Rahasia Dibalik Kebaikan Ibuku Part 14

 


Setelah mengeringkan badan dan melilitkan handuk di pinggangnya, dodi langsung keluar dari kamar mandi.

Di luar dodi mendapati kakaknya sedang meringis kesakitan duduk di kursi dapur sementara paijo memegangi tangan kakaknya.

“Kakak kenapa?!.., kenapa tadi teriak??..” tanya dodi khawatir

“Ehh dodi, a-anu ini tadi ada kejadian..” ucap paijo

“Kejadian apa? Kakak dodi diapain sampai meringis gitu!!..” bentak dodi

“A-anuu ini tadi mas mau kasih tau caranya pegang sodet yang benar, dodi kan tau mas pernah kerja di resto jadi mas tahu caranya, kakaknya tadi masak pakai tangan kiri soalnya..hihi..-

Nah si teteh ini ngelawan waktu mas ajarin, kecipratan minyak deh hehe..” ungkap paijo

“Kakak ini emang orangnya kidal!!..” bentak dodi hingga membuat paijo melangkah mundur

“Ya ampun…kakak tangannya gimana??..” ucap dodi berjalan mendekati kakaknya

“S-sakit dod, sakit…huuu..”

Dodi mengecek tangan kiri kakaknya dan benar saja, terdapat luka bakar ringan di tangan kakaknya.

Dodi tidak panik dan langsung menarik tangan kakaknya ke wastafel lalu ia biarkan air mengalir di tangan kakaknya selama beberapa menit

“Ohh iya dod, coba pakai odol! Kata orang sih gitu..” ucap paijo

“Bisa diam gak? Dan juga pakai odol itu cara yang ga betul, malah makin parah!..” balas dodi judes

“Eh ada apaan sih pagi pagi ribut gini dodi??..” tanya kartika yang baru sampai dari pasar

“Ini nih bu, tangan kakak kena minyak panas gara gara mas paijo..” ucap dodi

Paijo mulai merasa terpojok karena kehadiran ibu mereka berdua

“Hmm? Mana coba ibu lihat…, Ah ini mah gapapa..besok juga sembuh..”

“B-bb-besokk?!...Kakak harus masuk kerja hari ini bu!..”

“Ya cuti aja dulu..” ucap kartika dengan santainya

“Mana bisa cuti! Shift pertama yang masuk kakak sama si erni doang bu..”

“Terus kenapa bisa kena minyak?..” tanya kartika

“Tanya tuh sama mas paijo..” balas dodi

Paijo kemudian menjelaskan semuanya pada kartika dengan segala pembelaannya tanpa meminta maaf.

“Ohh ya gapapa mas paijo, namanya juga kecelakaan hihi…”

“Hehe iya bu niat saya baik kok..” ucap paijo dengan wajah nyengir

Dodi merasa kesal dengan ibunya yang malah memaklumi tindakan mas paijo sementara dirinya sibuk membantu kakaknya yang kesakitan.

Ditambah lagi ibunya kemudian malah menawari mas paijo kopi, tampak ibu cuek sekali dengan kondisi kakaknya. Dodi sebenarnya ingin protes namun ia takut akan meretakkan hubungannya dengan ibu.

Setelah beberapa menit di aliri air, dodi menngeringkan tangan kakaknya dengan tisu

Kemudian ia beri kakaknya salep khusus luka bakar di bagian yang terkena.

“Kak ini di perban ya?..”

“Perban?..”

“Iya kak, biar ga kena bakteri..”

“Ahh yaudah deh, iya..”

Dodi pun melilitkan perban di telapak dan punggung tangan kakaknya, menyisakan bagian jari yang tidak di perban.

“Aduh dod, makasih dod…haduhh..walau masih perih tapi sekarang mendingan..” ucap elita

“Iya kak, sama sama..” balas dodi

“Maafin kakak ya, jadinya telat kamu..”

“Ah gapapa kak, yaudah dodi berangkat dulu yah..” pamit dodi pada kakaknya

“Iya dod, hati hati…salam buat dede hihihi..”

Hari ini elita terpaksa harus bekerja dengan perban di tangannya. Walau demikian, elita mampu bekerja dengan normal.



Pukul 13:50, Kantin sekolah

Dodi bersama dede dan heru sedang bersantai seusai jam pelajaran terakhir ditemani es cincau yang mereka pesan.

Sudah lama mereka tidak kumpul kumpul, ada ada saja halangannya. Dede hari ini berinisiatif mengajak mereka jajan di kantin.

“De, lu kayaknya seneng banget hari ini..-

Mulut lu nyengir mulu gue perhatiin..” ucap heru memulai obrolan

Bukan tanpa alasan heru menanyakan itu, karena selama di kelas tadi, wajah dede tampak sumringah dan bersemangat, bahasa kerennya ‘memancarkan aura positif’, tak seperti biasanya.

“Oh iya dong her, wajah yang bahagia berarti orangnya bahagia..” ucap dede

“Yaelah bahagia-bahagiaan…kebagusan bahasa lu de!..., emang ada apa sih?!..” tanya heru

“Ada deh…” balas dede

“Dod, ni anak abis kejedot apaan sih? Jadi aneh gini. “

Dodi yang tahu betul alasan dede begitu bahagia hari ini enggan memberi tahu yang sebenarnya pada heru. Ia pun berpura-pura tak tahu.

“Gatau her, biarin aja napa..” balas dodi

Tiba tiba dede merasa perlu ke toilet, ia pun bergegas pergi ke toilet meninggalkan temannya.

Bodohnya dede, ia lupa membawa Hpnya.

Dodi iseng membuka Hp dede dan melihat lihat isi sms-nya. Karena Hp dede masih Hp batangan yang tidak memiliki password, dodi dengan mudah membuka Hp dede. Dodi ingin melihat percakapan dede dengan kakaknya

Heru yang sedang sibuk dengan Hpnya sendiri tak menyadari kelakuan iseng dodi.

Dodi tak kuat untuk menahan tawa saat melihat isi percakapan dede dengan kakaknya. Ia pun tertawa lepas.

“Apa yang lucu sih dod?..” tanya heru

“Ngga…bukan apa-apa…hihi..”

Bagaimana dodi tidak tertawa, isi percakapan dede kebanyakan kata kata manis dan gombal receh dari dede untuk kakaknya. Dari situ juga dodi tahu kakaknya dan dede saling berbalas sms hingga tengah malam.

Tiba tiba satu pesan masuk, rupanya dari kakaknya yang berisi..

[02:08 PM] ElitaSayangku: Dede…kakak mampir ke rumah kamu yah (emot hati)…kangenn..(emot kiss)

Dodi sudah tak kuat lagi membaca pesan romantis mereka, dodi pun menaruh kembali hp dede dan lanjut mengobrol basa basi dengan heru.

Beberapa saat kemudian dede kembali dari toilet.

“Hmmm waduh bro, gue kayaknya harus pulang duluan deh bro...ada urusan..” ucap dede setelah mengecek hpnya

“Yaelah de, baru aja nongol dari wc...urusan apa sih? Kayak orang sibuk aja lo..” balas heru

“Uhh ini...ibu gue minta tolong benerin atap, mumpung belum hujan!..”

“Ohh yaudah, kirain mandiin kebo pak rt lagi hahaha..” canda heru

"Yaudah gue duluan ya dod, her..., MANG! CINCAU YANG BAYAR YANG MAKE TOPI INI YA!!..” teriak dede pada mamang cincau sambil menunjuk ke arah heru

“Sialan lo de!..” ketus heru

Dodi tertawa cekikikan mendengar ucapan bohong dede.



14:20

Dede akhirnya tiba di rumahnya. Dan benar saja, rupanya elita sudah menunggu di teras rumahnya sambil duduk di kursi goyang peninggalan kakek dede.

“Kak ita! Maaf ya jadi nungguin..” sapa dede sambil melepas sepatunya

“Ah kamu mah gitu, lama..” balas elita

“Ya maaf...kan tadi ceritanya mules jadinya ke toilet deh..”

“Dede...liat nih tangan aku..”

Dede lalu melihat tangan elita, terkejut dede mendapati tangan pacarnya dibalut perban

“Loh kok bisa diperban? Kena apa?..” tanya dede

“Tadi pagi aku digangguin lagi masakin dodi telur sama om om di rumah..”

“Om om? Om-nya siapa?..”

“Semalam bapak pulang, dia bawa temennya kesini untuk kerja di ladangnya yang lama..”

“Kerja disini? Berarti dia tinggal disana?..”

“Iya, sampai kamarnya dia jadi..”

“Waduh...enak banget dapet kerja gratis, tempat tinggal gratis terus ketemu kamu tiap hari lagi..”

“Iya de, kakak sama dodi sebenarnya dari awal ga suka sama dia…tapi karena bapak sama ibu udah setuju mau gimana lagi..” ungkap elita

“untung dodi langsung bantu obatin, sama om om itu tangan aku cuma di urut urut ga jelas gitu…udah tau luka bakar malah di urut..” sambung elita

“Apa?? Berani beraninya dia pegang pegang tangan kamu..., sekali lagi kamu di gangguin dia bilang ke dede ya! Biar tak tinju idungnya!..” seru dede

“Hihihi emang kamu berani? Liat aja nanti orangnya di rumah, badannya lumayan kekar..”

“Ga penting mau sekekar apa pun pasti aku bakal lawan..” ucap dede dengan maksud berbeda

“Ihh, muka kamu sini deh!..”

Dede lalu mendekat kan wajahnya ke elita.

“Aduhh aduhh..b-beret..bwerentii. awwww!!..” teriak dede kesakitan

“Hahahaha…kamu sih gemesin banget…sok jago lagi..” tawa elita sambil mencubit pipi dede dengan gemas

“K-kamu katanya kangenn…a-aduhh..ouchh..”

“Oh iya! Hihi..” Elita akhirnya melepas cubitannya di pipi dede

Elita kemudian menarik wajah dede hingga ia dapat mencium pipi dede.

Dede terkejut pipinya di cium elita, padahal ia kira elita akan memeluknya. Dede pun jadi kegirangan.

Dede menyosor hendak membalas ciuman elita namun jari telunjuk elita menahan bibir dede.

“Hihi, nakal ya??..” ucap elita

“Hmm? Masa aku ga boleh?..” balas dede

“Boleh suatu saat nanti hihi..”

“Yah..masa suatu saat..”

Dede kemudian mengajak elita masuk ke dalam untuk sekedar mengobrol-obrol dan melepas penat bersama gadis jangkung yang kini telah jadi pacarnya.

Hanya beralaskan tikar dede dan elita juga menyantap nasi bungkus beserta lauknya yang elita beli sebelumnya.

Singkat cerita jam sudah menunjukkan pukul tiga menjelang sore, Elita pun pamit dari rumah dede.

Sesampainya di rumah, elita mendapati rumah terasa kosong. Tak ada tanda tanda kehidupan.

Ia mengecek kamar dodi dan orang tuanya isinya kosong. Tinggal kamarnya sendiri yang belum ia cek.

Elita lalu membuka pintu kamarnya *kreeek*

Betapa terkejutnya ia mendapati mas paijo bertelanjang dada sedang tidur di atas kasurnya. Tampak badan kekar paijo agak berkeringat, padahal saat ini cuaca sedang mendung.

Elita tak habis pikir, emosinya meledak melihat pria asing sedang tidur dengan santainya di atas kasurnya.

*PLAAK PLAAK PLAAK PLAAK*

Empat tamparan keras bulak balik mendarat di pipi paijo, membuat paijo terperanjat

“ARGHHHHH!! HAAHHH HAHH HAHH…APA SIH…-

YA AMPUN!!..M-maaf neng…mas ketiduran tadi..”

Terkejut paijo mendapati elita di kamar ini

“SURUH SIAPA TIDUR DI KAMAR INI?!!..” Bentak elita

“Engg..m-maaf teh, beneran mas ketiduran doang..” ucap paijo terbata-bata

“PERGI GAK DARI KAMAR INI?!!..” ucap elita dengan hardiknya

Paijo pun buru buru meninggalkan kamar elita dengan kepala tertunduk malu.

Saat sedang merapihkan sprei kasur yang berantakan elita mendengar pintu kamar orang tuanya terbuka.

Mungkin ibunya atau bapak sudah pulang, pikir elita. Walau ada kemungkinan paijo yang membuka pintu kamar itu. Elita tak berpikiran paijo akan tidur ke kamar orang tuanya, mana berani dia? Namun elita tetap waspada. Apalagi setelah paijo se-enaknya tidur di kamarnya.

Elita tahu betul perbedaan suara pintu kamar dodi dan orang tuanya. Pintu kamar orang tuanya sudah tua sehingga mengeluarkan suara yang agak kencang saat di buka, sebaliknya dengan pintu kamar dodi yang lebih baru dan bagus.

“Loh kakak udah pulang, ibu nungguin juga dari tadi..”

Elita menengok kebelakang dan melihat ibunya di depan kamarnya hanya mengenakan handuk, sepertinya ibu baru selesai mandi.

“Eh ibu, iya mampir ke rumah dede tadi. Dodi sama bapak mana bu?..”

“Oh lagi pada ke ladang tuh, lagi beresin ladang dari ilalang..”

“Ah tau gitu kakak mampir aja kesana, tapi ngomong ngomong kenapa paijo gak ikut?..”

“Oh paijo kakinya sakit tadi, jadi ga ikut deh...baru aja tadi ibu urut..”

“Ohh gitu...huh gimana sih katanya mau kerja tapi udah sakit duluan..”

“Ya gapapa lah kak, daripada dipaksa kerja kasian... yaudah ibu pakai baju dulu ya..”

Elita tak membalas, hanya menganggukan kepala sementara ibunya pergi ke kamarnya.

Setelah beberapa saat elita baru menyadari sesuatu

“Tunggu-tunggu...tadi yang buka pintu siapa? Padahal ibu abis mandi...j-jangan jangan...” gumam elita menyadari hal yang janggal

Elita beringsut mengecek keluar kamar mencari paijo, elita mengecek di sofa namun tidak ada siapa-siapa. Elita mengira paijo akan tidur di sofa, kini tinggal kamar ibunya yang belum ia cek.

“Mana mungkin! Ibu kan ada di dalam juga lagi ganti baju!..” ucapnya dalam hati

Elita kemudian menggedor-gedor pintu kamar ibunya.

*DOR DOR DOR DOR DOR* (karena di gedor bunyinya bukan *tok tok tok*)

“IBUU!! BUKA PINTUNYA!!..”

‘IBUU!!..” teriak elita

“BUKA PINTUNYA!!!...MAS PAIJO DIMANA BU!..”

Semenit dua menit tak ada respon dari dalam, elita mulai geram. Dengan sekuat tenaga ia meninju pintu kamar ibunya dengan keras.

*!!DOOARRRR!!*

Suara yang dihasilkan sangat keras, sampai sampai tetangga yang kebetulan lewat celingak celinguk ke arah rumah. Inilah yang dodi dan kartika takuti dari elita, cantik berwajah anggun namun memiliki emosi yang meledak ledak.

Tak lama kemudian ibunya keluar hanya mengenakan tank top hijau yang biasa ia pakai jika sore hari. Tampak ibunya ketakutan terlihat dari tangannya yang gemetar.

“Hhuhh..huhh...ibu! Kenapa ibu gak nyaut tadi kakak gedor gedor!..” bentak elita

“Uhh..a-anu.....t-tadii...” ucap elita ketakutan terbata-bata

“DIMANA PAIJO?!..”

Elita ingin segera mencari tahu dimana paijo, ia minta ibunya untuk minggir namun ibu menghalang-halanginya. Sehingga ia tak bisa lewat.

“Apaan sih bu! Minggir!!..”

Namun ibunya masih saja menghalang-halangi, Elita sadar ibunya menyembunyikan sesuatu. Emosinya makin menjadi-jadi. Dengan tenaganya ia mendorong ibunya hingga terjatuh.

Kebenaran mulai terungkap, yang ia khawatirkan tadi benar rupanya.

Elita mendapati paijo sedang tertidur di atas kasur ibunya.

“Ohh ini yang ibu coba sembunyikan..” ucapnya dalam hati

Elita sangat terkejut, bisa bisanya ibu membiarkan pria lain di dalam kamarnya saat ia sedang memakai baju. Entah apa yang telah mereka lakukan di dalam.


“Baru hari pertama udah berani sekamar bareng, gimana kedepannya..” ucap elita dalam hati

“Bu, jelasin kenapa ibu biarin mas paijo di dalam kamar ibu?..” tanya elita

Kartika tak membalas, kepalanya pun terasa berat sekali untuk tegak. Ia terus menundukkan kepala.

“Jawab bu! KENAPA IBU BIARIN MAS PAIJO DI DALAM!! IBU KAN LAGI PAKAI BAJU!!..” tanya elita penuh emosi

Tiba tiba ibunya bangun dan pergi meninggalkan kamarnya sambil menangis.

“E-ehh ibu!!...ouch!..”

Kartika memaksa menerobos sampai membuat pinggang anaknya terbentur.



Elita terdiam sebentar, mencoba meresapi kejadian barusan. Ia pun sadar telah berbuat kasar pada ibunya hingga membuatnya menangis.

Tanpa berpikir panjang elita segera menghampiri ibunya yang sedang duduk menangis di sofa sambil menutup wajahnya.

Elita lalu berlutut di depan ibunya

“I-ibu…” sapa elita

“Maafin kakak bu…”

“Maafin kakak dong bu, tadi kakak emosi..”

“J-jangan buat kakak kecewa lagi bu…hikss..hikss..” tangis elita mulai keluar

Melihat anaknya berlutut sambil menangis dihadapannya membuat hati kartika luluh, ia akhirnya buka suara.

“Kamu jadi anak yang baik ya…” ucap kartika sambil mengelus kepala anak pertamanya ini

“Mm-maksud gimana?..” balas elita

“Ibu teringat kamu terakhir nangis kaya gini 13 tahun lalu, waktu itu kamu minta di beliin boneka tapi ibu ga beliin…hihi..-

gak terasa sekarang kamu udah tumbuh besar...tapi kenapa gedenya malah jadi galak, padahal dulu enggak..” ucap kartika

“Aku galak kalau di perlukan bu, aslinya kakak paling sayang sama ibu dan dodi…maka dari itu tolong jangan buat aku kecewa lagi bu..”

“Iya sayang, soal tadi gak seperti yang kamu pikirkan kok…mas paijo itu tidur doang di kamar..”

“T-tapi ibu mau pakai baju kenapa ibu biarkan di dalam??...”

“Ibu kan gak enak ngusirnya kak..”

“I-iya deh, tapi janji ya…jangan sampai terulang lagi..”

Kartika tahu apa yang dimaksud elita, ia tak ingin kejadian mesumnya dengan dede terulang.

“Janji, ibu janji…, kalau kamu percaya sama ibu, sini peluk ibu kak..”

Elita beringsut memeluk ibunya sambil berdiri, terasa hangat sekali badan ibunya. Elita pun senang bisa memulihkan hubungannya dengan ibu yang sempat renggang tadi.

Kendati demikian, Elita tak sepenuhnya percaya pada ibunya. Ia malah meningkatkan kewaspadaannya sejak kejadian sore ini.



Malam hari pun tiba, dodi sekeluarga sedang menikmati bermacam olahan ikan yang di pancing dodi bersama bapaknya tadi sore.

Elita sedari tadi menyadari ada perubahan perilaku mas paijo, sekarang ia tampak malu-malu. Tak seperti kemarin yang santai dan sok akrab dengan ‘anggota keluarga’ barunya. Mungkin karena kejadian tadi sore pikirnya.

Setelah makan malam semua berjalan seperti biasa, dodi belajar di kamarnya, elita sms-an dengan dede, kartika membereskan dapur, sementara paijo dan rahmat asik mengobrol di teras rumah di temani kopi dan rokok.

Hari hari selanjutnya pun demikian, semua berjalan normal, hanya dodi saja yang gelisah ingin menyetubuhi ibunya lagi, namun keadaan sangat tidak mungkin baginya.

Hubungan dodi dengan paijo pun pelan pelan mulai terbentuk, mungkin karena mereka sering bekerja sama di ladang. Lain cerita dengan elita, ia tak berniat sama sekali untuk dekat dengan paijo setelah kejadian di dapur dan ketika ia mendapati paijo dan ibunya di kamar bersama.

Walau paijo saat itu tertidur. Elita tak sepenuhnya percaya, ia yakin paijo hanya berpura-pura tidur. Bahkan mungkin paijo sengaja tidur disana agar dapat mengintip ibunya memakai baju, atau kemungkinan terburuk…ibunya sengaja memperlihatkan paijo lekuk tubuhnya yang masih seksi itu.

Tetap saja pertanyaan terbesarnya kenapa ibu membiarkan paijo di dalam saat sedang memakai baju.

Elita masih berprasangka buruk pada paijo dan ibunya walau dalam lima hari ini semuanya tampak normal.



Minggu pagi pukul 08:45

Semua barang sudah siap, uang bulanan sudah diterima masing-masing anaknya, istrinya pun sudah ia beri ekstra uang bulanan. Kini saatnya rahmat berangkat ke pulau seberang untuk kembali menghidupi keluarganya.

Memakai motor milik mang yana, rahmat berangkat ke terminal bus bersama paijo. Sengaja pak rahmat menyuruh paijo mengantarnya, agar ia tahu jalan jalan utama di daerah ini.



Sebelum berpisah dengan paijo di terminal, rahmat menitipkan pesan untuknya.

“Paijo, kamu tolong jaga keluarga saya ya…jangan berbuat yang aneh aneh. Jaga kebun juga sampai berbuah, kalau bisa suruh dodi bantu kerjaan mu di kebun kalau kamu kesulitan..” ujar rahmat

“Siap pak rahmat, terima kasih banyak udah kasih saya kehidupan disini…saya jaga amanat bapak..” balas paijo

“Oh iya paijo, nanti kalau tukangnya udah datang…kamu bantu ya, kan itu kamar kamu juga..”

“Siap pak rahmat..”

Setelah setengah jam menunggu, bus akhirnya datang juga, rahmat pun langsung berangkat



Sementara itu di rumah, pukul 09:30

Dodi sedang bersama ibunya di kamar mandi, melepas rindunya setelah seminggu tidak bersetubuh dengan sang ibunda.

Apalagi saat ini paijo sedang mengantar bapaknya sementara kak elita sedang keluar, jadi kesempatan emas saat dodi hanya berduaan dengan ibunya.

Melihat ibunya sedang santai selonjoran di sofa hanya mengenakan tank top putih dan legging hitam, dodi jadi horny. Tanpa ragu dodi langsung ‘to the point’ mengajak ibunya ke kamar mandi untuk ngentot.

Kartika awalnya menolak, takut tiba tiba kakaknya datang. Namun dodi terus merengek minta memasukkan penisnya lagi ke liang senggamanya.

Akhirnya setelah dodi berjanji hanya melakukannya sebentar sampai keluar, Kartika bangkit dari sofa dan langsung tangannya di tarik dodi ke kamar mandi.

Sesampainya di dalam dodi berciuman terlebih dahulu sambil meraba-raba tubuh ibunya.

Setelah puas bertukar air liur, dodi mengangkat tank top ibunya ke atas dan melepas pakaian dalam ibunya. Seminggu tidak melihat tubuh telanjang ibunya membuat dodi langsung memeluk ibunya erat.

Terasa keringat ibunya menempel ke tubuh dodi. Agak lengket namun menambah panasnya hubungan ibu dan anak ini.

Tak mau berlama-lama, dodi menyuruh ibunya berbalik badan dan dodi langsung mengarahkan kontolnya ke memek ibu kandungnya itu.

Dodi gesekkan kepala kontolnya ke atas dan kebawah di bibir memek ibunya hingga membuat ibunya kesal.

“Ouhh..dodi..m-masukin buruann, takut kakak tiba tiba datang..” pinta kartika

“Hmm? Apa bu??..” tanya dodi pura pura tidak mendengar

“Masukin!!...”

“Masukin apa bu??..” dodi iseng menggoda ibunya

“Masukin titit kamu, j-jangan di gesek doang…katanya tadi mau ngentott..ahhh..”

“Ohh iya bu hihi, ini namanya kontol bu…kalau titit itu punya anak kecil..”

“Ahhh iya iya kontol, b-buruan masukin kon-…enghhhh…ohhh ya anak pintarr..”

Dodi mendorong kontolnya ke depan saat ibunya sedang bicara. Seluruh kontol dodi kini sudah ambles ke dalam memek ibunya. Dodi pun langsung menggenjot ibunya dengan nafsu.

“PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK*

“Ohh ohh ohh ohh ohh ohh yaa…t-terus sayangg..”

“Engghhh…bu..buuuu..enak buu…ahhh ahh..”

“Ouch…pelan pelan sayangg…ibu ga kemana-mana kok…kok kamu peluknya erat banget sihh..”

“Ahhh iya bu, dodi kangen sama ibu…dodi kangen ngentotin memek ibu…boleh ya bu gini terus..”

“I-iya sayang..tapi ibu sampai sesak dod..uhukk-uhukk..”

*PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK*

“Ohh enakkk buu…dodi kangen punggung mulus ibu…slurrrpp slurrpp..ahhh…jepit bangett memek ibuu..”

“Ahh dodi sayangg..entot ibu yang keras sayangg...ohhh terus genjot yang kenceng..”

“Iya bukk ohh ohh engghh...akhirnya kita ngentot lagi ya bu..ohh..”

“Udah jangan banyak omong, entot aja ibu yang keras..ahhnn..”

“S-siap bu, miring kesini dong bu, aku mau jilat ketek ibu..”

Dodi terus mengentoti ibunya dari belakang dengan posisi ibunya berdiri dan dodi mengebor liang senggama sambil memeluk ibunya erat. Setelah lima menit kartika merasa akan segera orgasme. Ia pun menggoyangkan pantatnya lebih cepat mengalahkan ritme tusukan kontol dodi.

*PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK!*

Suara selangkangan dodi yang beradu dengan pantat ibunya makin terdengar keras, di selingi suara desahan kedua insan sedarah ini.

“Ah ah ah ahh dodii…ibu sampe dod!!...aaahhh!!!..”

*Cret cret creeett*

“Ahh ibuuu...enak buu panass..ohhhh..”

Kartika orgasme duluan sementara dodi masih terus mengebor ibunya, terasa kontolnya disirami air panas di dalam memek ibunya yang membuat dodi makin kesetanan mengentoti tempat dia lahir dahulu.

Suara kontol yang mengobok-obok memek ibunya pun terdengar makin becek.

“I-ibuu…ahh ahh ahh..” tanya dodi di sela sela aktivitas mesumnya

“apa sayang..oughhh…ohhh..”

“kemarin ngentot ga bu sama bapak?..”

“I-iya nak, semalam sama hari senin…ohh iya betul begitu terus nak kocok kontolmu nak…uhhh..”

“Ahhh bu…kenapa dikasih buu…” rengek dodi

“Lah ini kan aslinya punya bapak mu sayangg…hihihi..”

“Tapi enakan punya siapa bu?..”

“Enakan punya bapak mu, lebih gede dan berurat..hihihi..”

Dodi yang mendengarnya menjadi kecewa, ia pun mencabut kontolnya walau belum sempat ejakulasi.

“Loh kok dicabut dod?..”

Dodi tak menjawab, ia lanjut menyirami tubuhnya lalu mengeringkan badannya dengan handuk kemudian keluar dari kamar mandi.

Kartika dibuat heran oleh anaknya, kenapa dodi tidak lanjut menyetubuhinya. Padahal dodi selalu ejakulasi jika sudah masuk ke liang senggamanya.

Apalagi sudah seminggu ia tak bersetubuh dengan dodi, Kartika ingin tahu sebanyak apa peju anaknya yang akan keluar.



Setelah selesai mandi kartika langsung menuju kamar dodi hanya memakai handuk

*tok tok tok tok*

“Dod…buka pintunya..”

Dodi kemudian membuka pintu

“kenapa apa bu?..” tanya dodi

“Ibu boleh masuk?..”

“B-boleh bu…tapi kenapa gak pakai baju dulu..”

“Ah biarin aja, kamu kan suka hihi..”

Dodi lalu mempersilakan ibunya masuk.

Kartika kini duduk di pinggir kasur dodi bersama dodi yang saat ini baru memakai celana pendeknya tanpa atasan.

“Kenapa tadi kamu?..” tanya kartika

“Huh…ibu soalnya bilang lebih enakan kontol bapak, dodi kecewa..”

“Lah? Hahaha…dodii dodii…kamu polos banget sih, ibu tadi tuh godain kamu doang-

Bapak mu tuh udah tua, mainnya ga bisa lama..”

“B-berati aku lebih hebat bu?..”

“Iya dong...kamu itu ngentotnya tahan lama karena masih muda..”

Dodi yang mendengarnya langsung memeluk ibunya kemudian lompat kegirangan seperti anak kecil.

Setelah itu dodi langsung mengambil pakaian di lemari karena cuaca mulai terasa dingin. Tiba tiba ibunya menahan tangannya dari belakang.

“Eh kenapa bu??..”

“Jangan dulu sayang…emangnya kamu ga mau?..”

“Tapi dodi kedinginan bu…”

“Makanya itu ayo sini ikut ibu naik keatas kasur…kita pelukan biar hangat..”

“Tapi pakai baju dulu bu..”

“Ahh ga usah, nanti juga di lepas lagi hihi..”

Dodi akhirnya mengerti apa yang di maksud ibunya, ia pun mengikuti arahan ibunya untuk naik ke atas kasurnya.

Di atas kasur dodi beringsut memeluk tubuh ibunya yang masih terbalut handuk putih.

Posisi dodi diatas menindih ibunya yang tiduran terlentang. Hangat dari tubuh ibunya langsung menghilangkan rasa menggigil dodi, di gantikan rasa horny. Bagaimana tidak, karena yang dodi tindih saat ini ibunya sendiri yang masih cantik dan bahenol, memilki payudara besar dan vagina yang selalu membuat dodi kalap ketika mengentotinya.

Setelah di rasa tubuhnya sudah cukup hangat, dodi membuka handuk ibunya kemudian ia lempar lantai.

Melihat ibunya tanpa sehelai benang di atas kasurnya membuat dodi tak mampu berkata-kata. Dodi kembali menaiki tubuh ibunya lagi.

*blessss*

Setelah memasukkan kontolnya, dodi langsung mengentoti ibunya dengan gerakan cepat.



Pukul 10:05, menjelang siang

*kring kringgg..* hp jadul dede berbunyi

“Sorry bro gue jawab telepon pacar dulu haha..” canda dede

“Ngibul aja lo de!, kemaren aja masih ngobrol sama kodok lo, sok sok’an nelpon pacar hahaha..” ejek salah satu teman dede

Saat ini sedang duduk di kedua kursi panjang 4 teman sekelas dede yang masing masing membawa pacarnya kecuali dede. Heru sahabatnya pun ikut bersama pacarnya yang baru kelas 1 SMA. Mereka sedang nongkrong di kafe yang cukup terkenal di kota.

Dede melihat ini sebagai kesempatannya untuk memperkenalkan elita pada teman temannya. Namun dede meminta elita berangkat sendiri ke lokasi agar mengejutkan teman temannya nanti saat tiba.



“Halo..” sapa dede

“Aku udah di depan nih, kamu dimana?..”

“Oh siap siap, aku jemput ya..” kemudian dede menutup teleponnya.

“Ih mau ngapain sih, kenapa ga bareng aja..” sungut elita dalam hati



Setelah celingak celinguk ke kanan dan kiri akhirnya dede menemukan elita sedang duduk di kursi di depan kafe. Hari ini elita memakai jaket putih dengan celana jeans biru, yang tampak kurang serasi dengan dede yang memakai kaos kuning.

“Ihh dede, kok lama sih?..”

“Hehe iya, maaf..”

“Lagian kesininya kenapa gak bareng aja?..”

“Udah udah, ayo masuk..”

Dede dan elita lalu bergandengan tangan masuk ke dalam kafe.



“Woi liat! Itu liat si dede gandengan ama siapa!..” seru heru memotong obrolan teman temannya

Dede kembali ke mejanya. Kini bersama elita di sisinya.

“Haha pada nunggu ya, nih kenalin pacar gue..” ucap dede penuh percaya diri

Semua teman teman dede tercengang melihat pacar barunya dede. Mereka tak percaya lelaki pendek seperti dede dengan wajah coklat pas-pasan memiliki pacar yang tinggi, putih dan anggun.

Elita terkejut, rupanya dede mengajaknya kesini untuk memperkenalkannya pada teman temannya.

Melihat gadis sebaya dede yang jauh lebih pendek darinya membuat elita sedikit canggung. Bahkan teman dede yang laki laki tingginya masih dibawahnya semua.

Namun mau tidak mau, elita harus berkenalan dengan mereka.

“E-ehh iya…kenalin nama saya Elita Putri Anandita…panggil aja Elita atau ita hehe..” ucap elita

“B-buset…iya iya silahkan duduk disini tante, eh m-maksudnya kak..hihihi..” ucap teman dede

“Kenapa lo jamal!, enak aja manggil tante haha..” balas dede

Elita pun ikut duduk bergabung di meja, tak lupa dede juga memesan roti bakar dan soda gembira untuk elita.

“Gimana ceritanya?..”

“Iya de gimana ceritanya?..”

“Ayo de gue mau denger..”

Tanya teman teman dede berulang

“Panjang ceritanya bro, yang jelas penuh perjuangan hihi..” ucap dede

“Ah apa sih kamu, biasa aja ah hehe..” sahut elita

Heru yang duduk di samping dede pun berbisik

“Bisaan aja lo de, ga nyangka gue kecantol juga kak elita sama lo..” bisik heru

Dede hanya membalas heru dengan tersenyum

Mereka pun lanjut mengobrol dan menikmati waktu luang bersama.

Selama di kafe elita agak risih karena kebanyakan mata di meja tertuju pada dirinya. Bagaimana tidak, mungkin karena dirinya yang paling-paling diantara gadis disana. Paling tua, paling cantik, paling tinggi.

Elita memakluminya dan langsung membaur dengan cepat dengan mereka. Ia yakin dede senang sekali saat ini, mungkin juga merasa bangga.

Singkat cerita waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang, dede dan elita memutuskan untuk pulang duluan.

Dengan menaiki angkot mereka kembali ke desa cianduk. Setelah perjalanan 20 menit mereka pun tiba di desa.

Di pertigaan jalan dede berpisah dengan elita, tak lupa dede berterima kasih pada elita yang di balas dengan senyuman manisnya.



Siang hari pukul 12:45

Dengan nafas tersengal-sengal karena letih berjalan jauh, Elita akhirnya tiba di teras rumahnya. Badannya terasa sangat berkeringat karena cuaca yang panas di kota, ditambah ia salah memakai kostum.

“Fiuh...harusnya pakai setelan biasa aja tadi, jangan jaket..” gumamnya sambil melepas sepatu

“Eh kakak, abis darimana hayo!..” sapa dodi dari belakang

“Mau tau aja kamu!..”

“Haa...pasti abis jalan jalan sama si dede ya..hihihi..” sindir dodi

“Haha ada deh, kamu cari pacar makanya biar jalan jalan..”

“Yang banyak mah mau kak, tapi dodi tolak semua..”

“Cih jual mahal kamu..” balas elita lalu masuk ke dalam

Elita langsung pergi ke kamarnya merebahkan diri untuk beristirahat.

Dodi pun demikian, karena tak ada aktivitas ia juga memilih untuk tidur.

Persetubuhannya tadi di kamar dengan ibunya sangat melelahkan karena dodi bersetubuh sampai 4 ronde, dari jam 09:40 sampai 12:25.
Dodi menyetubuhi ibunya hampir tiga jam lamanya. Sprei dodi sampai basah penuh keringat dan peju, untung ibunya langsung merendamnya dan menggantikannya dengan yang baru.



Menjelang sore pukul 15:00

Kartika terbangun dari tidurnya untuk menyiapkan makan malam. Di luar ia mendapati mas paijo sudah kembali dari kota, sedang tiduran menonton televisi.

“Eh mas paijo, sampai disini jam berapa mas?..”

“E-eh iya bu kartika, jam satu tadi...sepulang dari kota saya nyari rumput dulu bu buat kambing bapak..hehe..”

“Oalah bapak punya kambing juga, gak bilang bilang...yaudah saya masak dulu ya..”

“Saya bantu ya bu kartika..”

“Ehh gausah..”

“Gapapa bu, saya kan pernah lama di dapur restoran..”

“Hmmm, boleh deh...ayo ke dapur, itu tvnya jangan lupa di matiin..”

Paijo lalu mematikan tv dan pergi ke dapur bersama bu kartika. Di dapur paijo mengikuti semua perintah bu kartika.

Paijo sangat senang dapat membantu bu kartika, bukan hanya agar makin dekat dengan ‘keluarga barunya’ ini, namun juga dapat mencuri curi mata ke bu kartika yang saat itu memakai daster tanpa lengan.

Bagai koki profesional, paijo mengiris bawang dengan gerakan cepat. Membuat kartika terkagum dengan kemampuan paijo. Kartika sore ini merasa sangat terbantu dengan paijo, Makan malam pun tersaji lebih cepat dari biasanya.

Tak disangka paijo rupanya mahir mengolah makanan, ia kira paijo hanyalah pengangguran biasa.

“Makasih banyak loh mas paijo, ini ayam goreng racikanmu mas gurih banget..”

“Hehe iya bu sama sama, kan kuncinya di bumbu ulekannya, jangan pakai bumbu jadi..”

Lalu kartika meminta paijo untuk membereskan dapur sementara dirinya mandi sore. Paijo melakukan perintah bu kartika dengan senang hati.



18:30, waktu makan malam

“Bu, ini ayam gorengnya tumben enak..” ucap dodi

“Hmm? Emang biasanya ga enak??..” balas kartika

“E-enngga…hehe, ini beda aja..”

“Dodi, ayam goreng itu buatan mas lhoo hehe..” ujar paijo dengan bangga

“Yang bener mas paijo? Wah hebat mas buatnya..”

“Hehehe..”

Elita yang mengetahui ini buatan paijo langsung pergi ke dapur lalu memuntahkan makanannya.

“Kakak! Kenapa??..” tanya kartika pada elita yang baru kembali

“Gapapa bu, cuman tiba tiba eneg aja..”

“Ihh kakak hamil ya! Hahaha..” canda dodi

“Ssttt dodi! Bercandanya jangan aneh aneh ah!..” balas kartika

Elita tak memperdulikan ucapan adiknya, ia lebih kepikiran bila ayam ini buatan paijo berarti tadi sore saat ia tertidur ibunya dan paijo sempat berduaan di dapur.

“Ah sial, si paijo bisa aja ambil kesempatan..” ucap elita dalam hati

Makan malam pun selesai, seperti biasa dodi membantu ibunya membawakan piring kotor ke dapur namun kali ini berbeda.

“Eh..gausah dod, biar mas paijo yang bantu ibu. Kamu ke kamar aja kerjain tugas..” ujar kartika

“M-maksud ibu apa?..”

“Emang kurang jelas? Apa ibu harus ulang panjang lebar??..”

“Sini sini dod biar mas aja yang bawa, berat ini hehe..”

Dodi pun terpaksa memberikan piringnya pada mas paijo. Dodi agak heran ibunya menolak bantuannya. Namun dodi tak ambil pusing, ia ikuti perintah ibunya untuk mengerjakan tugas sekolah di kamar.



19:05

Elita dengan perlahan membuka pintu kamarnya, lalu ia berjalan perlahan menuju dapur setelah mengetahui paijo akan membantu ibunya membereskan piring kotor.

Elita kembali mencurigai ibunya karena lebih memilih bantuan paijo daripada adiknya. Suatu hal yang tidak biasa.

Sambil menyender di tembok, elita menguping percakapan ibunya dan paijo di dapur. Elita tak berani mengintip, ia hanya mengandalkan sebelah telingnya untuk mendapatkan informasi berharga.

“Maaf ya mas paijo tadi si elita..”

“Ah gapapa bu, mungkin ga selera aja dia. Emangnya dia sukanya makan apa bu?..”

“Apa aja dia makan sih, tapi tadi aneh aja kenapa dia muntah gitu..”

“Hihi mungkin terlalu asin bu, oh iya bu kartika…anuu..”

“Hmm ada apa mas?..”

“Saya malu mintanya bu hehe..”

“Jangan malu gitu ah, ibu bilang dari awal anggap aja keluarga sendiri..”

“Apa?? Ga salah ibu ngomong kayak gitu?” ucap elita dalam hati

“Hehe iya bu anu ituu saya pengen di pijat lagi seperti semalam..hehe..”

“Oalahh itu…kenapa harus malu mass…yaudah mau saya pijat kapan..”

“Habis ini boleh bu kartika..”

“Hushh jangan…dodi dan elita kan belum tidur..”

“Yaudah terserah bu kartika bisanya kapan hehe..”

“Hmmm gimana kalau nanti jam 11 malam ke kamar saya aja…nanti saya pijat..”

Paijo yang mendengarnya jadi kegirangan

“Wahh yang bener buu, makasih bu kartika…anak anak pasti udah pada tidur ya bu hehe..”

Lain cerita dengan elita, ia dibuat shock mendengar ibunya mempersilahkan paijo ke kamarnya nanti malam. Ia bertekad malam ini untuk menguping lagi ke kamar ibunya.

Elita lalu pergi ke kamarnya untuk tidur lebih awal agar dapat bangun nanti jam sebelas, tak sia sia usahanya jadi detektif kecil-kecilan. Ia berhasil mendapat informasi berharga malam ini.



Pukul 23:15

Elita terbangun dari tidurnya, otaknya melakukan tugasnya dengan baik dengan membangunkan dirinya di jam yang hampir tepat. Walau terlewat 15 menit.

Tanpa basa basi elita bangkit dari kasurnya lalu keluar dari kamarnya perlahan-lahan.

Dan benar saja, ia mendapati kasur lantai di depan tv kosong. Berarti mas paijo sudah di dalam bersama ibunya.

“Ah sialan, dia udah duluan..” gumam elita

Elita mengambil napas dalam dalam

“Huffff…sekarang waktunya, ayo elita…kamu harus kuat!..” ucapnya dalam hati

Elita lalu menempelkan telinganya ke pintu kamar ibunya.

Semenit, dua menit, tiga menit, empat menit, Elita tak mendengar apa apa.

“Sial…mereka lagi ngapain di dalam??.”

Elita kembali menempelkan telinganya ke pintu, tiga menit berlalu dan lagi lagi ia tak mendengar apa apa.

Percobaan terakhir ia lakukan, kali ini lebih dari lima menit dan sialnya elita, ia tak mendengar apa apa dari dalam.

Elita pun menyerah. namun untuk berjaga-jaga, malam ini ia tidur di sofa. Jadi ia masih bisa mendengar sesuatu yang mencurigakan dari tempatnya tidur.



Sementara itu di dalam kamar kartika, 15 menit yang lalu.

*tok tok tok* “permisi bu kartika..”

“eh mas paijo, ayo ayo masuk..”

“woww, e-eh maksudnya iya iya..makasih bu..”

Setelah mengunci pintu, kartika menyapu kasurnya dengan sapu lidi agar bersih dari kotoran.

“Sini mas paijo naik..” ucap kartika sambil menepuk nepuk kasur

Malam ini kartika memakai tank top hitam dengan celana pendek ketat yang membuat penis paijo langsung mengeras. Pikirian paijo mulai kotor pada bu kartika. Apalagi saat ini ia hanya berduaan dengan wanita ini, dirumahnya pula. Sungguh pria yang sangat beruntung.

Paijo pun naik ke kasur lalu tidur tengkurap

“Mau dipijat yang mana dulu mas..”

“Dari bawah sampai atas aja bu, hehe..”

Kartika mulai memijat dari ujung kaki paijo sampai ke dengkulnya bolak balik, kemudian pijatan kartika naik ke paha paijo.

5 menit lamanya kartika memijat kaki paijo, lalu paijo meminta di pijat punggungnya, tak lupa paijo melepas bajunya terlebih dahulu. Kini terpampang badan yang lumayan berotot paijo di hadapan kartika.

“Wahh mas paijo lumayan juga ya, hihihi..”

“Ah ibu, biasa aja ah…saya kan biasa kerja keras dari kecil bu..”

“Yaudah tengkurap lagi, ibu mau ngerasain otot kamu mas hihihi..”

Dan benar saja. sebelum memijat, kartika meraba-raba otot bisep mas paijo terlebih dahulu. Baru setelahnya kartika memijat punggung dan pundak paijo. Lumayan lama kartika memijat punggung paijo, setelah 15 menit kartika mengakhiri pijatannya.

“Huhh udah ya mas paijo, saya capek..”

“Ahh enak banget badan ku bu, makasih banyak bu kartika..”

“Yaudah tidur lagi sanah..”

“T-tapi bu…boleh ga saya bantu bu kartika juga..”

“Bantu apa mas?..”

“Uhmm…saya mau pijat bu kartika juga, keliatannya bu kartika kecapekan malam ini..”

“Hmmm..gimana ya, saya takut mas..”

“Tenang aja bu, saya gak bakal kurang ajar..”

“Biasanya si dodi sih yang mijat saya..”

“Ah bu kartika, dodi kan masih remaja…ga berasa pasti pijatannya dibanding saya…gimana mau bu??..”

“Mau deh mas paijo, saya jadi penasaran hihi..”

“Yaudah bu tengkurap di kasur, biar saya enak pijatnya..”

Kartika pun mengikuti arahan paijo untuk tidur tengkurap di kasur.

Kini terpampang tubuh bagian belakang bu kartika dihadapan paijo yang hanya mengenakan tank top. Membuat nafsu paijo yang melihatnya, apalagi kedua tangan dan pahanya mulusnya tanpa penutup. Membuat paijo tak sabar ingin merabanya.

“Saya mulai ya bu..”

Paijo akhirnya berhasil menyentuh bu kartika, rencananya mulai berjalan.



23:58

Elita terbangun dari tidurnya karena mendengar sesuatu. Masih sadar dengan misinya malam ini, ia segera bangun lalu menempelkan telinganya lagi ke pintu kamar ibunya.

Apa yang ia dengar kini benar benar membuat hatinya hancur.

Semua dugaannya benar, Ibunya selingkuh lagi.

“Ahhh enak mas paijo…ohh…pelan pelan mass…ohh..”

“Emmhhh iya betul disitu mass…ohhh..”

“Lengket banget badan mu bu kartika..”

“Enak banget mas paijo…hmmhhh..”








0 comments:

Post a Comment