Rahasia Dibalik Kebaikan Ibuku Part 11

 Model : Sisca Mellyana


Dodi yang baru bersetubuh dengan ibunya dikagetkan dengan kehadiran kakaknya tepat di depan pintu, ia jadi salah tingkah dan berkeringat dingin. Dodi ketakutan bila kak elita mengetahui hubungan gelapnya dengan ibu.

“Kamu kenapa sih dod kayak bingung begitu?..” tanya elita

“E-engg-ga... anu.. Abis pijitin ibu kak.. Hehehe..” jawab dodi berbohong”

“Hmm?..emang ibu kenapa?..perasaan tadi ga kenapa-napa..”

“ituu kak tadi uhhh........” dodi bingung mencari alasan lagi

“Tadi kenapa?..minggir ah kakak mau tanya ibu langsung!..”

Elita pun menggeser tubuh dodi agar bisa masuk ke dalam kamar ibunya, sesampainya di dalam elita langsung bertanya ke ibunya. Sementara di belakang kakaknya, dodi memberi kode ke ibunya dengan kedipan sebelah mata, Dengan maksud agar tak menjawab sejujurnya.

“Ibu! Beneran tadi dipijit dodi?..”

“Eh iya iya hehe..emang kenapa sih kak..kayak curigaan begitu..” jawab kartika sambil rebahan, ia juga melirik ke arah dodi dibelakang yang memberi kode.

Dodi lega mendengar jawaban ibunya.

“Hmm..yaudah kalo memang begitu..mau tanya doang bu..”

“Oh iya bu sekalian mau izin keluar ke apotik beliin obat buat dede..”

“Obat buat dede? Ohhh ternyata itu alasannya kamu rebut resep obat tadi..hihi...yaudah jalan, hati hati ya..”

“Iya bu, kakak juga mau ajak dodi jenguk...mau kan dod?..” tengok elita ke arah dodi di belakang

“Eh... mau lah kak, daripada bosen dirumah doang..”

Sebenarnya dalam hati kecilnya, dodi ingin dirumah saja agar bisa puas menyetubuhi ibunya lagi, namun ia tak enak menolak ajakan kakaknya yang ingin membantu dede.

“Yaudah bu, kakak jalan dulu, nanti agak sorean pulangnya bu..”

“Ayok dod, siap siap.. Ganti bajumu yang bagusan..”



Mereka pun berangkat menuju apotik dengan menaiki dua ojek. Sesampainya di apotik, elita rupanya harus mengantri untuk memberi resep obat ke apoteker.

Selesai membayar obat, elita menghampiri dodi yang sedang menunggu di luar.

“Udah dod, ayo ke rumah dede..”

“Lama banget sih kak, tau gini mending di rumah..”

“Eeehh banyak ngeluh kamu, dasar pemalas..ayo..”

Masih dengan dua ojek yang sama, mereka pergi ke rumah dede. Perjalanan terasa lebih lama karena jalan menuju desa menanjak, setelah 30 menit akhirnya mereka sampai juga di rumah dede. Tak lupa elita membayar ojeknya masing-masing 50 ribu.

“Nuhun ya teh ita, dodod..mari...” ucap mang yana berterima kasih

“Sama-sama mang yana..”

“Ayuk dod masuk..”



Elita mengetuk pintu..

*tok tok tok* “permisi...dede...”

“Bu...... uhh, siapa nama ibunya dede dod?”

“Bu titin..” jawab dodi

“Eh iya bu titin...permisiii..”



Tak lama kemudian pintu pun terbuka.

“Ehh dodi!...ada apa ini maghrib-maghrib kesini..” tanya bu titin

“Mau jenguk dede bu, ada kan?..” ucap dodi

“Ohh ada di dalam, mari masuk..”

“Eh maaf ini siapa ya baru liat saya hehe..” ucap bu titin senyum-senyum ke elita

“Saya Elita bu, kakaknya dodi..” ucap elita menjabat tangan bu titin

“Oalah ini toh kak ita.. yang suka dede bicarakan itu... ya ampun cantik banget kamu...hihihi..”

“Ah ibu bisa aja...emang dede bicarakan apa bu..”

“Ada deh hihi...mari masuk dod, kak ita..”



Sesampainya di dalam, dodi dan kakaknya langsung menghampiri dede yang sedang rebahan di kamarnya dengan kompres menempel di dahinya. Tampak dede masih lemas dengan wajah agak pucat.

“Oii dede, gimana keadaan dan situasinya haha..” ujar dodi

“E-eh.. dodi, k-kak ita...ada apa ini..” tanya dede dengan suara lemas

“Mau nawarin produk skincare terbaru kami..” canda dodi

“Huhh??..”

“Mau jenguk lu lah kocak! Pake nanya segala hahahaha..”

“Hadeh...” dengus dede

“Sssttt dodi jaga sikap mu dirumah orang!..” tegur elita

“Yaelah kak kaku amat kak..”

“Gimana de sekarang keadaannya?..” tanya elita

“Huft..masih kak ita, lemes, puyeng, ngantuk..komplit lah...mau makan juga ga enak...”

“Ya ampun kasian kamu de...” ucap elita mengelus-elus kepala dede. Dede merasa tenang ketika elita mengelus kepalanya, persis seperti kasih sayang ibu.

“Hehe, gapapa kak ita..nanti juga bakalan sembuh kok..tenang aja..”

“Gimana kak ita sekarang, sehat?..” tanya dede

“Sehat de, siap kerja lagi besok hehe..”

“Syukur lah...dede khawatir kak ita kenapa-napa abis kejadian itu..”

“Engga de, aku ga kenapa-napa kok hihi. ..kamu kira aku bakal stress gitu sakit jiwa hahaha..”

“Berkat kamu juga de, gak ada dede mungkin aku ga disini lagi haha..” ucap elita tersenyum

Meleleh hati dede melihat senyum manis wanita impiannya itu, walau disampingnya ada dodi yang memerhatikan dengan wajah datar.

“Ekhem..uhuk uhuk..”

“Iya iya dodi juga....”

Mereka pun bercengkrama sekitar 10 menitan di kamar dede. Saat hari makin gelap karena sudah pukul 6, mereka bersiap pulang. Tak lupa sebelum berpamitan, Elita memberi sekantung obat-obatan untuk dede ke bu titin.

“Ini bu, obat buat dede..diminum sesuai takaran ya bu titin..”

“E-ehh apa ini..aduh teteh gak usah repot repot...ini kan mahal..”

“Gapapa bu, tolong diterima...”

“i-iya iya iya...ya ampun syukurlah...terima kasih banyak elita...dodi...”

“Hehe iya bu sama sama...cepat sehat ya dede bu...saya pamit dulu..”

“Iya teh, hati hati dijalan..gelap..”

Bu titin sangat terbantu dengan obat pemberian elita, karena kondisi ekonomi yang pas-pasan membuatnya sulit untuk membeli obat untuk dede.

Elita dan dodi pun meninggalkan rumah dede dan berjalan pulang ke rumahnya.



18:05 Menjelang malam

Saat pergantian sore menuju malam seperti ini suasananya cukup mencekam. Sepi tiada orang lalu lalang dan jalanan desa gelap. Penerangan hanya bermodalkan lampu dari Hp elita. Sepanjang perjalanan dodi berpegangan tangan dengan kakaknya karena memang aslinya dodi anak penakut. Elita yang sudah tahu adiknya penakut membiarkan saja walau sebenarnya risih, karena mereka tampak seperti orang pacaran. Mendekati rumah baru dodi melepas tangannya.



100 meter dari rumah, dodi melihat sepeda motor pergi dari depan rumahnya, Dodi penasaran siapa itu. Orang tadi tampak baru berkunjung ke rumahnya. Dodi buru buru berlari ke rumah meninggalkan kakaknya dibelakang.



Sesampainya di rumah, dodi langsung bertanya ke ibunya.

“Bu tadi siapa ada orang dari rumah ini?..”

“Ehh dodi udah pulang... kakak mana?..”

“Kakak ada, sebentar lagi juga sampai..”

“Loh kamu tinggal kakak mu?..ya ampun dod..”

“Iya soalnya aku lari bu liat ada orang pergi dari sini..itu siapa??..” tanya dodi

“Ah bukan urusan mu..dah sana mandi dulu..bau kamu..”

“T-tapi bu..”

“Gak ada tapi-tapi.. buruan mandi dodi!..” tegas kartika

Dengan kecewa dodi melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, untuk saat ini dodi tak mau ambil pusing siapa orang itu. Mungkin hanya tetangga yang bertamu..tapi..kalau tetangga kenapa naik motor dan berhelm? Ah sudah lah...



Malam hari pukul 07:10

Seperti biasa mereka bertiga makan malam bersama. Memecah keheningan kartika memberi tahu kabar tentang bapak mereka.

“Kakak, dodi.. ibu baru dapat kabar dari bapak...katanya bapak dikontrak perusahaan di pulau seberang...jadi udah ngga kerja sama juragan teddy lagi...”

Dodi dan elita terkejut mendengarnya.

“Hah???” ucap mereka bersamaan dengan mulut menganga

“Iya..ibu juga kaget tapi bapak bilang sekarang gajinya lebih besar hampir dua kali lipatnya...jadi ibu oke oke aja..apalagi barusan abis ditransfer hehe..”

“Ahh ibu ahh jangan hehe dong..jadinya bapak jarang pulang dong!..” protes elita

“Sebulan sekali pasti pulang kak, tenang aja...mereka suka dengan kinerja bapak selama disana makanya ditawari kerja....selama bisa menafkahi gapapa kan..”

“I-iya bu. Huftt sepi deh rumah..emang ibu ga kesepian apa?..” tanya elita

“Ah nggak kak, selama ada kesibukan ngurusin rumah dan kalian berdua ada disini ga pernah sepi sama sekali..hihi..”

Elita dan dodi tidak membalas lagi.

Selesai makan dodi seperti biasa membantu ibunya membereskan peralatan makan ke dapur untuk dicuci. Sementara elita langsung pergi ke kamarnya main hp.

Sambil mencuci piring dodi menceritakan kondisi dede tadi dan hal hal lain. Sambil melirik-lirik ke arah ibunya yang tampak menggairahkan malam ini.

Kartika malam ini mengenakan tank top hitam dengan legging hitam yang ketat, mencetak bulatan indah di bokongnya. membuat penis anak kandungnya yang sedang mencuci piring mengeras ketika melihatnya. Lengan kartika dan belahan dadanya juga membuat penis dodi mengeras.

Kartika sadar dari tadi dodi meliriknya, ia pun bertanya.

“Kenapa sih kamu dod, dari tadi ngeliatin ibu..”

“Eng-ngga bu...ga kenapa-napa hehe...” jawab dodi

“Hmm? Kirain ada yang salah...”

Dodi lanjut mencuci semua piring sampai selesai.

“Nah..udah selesai nih bu..” ucap dodi sambil menaruh piring terakhir ke rak

“Oh iya, makasih ya sayang...dah sana terserah mau tidur atau nonton..”

Walau ibunya menyuruhnya pergi, dodi tidak mau. Ia malah berdiri dibelakang ibunya memperhatikan goyangan pinggul ibunya yang sedang mengelap piring basah. Goyangan ke kanan dan kiri pinggul ibunya membuat dodi tak tahan. Dodi ingin menyetubuhi ibunya saat ini juga. Walau tadi siang sudah, namun namanya nafsu pasti datang lagi dan lagi.

Tanpa basa basi dodi langsung merapatkan tubuhnya ke ibunya sambil kedua tangannya memegang pinggul ibunya. Kartika kaget tiba tiba dodi menempelkan badannya. Sambil menaruh piring terakhir ke rak, ia menanyakan maksudnya dodi itu.

“Ehh dodi..a-apaan sih....kok kamu main dempet saja..”

“M-maaf bu..aku ga tahan liat ini..” ucap dodi sambil mengelus pantat ibunya

“Lepasin ibu dod, gimana kalau kakak mu tiba tiba kesini..”

“Tenang aja bu..kakak kalau udah main hp mah gabisa lepas...boleh ya bu sekarang..”

Dodi dengan nekat mengajak ibunya bersetubuh di dapur saat kakaknya masih terjaga.

“T-tapi kan bisa aja tiba tiba nongol kakak dod...jangan ah..nanti tengah malam aja ya sayang ke kamar ibu..”

“Gamau ah bu, dodi maunya sekarang...udah kangen empotan memek ibu nih..boleh ya bu..”

“J-jangan sayang...kamu kok ga nurut sih perihal ginian..”

“hehehe..lagian ibu waktu itu ngasih..jadinya ketagihan..”

Kartika tidak membalas lagi, ia tak menyangka dodi akan se-nekat ini. Di sisi lain ia juga dibuat horny oleh gesekan penis anaknya itu.

Sudah 5 menit kartika membiarkan anak kandungnya itu menikmati pantatnya, lama kelamaan gesekan dodi berubah menjadi genjotan kedepan. Kartika sadar akan hal itu, ia tahu dodi sudah tak sabar ingin menyetubuhinya, dengan helaan nafas kartika akhirnya mengizinkan dodi untuk menyetubuhinya. Disini, didapur.

“Beneran bu??!..horee!..” Sorak dodi gembira

“Sssstttt!....jangan berisik dod! Nanti kakakmu dengar!..”

“Inget ya, ngentotnya nanti jangan keras-keras...nanti kakakmu curiga dengar suara ceplok ceplok didapur” ucap kartika sambil menurunkan celana dan cd-nya. Kini pantatnya telanjang didepan kontol dodi yang mengacung

“Dan..kalau pintu kamar kakak tiba tiba kebuka, kamu langsung ber......*BLESS*....nggghhhh!!..”

Belum selesai kartika bicara, dodi langsung memasukan kontolnya ke vagina ibunya tanpa permisi. Terasa vagina ibunya langsung mencengkram kontol dodi. Rasanya ngilu tapi enak.

Dodi dengan nafsu menggebu-gebu langsung mengentoti ibunya dengan liar. Tak peduli ucapan ibunya tadi, hingga timbul suara benturan selangkangan dodi dengan pantat ibunya. Walau tak se-nyaring jika mereka ngentot di kamar.

Dodi memiringkan badannya ke depan lalu mencium pundak ibunya yang mulai berkeringat lalu kedua tangannya meremas kedua payudara ibunya yang masih mengenakan tank top.

Tinggi dodi yang masih dibawah ibunya memungkinkannya untuk mencium pundak ibunya sembari menggenjot memek ibunya tanpa kesulitan.

Kartika mulai terbawa permainan anaknya, ingin sekali ia mendesah namun ia harus menahan mulutnya rapat agar tak terdengar kak elita. Hanya terdengar desahan tertahan dan nafasnya yang memburu seiring tusukan demi tusukan kontol anak kandungnya itu.

Kartika tahu kegiatan bersetubuhnya saat ini sangat beresiko ketahuan oleh elita, tak terbayang olehnya reaksi kak elita jika ia berjalan ke dapur hendak mengambil segelas air malah menemukan ibu kandungnya sedang digenjot adik laki lakinya sendiri.

Namun ada sensasi unik tersendiri yang terbayang oleh kartika sehingga ia akhirnya mengizinkan dodi menyetubuhinya.



*plok plok plok plok plok plok plok plok*

“Engghhh...ssluuurpppp ahh enak bu..”

“Aku ga kebayang bisa ngentot sama ibu sendiri di dapur...ahhh p-padahal dulu Cuma angan angan...engghh...ahh..terus bu...terus..enak...”

“Sssshhh.....j-jangan bicara dod...nanti k-ka...ahh ahh ahh...ouhhh k-kakak mu dengar...aaaahhhh terus...sayang...hhmmhh..”

*plok plok plok plok plok plok plok plok*

“Ahhh ibuuuu....enak bu..aku ga tahan...ga mungkin aku diem aja di-enakin memek sempit ibu...ahhhh...engghhh engghhh engghhh..ohhh..”

Kartika mengimbangi entotan dodi dengan menggoyangkan pantatnya seirama dengan genjotan dodi. saat kontol dodi ditarik, ia memajukan pinggulnya ke depan. Begitu pula sebaliknya. Sehingga tusukan kontol dodi makin terasa nikmat.

*plok cplok plok cplok plok cplok cplok cplok*

Bunyi cairan kewanitaan kartika yang diobok-obok kontol anak kandungnya sendiri terdengar basah.

Dodi terbayang bagaimana keadaan berubah cepat, jika seminggu lalu di waktu yang sama dodi saat ini mungkin sedang belajar di kamarnya, namun malam ini berbeda. Malam ini ia sedang mengentoti ibunya di dapur. Sungguh berbeda 180 derajat.

Setelah 10 menit beradu kelamin, dodi merasa akan segera ejakulasi. Ia mempercepat kocokannya. Namun semakin kencang kocokan dodi berarti semakin kencang bunyi tepukan yang dihasilkan kedua kelamin tersebut.

Yang ditakutkan dodi dan ibunya pun jadi kenyataan.



*Kreeekk* Terdengar suara pintu kamar elita berderit

Mereka berdua panik, dodi langsung mencabut kontolnya dan kartika menaikkan kembali celananya. Mereka berdua jadi salah tingkah, dodi langsung berpura-pura mengelap kompor sementara kartika berpura-pura merapihkan rak piring.

Tak lama elita pun datang, ia mengambil air minum sambil terus bermain hp, terlihat elita senyum-senyum sendiri dengan hpnya, tak peduli sekitarnya.

Kartika bernafas lega elita tak curiga sedikit pun, hanya mengambil air minum saja. Namun sebelum elita kembali ke kamarnya ia bertanya padanya.

“bu, tadi ada apa sih heboh begitu?...banyak suara nepuk-nepuk gitu” tanya elita

Kartika terkejut rupanya persetubuhannya tadi dengan dodi terdengar oleh elita, kini ia bingung untuk mencari alasan.

“uhh...i-itu......kak..uhh..”

“itu apa bu..?”

“TADI AKU PUKULIN KECOA KAK!..” ucap dodi tiba tiba

“huh kecoa?..” tanya elita

“Iya kak tadi ada kecoa larinya cepet banget mau aku tangkap ehh ga kena..hehe..” ucap dodi berbohong

“kecoa....hmm..”

“kamu kan takut kecoa dod..”

“Ehhh-ehh...engg-nggaa kok udah berani dong!..lawan penculik kakak aja berani hehe..”

“bagus lah kalau begitu, udah bukan anak cemen lagi sekarang hihi..tapi lawan kecoa masa kalah..”

“Iya lah! Kan dia bisa sembunyi ditempat sempit kak!..”

“Haha, udah lah kakak mau langsung tidur ya bu, jangan ganggu kamar kakak ya..”

“Iya kak, ibu juga mau tidur abis ini..”

Elita pun pergi ke kamarnya lagi.



Dodi dan kartika menghela nafas, hampir saja mereka ketahuan. Untung dodi punya alasan yang kuat terkait suara tepukan tadi, kalau tidak bisa bisa elita mulai curiga pada mereka berdua.

“huff..hampir aja bu..”

“Iya sayang...bagaimana kalo ketahuan tadi hihihi..bisa pingsan kakak liat adeknya lagi ngentotin ibunya gini hihi..”

“iya bu, kasian juga kakak...tapi tadi enak banget sih bu..ngentot sambil berdiri..”

“tapi aku tadi belum keluar bu, kakak keburu dateng..huftt kentang deh..”

“hahaha kasihan..yaudah lanjutin yuk di kamar mandi sayang..”

“b-beneran bu?? Ayo bu..”



Kartika menggandeng tangan dodi pergi ke dalam kamar mandi, sesampainya didalam tentu saja mereka langsung bersetubuh dengan panas. Jika ada orang didapur mungkin terdengar suara benturan kelamin ibu dan anak itu. Untungnya tidak, elita tidak ke dapur lagi karena sudah terlelap. Tidak berselang lama dodi pun akhirnya ejakulasi di dalam vagina ibunya. Sambil memeluk ibunya dari belakang dengan penis masih tertancap dodi berterima kasih pada ibunda tercinta.

“makasih bu udah kasih dodi enak malam ini, mmuach..” cium dodi ke leher ibunya

“ahh.....iya sayang, kamu mainnya cepet banget sih tadi...”

“iya dong bu, soalnya kan tadi kentang, makanya aku gemes pengen cepet ngecrot di ibu..”

“ahahaha pantes...yaudah siap siap tidur sayang, besok sekolah....cabut kontol kamu..”

Bukannya dicabut, dodi malah mendorong kontolnya dalam-dalam.

“D-dodi...ibu bilang cabut..engghh..ouhhh..malah makin dalam ss-sihh..” lenguh kartika

“dodi mau lagi bu, dodi belum mau lepas...ahhhh...jepitan memek ibu enak banget...kontol dodi keras lagi bu..ohhhh..” ucap dodi sambil mulai menggoyangkan pinggulnya maju mundur.

“T-tapi sayangg..k-kamu besok masuk sekolah pag.*SLEBB*...enggghhhhhh!!! Ouuhhhh!! Dodi!!!! Kamu nyentuh rahim ibu nak!!..” terpotong ucapan kartika karena hentakan dodi yang sampai menyentuh rahim tempat ia keluar 18 tahun lalu.

“Aghhhhh nghhhhhh ibuuuuu!!..dalem banget bu...”



Entah bagaimana kontol dodi yang tak terlalu panjang menyentuh rahim kartika. Yang jelas hentakan tadi membuat kartika keenakan sekaligus ngilu. Sensasi yang sangat tabu ketika anak laki-laki yang ia besarkan selama belasan tahun dengan keringat dan darah kini membalas kasih sayangnya dengan cara berhubungan intim, walau sangat dilarang menurut hukum dan agama namun itu tak cukup membendung nafsu syahwat ibu dan anak ini.

Malam ini dodi menyatukan lagi tubuhnya dengan sang ibu.

Badan kartika yang bugil sudah penuh dengan keringat, dengan nafsu dodi menjilat keringat ibunya dari belakang sambil mulai menggenjot vagina ibunya perlahan.

Untuk ronde yang kedua ini dodi ingin ngentot dengan perlahan agar bisa berlama-lama menikmati tubuh sang ibu.

“ah ah ah ah ah ah ah ah ahhh..ouh yaa mainkan puting ibu juga nak..jangan pegang pantat mulu...iyaaa sssshhhh ngghhh anak pintar...ngentotin ibunya...sshhhh ahhh..”

*plok plok plok plok plok plok plok plok*

Suara tubrukan selangkangan dodi yang tak seheboh tadi. Dodi sangat menikmati ritme yang lambat ini, ia merasa sangat dekat dengan ibunya, kehangatan tubuh dan liang senggama ibunya menghangatkan malam yang dingin di desa cianduk. Sungguh ibu terlalu baik baginya. Merelakan tubuhnya yang seksi dinikmati anak kandungnya sendiri.

“Ahh bu...buu...buu ibuu...engghhhh..” ucap dodi sambil terus mengentoti ibunya

“Ahh a-ap-pa s-sayang...ouhhh teruss...”

“Ibu sayang kan s-sama dodi..”

“ahh..ahh..i-iya lah sayang..kalau ngga, mana mungkin ibu mau ngentot sama dodi...hmmmm terus begitu nak.....ouhhh..”

“boleh ya bu mulai besok aku minta ngentot sama ibu kapan aja...kalau kakak gak ada..”

“Ahh ahh ahh ahh ahhh...a-apa?? Oh iya iya iya sayang...ohhhh ohhh..oh hmmnhhh..” desah kartika

“Makasih ibu, mmuach..” cium dodi di punggung ibunya

Dodi kegirangan mendapat izin tadi, ia tak terbayang jika nanti bisa ngentot dengan ibunya seharian jika kakak tak ada. Menyapu lantai, memasak, mencuci piring sambil ngentot...ouhh tak terbayang sensasinya.

*plok plok plok plok plok plok plok plok*

Setelah 10 menit dodi menggenjot dengan perlahan dan penuh kasih sayang, ia mulai menaikan kecepatannya karena ia merasa akan segera ejakulasi.

Desahan mereka berdua semakin terdengar keras, tak peduli walau ada elita di rumah ini. Hingga sampai puncaknya..

“AHH AHH AHH AHH AHHH AHH AHH AHH D-DODI TERUS SAYANGG..”

“IYA BUUUU OUGHH ENGHH NGENTOTTT BU NGENTOTTT HUHH MEMEK IBU ENAKK BUU AHHHH TERIMA PEJU AKU IBUKU SAYANGG ENGHHHHHHHHHH AGHHHHHHHH *CPLOK CPLOK CPLOK CPLOK CPLOK*

*CROT CROT CROT CROT CROT CROTTT*

Enam tembakan peju memenuhi vagina kartika sampai luber keluar, saking banyaknya peju yang keluar.

Dodi mencabut kontolnya dan langsung banyak air kental berwarna putih mengalir dari vagina kartika. Malam ini dodi telah benar benar memberikan semuanya kepada sang ibunda tercinta, Kartika Anandita.

Dodi dan ibunya kembali memakai pakaiannya masing-masing setelah persetubuhan panas tadi

“Makasih ya bu udah nuntasin hehe..”

“huhh huhh..iya dod, ibu mau langsung tidur...aduhh kaki ibu keram sayang...bantu ibu jalan ke kamar dod..”



22:00

Ngentot sambil berdiri telah membuat kaki kartika keram, sehingga ia butuh bantuan dodi untuk berjalan ke kamarnya. Sesampainya di kamar, kartika meminta dodi untuk memijat kakinya.

Dan yah, seperti biasa...

Berawal dari pijatan berakhir dengan entotan.

Dodi yang dibuat sange karena memijat kaki ibunya lanjut mengentoti ibunya lagi malam itu untuk ketiga kalinya. Kali ini di kamar ibunya, tempat dodi pertama kali ngentot dengan ibu.

Kartika awalnya menolak ketika dodi menindih tubuhnya, namun dodi yang keras kepala terus memberi rangsangan pada tubuh kartika sehingga ia akhirnya pasrah lalu dodi mulai menghujam kontolnya sambil menindih tubuh ibunya, posisi kartika tengkurap ditindih dodi dengan kontol bersarang di dalam vaginanya.

Dodi sangat menyukai posisi bercinta seperti ini, sambil kedua tangannya memegangi payudara ibunya, dodi mengentoti ibunya yang sudah kelelahan itu. Tak seperti tadi di kamar mandi yang mana ibunya aktif mengimbangi goyangan dodi, kali ini sang ibu lebih pasif. Tidak banyak bergerak, hanya terdengar suara desahannya yang seirama dengan tusukan kontol dodi.

“Hmhhhh ahhh ahh ouhh ibu...uhhh enak bu..”

*plok plok plok plok plok plok plok plok*

“Gara gara ibu minta pijet aku jadi ngentotin ibu lagi deh hihi maaf ya ibu...”

“ahhh ahhhh ahhh iya bu terus bu jepit kontol dodi yang keras..emmhhhh..”

*plok plok plok plok plok plok plok plok*



Kartika tidak membalas, ia sudah sangat kelelahan meladeni nafsu birahi anaknya malam ini.

Walau sudah sekuat tenaga untuk tetap terjaga agar bisa terus melayani anaknya, kartika akhirnya ketiduran juga setelah 15 menit.

Dodi yang tak sadar ibunya sudah tertidur terus memanggil ibunya sambil terus mengentotinya. Ia sudah tak malu lagi berkata kotor pada ibunya, bahasanya sudah blak-blakan sekarang.

“Ahh ah ah ahhhh ibu...ibu...ibuuu...buuu! Dodi keenakan bu..ahhhhhh emhh..”

“Dodi mau ngentot sama ibu seharian besok...uhhhh...izin libur aja ya buuu..ahhh..”

“Pokoknya kakak berangkat kerja kita langsung ngentot ya buu....ngghhhhh ohhh ohh ohh...sampai siang bu....mmmhhh muach muach muach ssslluurrpppp.....asinn keringet ibu...”

Tentu ucapan dodi yang vulgar itu tak didengar ibunya, sehingga dodi hanya sekedar meluapkan nafsunya. Permintaannya tak didengar ibunya.

Beberapa menit kemudian dodi ejakulasi lagi di dalam vagina ibunya. Walau bukan yang pertama kalinya bagi dodi namum sensasi ngentot dengan ibunya disaat kakaknya ada dirumah memberi perasaan unik tersendiri bagi dodi.

Kenikmatan bersetubuh dengan ibunya sendiri berkali-kali lipat dibanding mengocok dengan tangan sendiri.

Sambil menekan kontolnya dalam dalam, dodi melepaskan pejunya ke dalam rahim ibunda tercinta. 5 kali dodi menyempot rahim ibunya. Seakan tak ada habisnya peju dodi untuk ibunya malam ini.

Kartika dari awal tak khawatir bila dodi atau dede keluar di dalam, karena ia rajin minum pil kb untuk mencegah kehamilan. Namun untuk dede ia sengaja menjahilinya agar tak keluar di dalam, hanya dodi yang ia izinkan ejakulasi di dalam. Tentu alasannya karena dodi anaknya sendiri sedangkan dede siapa.

Kelelahan, dodi ambruk ke punggung ibunya yang tengkurap. Otomatis kontol dodi yang sudah mengecil tercabut dari vagina ibunya.

Dodi pun terlelap masih di posisi menindih ibunya.

Malam yang indah. Ibu memang terlalu baik.



Hari Senin, pukul 6 pagi.

Elita bangun awal seperti biasa, ia membuka jendela kamarnya. Dihirupnya segar sekali udara pagi pedesaan, disekeliling rumah ini kebetulan banyak pepohonan sehingga udaranya segar.

Sudah cukup bersantainya, kini elita bersiap untuk berangkat kerja. Setelah keluar kamar, Ia mendapati adik dan ibunya belum bangun. Elita terpaksa melakukan hal yang ia tak sukai namun harus dilakukan, membangunkan dodi. Ia sudah tahu betul kalau dodi sudah tidur akan sulit dibangunkan.

*tok tok tok* “dod bangun dod! Siap siap sekolah kamu!..” *tok tok tok*

“DODI!! BANGUNN!! MAU DIBUATIN SARAPAN APA !!..” *TOK TOK TOK*

“RESE YA NI BOCAH HARUS DIPAKSA..”

Kesal, elita membuka pintu kamar dodi dengan keras. *braaak* “KAMU YA DAS....Ehhh?? kemana dodi..?..”

Elita menggaruk kepalanya kebingungan mendapati kamar adiknya kosong. Sia sia ia tadi mengetuk dan berteriak diluar.

Saat elita berjalan menuju teras untuk mencari dodi, tiba tiba dodi keluar dari kamar ibunya.

“Eh kakak jangan berisik ah pagi pagi, aneh banget..”

“Aneh? Kamu yang aneh!... kenapa kamu keluar dari kamar ibu?..pantes kakak cari di kamarmu gak ada..”

“Ibu tadi minta pijitin kakinya kak, dodi sama ibu kan udah bangun dari jam 5..” ucap dodi berbohong, mana mungkin ia beri tahu habis bercinta dengan ibunya semalaman dikamar itu.

Elita percaya percaya saja pada adiknya, ia belum menaruh curiga sedikit pun, walau agak aneh ibunya minta dipijat pagi sekali.

“Yaudah, kakak mau mandi dulu...udah buat sarapan kan tadi..”

“Belum, nanti beli nasi uduk aja ah..males telor mulu..”

“Dasar, terus tadi ngapain bangun awal? Kirain masak sarapan sama ibu..”

“Kan ibu kakinya lagi pegel kak..gimana sih ga ngertian jadi cewek..”

“Auk ah dod pusing ngobrol sama kamu, mending ngobrol sama obeng..”

Dan aktifitas sehari-hari mereka mulai berjalan normal kembali, dodi bersekolah dan elita kembali melayani pelanggan di minimarketnya. Hanya berbeda disaat elita tak ada dirumah, dodi dan ibunya akan bersetubuh. Biasanya elita pergi keluar entah itu ke temannya atau belakangan ini ia kerap menjenguk dede yang sakit. Saat itu lah dodi memanfaatkan kesempatan berduaan dengan ibu untuk memuaskan nafsu remajanya.

Dan aktifitas sehari-hari mereka mulai berjalan normal kembali, dodi bersekolah dan elita kembali melayani pelanggan di minimarket.

Hanya berbeda disaat elita tak ada dirumah, dodi dan ibunya akan bersetubuh. Biasanya elita pergi keluar entah itu ke temannya atau belakangan ini ia kerap menjenguk dede yang sakit. Saat itu lah dodi memanfaatkan kesempatan berduaan dengan ibu untuk memuaskan nafsu remajanya, ia lakukan itu terus menerus selama 5 hari.

Sepulang sekolah dodi sekarang punya kebiasaan baru, nonton tv berduaan dengan ibunya. Bukan sekedar menonton tv, dodi menonton tv sambil memeluk ibunya atau menaruh kepalanya di paha ibu yang empuk bagai bantal. Dodi tak segan memeluk ibu walau kak elita melihatnya. Bahkan elita malah menertawai dodi karena terlihat manja. Ya dodi memang manja, sangat dimanjakan lebih tepatnya. Kalau tak ada elita, aktifitas manja-manjaan dodi kerap berakhir dengan celupan kontol dodi ke vagina ibunya, di ruang tv itu juga.

Malam harinya, ketika elita sudah terlelap dodi selalu pergi ke kamar ibunya untuk ngentot lagi. Dalam sehari dodi bisa ngentot 2-3 kali.

Paling banyak 5 kali dalam sehari, saat itu hari rabu ketika elita sudah berangkat jam 4 pagi dan pulang jam 7 malam. Dodi yang mendapati kakaknya sudah berangkat kegirangan lalu kembali lagi ke atas kasur untuk mengentoti ibunya satu ronde sebelum berangkat sekolah. Sepulang sekolah setelah makan siang dodi langsung mengajak ibunya bercinta sampai dua ronde sebelum akhirnya kecapaian. Malamnya pun dodi menggarap ibunya dua ronde.

Peju dan keringat yang membasahi sprei membuat kartika harus mengganti spreinya dua hari sekali. Ia lakukan ini agar tak ketahuan elita saat pergi ke kamarnya. Walau dodi sebenarnya minta agar tak diganti karena ia suka aromanya.

Kartika merasa dirinya sudah menjadi candu bagi anaknya, kapan pun dimana pun selama tak ada kakaknya dodi akan menyetubuhinya.

Hanya saat memasak saja kartika melarang dodi memasukan kontolnya. Karena pernah di selasa sore kartika memasak untuk makan malam sambil dodi mengentoti tubuhnya, awalnya kartika menolak namun dodi bersikeras mumpung kak elita sedang ke toko di desa sebelah. Kartika pun mengizinkannya, ia menurunkan celana dan cdnya hingga terpampang pantatnya untuk dodi entot, tanpa basa basi dodi langsung mengentoti ibunya dari belakang dengan gerakan cepat, ia ingin segera ejakulasi sebelum kak elita datang.

Saat mengiris bawang kartika meminta dodi berhenti sejenak agar ia tak melukai jarinya. Dodi pun berhenti.

Namun emang dasar nafsu binatang, dodi tak tahan membiarkan kontolnya menancap tanpa digenjot. Dodi tiba tiba menghentak kontolnya dalam-dalam dan membuat kartika melukai jarinya dengan pisau karena gerakan tiba tiba itu. Setelah itu dodi kena omel ibunya dan disuruh membersihkan lantai.



Jumat siang, pukul 14:10

Elita dalam perjalanan menuju rumah dede, ia ingin menjenguk dede. Setelah berjalan 30 menit elita akhirnya sampai di rumah dede.

*tok tok tok*

“Permisi..dede! Ini aku..elita..”

Tak lama pintu pun terbuka. Dede yang sudah mendingan menyambut kak elita di depan pintu.

“Eh kak ita...masuk kak..” ucap dede mempersilakan elita duduk di ruang tamu yang seadanya.

“Iya nih de, kakak bawain nasi padang buat dede sama ibu..dimakan yah nanti..”

Elita menyerahkan plastik putih berisi dua bungkus nasi ke dede.

Dede canggung untuk menerimanya, ia merasa tak enak sudah merepotkan elita

“Eh kenapa diam aja, ini ambil buat kamu de..gratis kok hihi..”

“Ng-ngga kak, dede ga enak ambilnya..”

“Loh kenapa?..” Elita kebingungan

“Dede kan udah dimasakin sama ibu kak tiap hari, walau seadanya tapi cukup kok..”

“Dede juga gak enak udah ngerepotin kak elita..”

“Huh?..Hahahaha dede..dede...kakak ikhlas kasih ini ke dede, jangan mikir kaya gitu ah..lebay hihi..kayak orang tua tau..”

“Tapi dede ga suka dikasih-kasih terus, ibu juga begitu...kita bukan mental peminta-minta kak..”

“Huh?..ngomong apaan sih kamu de, kakak udah bilang ikhlas kok... ini ambil nasinya!..”

Suara elita mulai tinggi.

“Bukan kak! Kakak ga perlu jenguk dede tiap hari! Nanti kakak capek! Abis pulang kerja kan!..”

“Dan ga perlu bawain dede makanan banyak-banyak terus!..”

“Malu ibu sebenarnya kak! Ibu malu dikasih terus sama tetangga sementara ibu ga bisa ngasih apa apa!..”

“Lihat sini ke dapur! Banyak makanan kiriman tetangga..malahan ada yang udah busuk! Kenapa? Soalnya dirumah cuman berdua! Siapa yang mau habiskan ini semua!..”

“MUBAZIR KAK!! Apalagi aku udah makan tadi!..”

Elita yang diajak dede ke dapurnya terkejut mendapati banyak makanan menumpuk, beberapa dikerubungi lalat karena sudah kelamaan.

Sejak kabar dede sakit tipes menyebar, tetangga mulai sering memberikan bingkisan makanan ke rumah dede. Sampai menumpuk di dapur karena dede maupun bu titin makannya tak banyak.

Namun ucapan dede tadi dengan suara yang tinggi membuat elita sakit hati, dadanya terasa sesak.

Elita menatap mata dede dengan tajam, membalas omelan dede tadi. Dede langsung terdiam ketika elita melototi-nya.

Sakit hati dan emosi bercampur jadi satu karena ucapan dede yang tak tahu terima kasih.

“dede.......kamu tahu..”

“bukan begitu caranya kalau ada orang ngasih makanan!!..” ucap elita dengan suara yang tak kalah tinggi

“Alasan kamu nolak kakak ga berdasar! Khawatir kah sama kakak? Takut kakak sakit? Kamu pikir kakak kecapekan jalan kesini?! NGGA!..”

“JUSTRU KAKAK YANG KHAWATIR SAMA DEDE, KAKAK BELIIN DEDE OBAT, TIAP HARI JENGUK KAMU, BAWAIN MAKANAN ENAK...ITU SEMUA BIAR KAMU PULIH!! KARENA ITU TANGGUNG JAWAB KAKAK!!..”

“TIPES ITU KALAU DIBIARIN BISA FATAL DE..TAHU ITU..BEDA SAMA DEMAM BIASA..”

“engg-nggaa b-bukan bb-begitu..” kini dede ketakutan

“TERUS APA? KAMU GAK TAHU TERIMA KASIH DE!! DASAR!!..”

“KAMU UDAH TIDUR SAMA IBU KAKAK, KAKAK BIARIN, SEKARANG KAKAK KASIH PERHATIAN MALAH NGELUNJAK! MAUNYA APA SIH?! ADUHH PUSING KEPALA KAKAK..”

Dede mulai menitikan air mata penyesalan, ia tak bermaksud menyakiti elita. Ia sadar ucapannya tadi terlalu tinggi sehingga elita salah menangkapnya.

“hikss..hikss..kakk maafin dede kak..dede ga bermaksud gitu..”

“terus apa?..”

“I-ibu dede ga suka buang-buang makanan kak...jadi mubazir..”

“Iya kalau itu kakak ngerti, tapi kenapa kamu kayak ngusir kakak? Apa maksudnya jangan jenguk lagi?!..”

“Kamu gak suka aku kesini?..” tanya elita

“B-bukan kakk...dede takut kakak kecapekan jalan kesini tiap pulang kerja, mana siang-siang lagi..”

“Hadehh..dede..dede...kan kakak udah bilang tadi..huftt..”

Mereka pun terdiam beberapa saat.

Dengan nafas panjang elita mengambil kembali plastik nasinya lagi, lalu berdiri.

“Yaudah kalau kamu maunya begitu, kakak ga bakal kesini lagi..”

“bukan kak ita...bukan begituu huhuhuuu...dede seneng kok kak ita mampir..”

“Lah kenapa tadi ngusir!..”

“Ummm ituu...”

“Ga perlu sok peduli lagi, kamu udah buat kakak sakit hati..”

“Jangan pernah main main ke rumah dodi lagi! Apalagi sentuh ibu aku lagi!..”

Dede sangat shock mendengar ucapan elita, ia sama sekali tak bermaksud begitu. Kini ia kebingungan harus menjelaskan apa lagi pada elita.

Tangannya gemetar, air mata mengalir di pipinya.

“Udah jangan nangis! Kakak mau pulang aja..”

Elita pun meninggalkan dede menangis sesenggukan sendiri di ruang tamu.



Sebelum pulang, elita ingin menyampaikan sesuatu.

“dede…sebenarnya…sejak kita makan di warkop malam itu… kakak mulai suka sama kamu..kakak pikir kamu orangnya lucu, berani, penyayang..”

“apa….k-kak ita ss…s-suka.. sama dede??..”

“Iya! Kakak kasih perhatian ke dede selama ini bukan sekedar biar kamu pulih de!..”

“Tapi kayaknya kamu kurang peka, malahan emosi sama kakak hanya perkara kebanyakan makanan dan takut kecapekan..”

“kakak berharap kamu bakal nembak, ternyata kakak malah di omelin..”

“Kakak siang ini kesini juga mau menyampaikan perasaan kakak de! Tapi….”

“Yasudah lah de, mungkin emang kita ga jodoh…maaf ya ucapan kakak tadi…permisi..” Elita pun pulang ke rumahnya sambil menahan tangis.



Kini dede yang sendirian lagi dirumahnya tak bisa berkata apa apa. Ia masih tak percaya apa yang ia dengar barusan.

Elita rupanya menaruh hati padanya! Elita suka padanya! Elita cinta padanya!

Namun sepertinya sudah telat, elita marah besar padanya tadi sampai membuatnya nangis sesenggukan. Andai ia tadi lebih mengontrol emosinya. Perasaan dede kini tidak karuan.



15:00

“permisi kakak pulang...”

Dodi yang sedang mencumbu ibunya kaget dan langsung merapihkan bajunya seperti semula, ibunya pun sama. Mereka kaget tidak biasanya elita pulang jam segini.

Lalu dodi menghampiri kakaknya ke ruang tamu.

“Eh kakak abis dari dede ya kak?..”

“Hmm? Oh iya iya..”

“Gimana kabarnya dede..”

“Yahh baik baik saja dod, hanya sedikit menyebalkan..hahah....”

“ini ada nasi padang nih dod, yuk makan bareng..” ajak elita

“menyebalkan?..” dodi bingung.

“Wahh pas banget lagi laper...ayok makan kak..”

Mereka pun makan bersama nasi padang yang seharusnya untuk dede itu.

Sore harinya, elita membuka hpnya dan menerima belasan sms dari dede. Sebelumnya elita sudah memberi tahu nomor hpnya ke dede lewat kertas kecil yang ia sisipkan ke kotak obat.

Semua sms nya berisi permintaan maaf dede. Dengan panjang yang beragam. Elita pun membalas sms dede, ia merasa kasihan padanya. Elita juga ingin minta maaf ke dede. Ia sadar sudah terpancing emosinya tadi. Kini elita mulai mengerti alasan dede tadi.

Setelah saling berbalas pesan, hubungan elita dan dede pun pulih kembali.

“makasih banyak ya kak elita..udah ngertiin dede, aku bener bener kebawa emosi kak, dapur suka banyak tikusnya kalo makanan numpuk gitu..”

“Iya dede..sama-sama, yaudah kita udah baikkan ya..”

“Iya kak, ngomong-ngomong kakak lagi ngapain?..”

“Lagi sms-an sama kamu, apa lagi? Hihi..”

“Hehe iya, kak ita telponan yuk..aku kangen suara kak ita..”

“kangen di omelin? Hahaha..”

“Ihh kakak gitu, kangen aja..”

“Kangen? Hihihi, emang kita udah jadian?..”

“Yaudah kita jadian dulu kak hehe..”

“Ih apaan..ga modal banget kamu jadi cowo..jadian masa lewat sms..”

“Hmmm..gimana kalo besok dede bawain kue ke rumah? Malam ini dede bakal bikin kue yang enak sama ibu...abis itu kita jadian! Oke??..”

“Oke! Udah ya dede, kakak mau mandi sore..”

“oh iya udah boleh panggil sayang belum? Hehe..”

“hmmmm...besok ah abis jadian, hihi..”

“Yahh...”

Elita lalu pergi ke kamar mandi dengan hati berbunga-bunga, demikian pula dengan dede. Ia langsung menghampiri ibunya di dapur untuk memberi tahu ia akan jadian dengan elita esok dan meminta tolong ibunya untuk membuatkan kue untuk dibawa.

Bu titin yang mendengarnya sangat senang, ia tak menyangka anaknya yang pendek dan tak begitu ganteng akan jadian dengan anak gadis bu kartika yang tinggi dan cantik jelita. seperti namanya, Elita.

Bu titin langsung memberi uang untuk dede membeli bahan kue ke warung.

Malamnya dede membantu ibunya membuat kue, setelah matang dede memberi tulisan “i love you elita” diatasnya.



Sabtu pagi, pukul 09:00

Dede yang sudah berpakaian rapih sedang berjalan menuju rumah elita sambil membawa sekotak kue untuk pujaan hatinya.

Namun sesampainya disana, dede mendapati sebuah mobil terparkir di depan rumah elita. Tampaknya sedang ada tamu.

Kebetulan dede melihat ada orang yang sedang duduk di bangku supir, ia menghampirinya untuk bertanya.

“Maaf om, ini keluarganya siapa lagi kesini?..”

“eh ngagetin aja kamu..oh ini rombongan si bos..saya mah supir ga diajak masuk haha..”

“Bos?...kalau boleh tau lagi ada acara apa om?..”

“Lamaran, si bos ngelamar pegawainya..”

“LAMARAN??..”

Dede bagai terkena serangan jantung mendengarnya, tangannya lemas sampai kue yang dibawanya jatuh ke tanah. Perasaannya hancur lebur, di hari ia akan jadian dengan elita. Seseorang malah melamarnya, apa elita selama ini berbohong?

“Ehh kok bengong si mas, jatuh itu kotaknya!..”

Bersambung...

Buat Wanita Yang Mau Sharing Soal Seks Atau Sekedar Butuh Teman Ngobrol Bisa Langsung DM ke twiter Admin 
Privacy Aman Dan Terjaga

0 comments:

Post a Comment