maju
"Iya mbak..." Jawab Muklis singkat, "Astaga itu teteeeekkk...." Batin Muklis sambil melirik payudara kakak iparnya yang terlihat menggantung dari lubang lengan dasternya yang lebar.
"Ah enggak Klis... Ini koran lama...." Kata Citra seolah sengaja membungkuk lama, supaya adik iparnya itu bisa menikmati pemandangan mesumnya.

"Kampreeettt.... " Batin Muklis dalam hati sambil berusaha membetulkan batang selangkangannya diam-diam, "Bikin kentang aja sih..."
"Nggak ada Klis..." Tanya Citra sambil terus mencari-cari tumpukan koran dibawah meja.
"Hmmm... Mu... Mungkin disebelah sana kali Mbak...." Saran Muklis sambil menunjuk ke depan meja.

Mencoba menggoda adik iparnya lebih jauh, Citra segera beranjak kedepan meja lalu kembali membungkukkan badan. Dengan membelakangi televisi, Citra sengaja membungkuk-bungkukkan badannya. "Disini Klis...?"

"Aaaassstaaaaagaaaa..." Batin Muklis kegirangan ketika melihat payudara Citra yang berayun-ayun manja dari balik lubang leher dasternya.

"Hhmmm.. Iya mbak..." Jawab Muklis mulai masuk ke perangkap birahi Citra. 
"Kok nggak ada si Klis..?"
"Masa sih mbak...? Coba cari lagi deh..." Ucap Muklis singkat, "Byuh byuh byuuuuhhh.... Tetek istrimu maaaas...." Batin lelaki muda itu sambil terus mengamati pemandangan tubuh indah kakak iparnya ketika membungkukkan tubuhnya guna mengambil koran di kolong meja. "Udah gedhe.... putih pula..."

Mendadak, Muklis merasa kesulitan menelan ludah karena tatapan mata nafsunya. Karena meja didepannya adalah meja kaca otomatis ketika jongkok, paha jenjang Citrapun terlihat jelas dari belahan daster pendeknya, membuat semua perhatian Muklis seluruhnya tercurah ke tubuh wanita molek yang ada didepannya.

"Klis..." Kata Citra yang masih sibuk membolak-balik tumpukan koran dibawah meja kaca.
"I...Iya... Iya mbak..." Jawab Muklis.
"Pertandingan bolanya jelek ya....?" 
"Eeehh... Emang kenapa mbak..?"
"Kamu mau nonton tivi... Atau mau nonton tetek mbak ini....?" Tanya Citra sambil beranjak dari depan meja dan kembali duduk disamping adik iparnya. "Kalo kamu nggak mau nonton tivi, biar Mbak aja deh yang nonton..."
"Maa...Maaaf mbak...."
"Dasar... Cowok... Mesum.... " Kata Citra yang dengan santai mengetuk kepala Muklis dengan jarinya, "Udah... Sini'in remotenya...."

Mendengar ucapan Citra, seketika muka Muklis merah padam. Lelaki tanggung itu malu sejadi-jadinya karena kedapatan mengintip tubuh molek kakak iparnya. Buru-buru, ia segera kembali menatap tajam kearah televisi.

"Iya mbak... Maaf... " Jawab Muklis sambil menyerahkan remote tivi ke Citra
"Hihihihi... Biasa aja kali Klis,.. Gausah tegang gitu..."
"Maaf mbak...."
"Iyaaaa.... Udah sana.... tolong bikinin mbak mie instan... Mbak laper..... Pake telor ya Kliiiss..."

Entah apa yang ada diotak Citra ketika melihat kemesuman adik iparnya. Semenjak menikah dengan Marwan, ia seringkali menggoda lelaki berusia tanggung itu. Melihat mata jahilnya, melihat muka tegangnya, dan melihat tingkah kikuknya, membuat Citra seperti mendapat mainan baru yang lumayan bisa mengurangi rasa penatnya.

"Ini mbak mie instan pake telornya..." Kata Muklis sambil menyodorkan semangkuk mie yang masih mengepulkan asap.
"Makasih adikku yang paling messsuuummmm.." Jawab Citra tersenyum genit yang langsung menyeruput kuah mie itu panas-panas, "Huuuaaah... Ini enaaaaakkkk...."
"Syukur deh kalo mbak suka...."
"Yuk makan bareng Klis.... Biar otakmu nggak tegang mulu.... Biar ga ngeres.....Hihihihi.... "
"Ya khan.... Aku ngeres juga gara-gara kamu mbak..." Jawab Muklis ngeles.
"Yeee.... Nggak juga kaleeee..... Otak kamu tuh yang mesum, jadinya mikir ngeres mulu...."
"Habisan kalo deket mbak Citra.... Siapa sih yang nggak mikir ngeres....."
"Hihihi... Gitu ya Klis... " Tanya Citra lagi

Tak menjawab, Muklis hanya menganggukkan kepalanya. 

"Emang kamu suka ya melihat tubuh mbak....?"
Lagi-lagi, Muklis tak menjawab, ia hanya menganggukkan kepalanya. 
"Apanya yang kamu paling suka...?"
"Hhmmm.... Yang mana yaaa...?"
"Hihihi.... Nggak usah kamu jawab juga mbak udah tahu Klis.... Kamu suka ya ngeliatin tetek mbak...?" Tebak Citra.
"Besar banget ya mbak....?"
"Kamu mau tau....? Mau liat....?"

Mendengar tawaran yang tak mungkin Muklis tolak, lelaki kurus itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya setiap kali ada pertanyaan yang keluar dari mulut mungil Citra

"Yaudah... Kalo kamu mau... Sok ajah liatin tetek mbak..."
"Be...Bener mbak...?"
"Hiya... " Jawab Citra sambil tersenyum "Sok....Nih... Liat aja...."
"Waaahh... Makasih mbak.... " Jawab Muklis yang segera saja menarik kain lengan Citra dan berusaha mengintip payudara besar kakak iparnya itu.
"Iya sama-sama.... Tapi... Besok kelakuanmu ini mbak laporin ama suami mbak ya... Biar tititmu digoreng ama masmu..."
"Yaaaaaaaaahhh.... Mbaaakkk..... Sepet gitu akhir-akhirnya...."
"Hahahahaha....." Tawa Citra menggelegak. Cekikikan sambil terpingkal-pingkal melihat impian lelaki tanggung itu seketika pupus setelah mendengar kakak kandungnya disebut-sebut. "Hihihihihi... Mukliiisss.... Mukliiisss.... jadi orang kok ya mesum amat.... Hihihihihi....."

" Hihihihihi.....Maaf ya Klisss... Mbak becanda..."
Tak menjawab, Muklis hanya menyeruputi sisa-sisa kuah mie instan dimangkuk.

"Klis...?" Panggil Citra
"Hmmm....." Jawab adik iparnya singkat.
"Mukliiiissss...." Goda Citra lagi.
"Apa sih mbak...?"
"Kamuuuuu.... Pernah beginian nggak...?"
"Beginian gimana...?" tanya Muklis sok cuek sambil menjawab pertanyaan Citra tanpa melihat kearahnya.
"Ya beginian..." Tanya Citra sambil menunjukkan jempol yang diselipkan diantara jari telunjuk dan jari tengahnya kedepan muka adik iparnya.
"Haaah....? Be... Belum mbak... E..emangnya kenapa...?"
"Masa beginian kamu belum pernah Klis...? Ck ck ck... Sayang dong titit kamu cuman dipake kencing aja...?"
"Yeeeee..... Apaan sih mbak....?"
"Keburu tua loh Klis...."
"Hmmm.....Habisan... Belom ada yang mau ngajarin mbak... "
"Gitu ya...? Kalo misalnya ada cewe yang mau ngajarin gimana Klis...?"
"Hmmm... Mau sih mbak... Cuman siapa yang mau beginian ama aku...?"
"Kalo misal mbak yang ngajarin kamu beginian kamu mau nggak Klis...?"

"Haah... Serius mbak... ?" Tanya Muklis yang tiba-tiba kembali sumringah.
"Iya.. Yuk... "
Beneran mbak....? Kamu nggak becanda khan....?" 
"Hiyaaa...."
"Sekarang mbak...?"
Citra mengangguk

"Disini...?"
Lagi-lagi Citra mengangguk

Celingak celinguk, Muklis memperhatikan sekitar.
"Ga bakal ada yang ngeliat kita kok Klis... Semua sudah pada tidur...." Kata Citra santai, "Mau nggak....?"
"Mau mbak..."
"Yaudah... Ayo buruan..."

Tanpa menunggu waktu lama, Muklis langsung melanjangi dirinya. Secepat kilat ia membuka baju dan menurunkan celana kolornya. Sehingga dalam hitungan detik, adik ipar Citra itu sudah telanjang bulat dan memamerkan penisnya yang sudah menegang keras didepan hidung mancungnya.

"Loooh... Loh Klis... Kamu mau ngapain...? Kok sampe telanjang-telanjang segala....?"
"Laaah... Mbak... Katanya tadi mau ngajarin beginian...?" Tanya Muklis sambil menunjukkan susunan jemari jempol yang diapit jari telunjuk dan jari tengahnya.
"Naaaah itu kamu udah bisaaaaa....."
"Haaa.... Aku udah bisa....? Maksud mbak... cuman mau ngajarin susunan jari begini....?"

"Hahahahaha... Iyalaaaaah..... Emangnya kamu pikir mbak mau ngajarin kamu ngapaaaaain hayooo....? Hahahaha...." Lagi-lagi Citra tertawa ketika melihat wajah bingung dan lucu pada adik iparnya. Saking lucunya, wanita cantik itu sampai terguling-guling disofa. 

"Muklis Muklis.... Punya otak mesum amat sih...Hahahahahaha...."

"Kampreeet-kampreeeettt..." Dengan muka merah padam karena malu, Muklis segera memakai semua pakaiannya lagi dan kembali menonton tivi.

"Hahahahaha.... Sumpah... Kamu kocak banget Klis... Kooocaaaak bangettt.... Hahahahaha.... "
"Ssssttt.. Udah udah mbak.... Aku mau nonton tivi lagi.... Aku harus konsentrasi..."

" Hahahahaha.... Iya deeehh....." 

"Kliiss... "
"Hmmm..."
"Jangan marah ya...."

Muklis tak menjawab. 

"Kliiisss... "
"Hhhmmm..."

"Tititmu lucu Klis...." Kata Citra yang tiba-tiba menggeser posisi duduknya mendekat kearah adik iparnya. "Apalagi kalo ukurannya lebih gedhe lagi... Pasti mbak bakal ajarin yang enak-enak ama kamu...." Kata Citra tiba-tiba sambil membuka celana kolor adik iparnya dan memasukkan tangan mulusnya kedalam. Merogoh batang penis Muklis yang masih tegang sambil mengelusi batang keras itu dengan jemari lentiknya.

"Kalo udah gedhe, kabar-kabarin mbak ya Klis...." Tutup Citra sambil mengecup pipi Muklis manja, " Met bobo Muklis sayaaang..... Muaah....." 

Setelah itu, Citrapun melangkah pergi, meninggalkan Muklis yang masih terbengong-bengong tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dan rasakan.






No comments for "Kisah Citra part 17 | Godaan Kakak Ipar"