Cuckold Story: Mengubah Istriku Bagian 30 (He Own My Wife 1)
MODEL : Miss charent beers
POV Nicko
“MAS ANGGO???”
“PAPIH APA-APAAN INI???”
Istriku terlihat begitu sangat terkejut sampai berteriak cukup keras menyebut nama kami berdua. Aku tak menyangka sebenarnya reaksi istriku akan sedemikian kagetnya dengan kedatangan Anggoro. Namun di satu sisi aku cukup senang karena rencanaku untuk memberikan surprise pada istriku, sepertinya cukup berhasil. Maka dengan sedikit tersenyum aku berjalan mendekat ke arah istriku untuk menenangkannya.
“Ssttt ngagetin aja sih sampe teriak-teriak begitu mamih nih.” Ucapku sambil duduk di sebelah istriku.
“Pih!! Jelasin deh, ini apa-apaan kok bisa mas Anggo ada disini? Papih yang suruh ya?” Ucap istriku terlihat cukup emosi dengan situasi saat ini.
“Ssst ah mihh.. Nggak enak sama mas Anggo dong mih ngomongnya pake bentak-bentak gitu.” Ucapku menenangkan istriku.
“Gapapa mas. Mungkin Netty kaget aja tiba-tiba aku ada disini. Biar aku yang jelasin ke Netty aja Nick.” Ucap Anggoro menyelaku.
“Jadi gini Natt. Mas Nicko suami kamu, mengundangku dateng kesini buat ikut ngerayain ulang tahun pernikahan kalian berdua.” Ucap Anggoro dengan tenang. Aku diam memperhatikan apa yang akan disampaikan Anggoro, demikian juga istriku.
“Tapi kok begini caranya sih? Tiba-tiba masuk telanjang begitu. Terus aku mataku ditutup segala!” Sahut istriku masih agak kesal namun nada suaranya mulai rendah.
“Yaa kan namanya juga kejutan dek. Mas Nicko yang ngerencanain ini, dan mas dukung aja.” Lanjut Anggoro lagi.
“Kejutan apaan dah! Papih nih dasar emang stress deh jadi orang!” Ucap Natalie istriku padaku, kali ini nada bicaranya kembali meninggi tak seperti tadi ketika berbicara pada Anggoro.
“Gini mih, denger dulu jangan sewot dulu mamih.. Jadi Minggu kemarin papih nemuin Anggo dan ngebahas tentang rencana mas buat ngasih kejutan ke mamih. Anggo kan selama ini taunya dia selingkuhan mamih. Dan sekarang ini semacam peresmian kalo Anggo dan Mamih boleh ngentot tanpa harus ada skenario sembunyi-sembunyi lagi. Iya kan Nggo??” Ucapku menjelaskan pada istriku sambil tersenyum kepada mereka berdua.
“PAPIH BENER-BENER YA!! KAMU GILA PIH NGERTI NGGAK??!! MAMIH NGGAK SUKA CARANYA BEGINI!! KURANG AJAR KAMU!!”
Tanpa kuduga reaksi istriku justru di luar perkiraanku, kulihat dirinya begitu marah dan sampai berteriak mengumpat padaku, kulihat matanya memerah seperti menahan air mata yang akan keluar. Lalu dengan bergegas istriku bangkit dan berjalan cepat memunguti pakaian-pakaiannya yang berserak. Aku yang terkejut dengan reaksi istriku itu, hanya bisa bengong memandang istriku yang sedang mengambil pakaiannya dan menatap Anggoro yang juga terlihat bingung dengan situasi yang diluar rencanaku ini.
“Mih! Mamih mau kemana?” Tanyaku pada istriku yang beranjak menuju kamar mandi yang letaknya di arah pintu keluar.
“AKU MAU PULANG!!” Jawab istriku menjawab pertanyaanku sambil berteriak emosi.
Namun di tengah kebingunganku, kulihat Anggoro beranjak menyusul istriku yang akan melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Aku masih sempat melihat Anggoro menahan pintu kamar mandi yang akan ditutup oleh istriku dan memaksa untuk masuk kedalam.
“Dek, mas jelasin sebentar dek. Tolong buka pintunya!” Aku masih sempat mendengar Anggoro meminta pada istriku untuk menjelaskan tentang yang terjadi, entah apa yang hendak dijelaskan Anggoro pada istriku. Kulihat Anggoro berdiri di depan sana sambil memakai kembali celana dalamnya seraya terus membujuk istriku untuk mendengar penjelasannya. Aku tak lagi begitu memperhatikan dengan fokus apa yang dikatakan Anggoro ketika membujuk istriku. Pikiranku buntu karena reaksi istriku yang begitu marah dengan rencana yang kurancang ini.
Kulihat Anggoro sudah tidak berada di depan pintu kamar mandi, kelihatannya dia berhasil membujuk istriku untuk mengizinkannya masuk ke dalam sana. Aku hanya bisa terduduk menunggu di atas ranjang dengan pikiran kosong. Mungkin sudah sepuluh menit lebih Anggoro bersama istriku di dalam sana, aku tak berani untuk memanggil mereka bahkan aku tak berani menghampiri pintu yang tertutup itu untuk melihat kondisi istriku di dalam sana.
Aku bisa tiba-tiba tak bisa berpikir karena begitu bingung dan kalut, tak menduga sama sekali akan kemarahan istriku. Entah mengapa dirinya begitu marah, aku hanya ingin memberikan kejutan padanya. Aku hanya ingin dia lebih bebas bertemu Anggoro, supaya aku bisa lebih sering melihat istriku dientot oleh mantan kekasihnya itu dan memenuhi fantasiku. Tapi kemarahannya itu seperti mengacaukan semua rencanaku yang sudah kupersiapkan dengan baik. Aku tahu betul tabiat istriku ketika sedang marah, walau selama kami bersama tak pernah sekalipun ada kekerasan fisik yang terjadi ketika kami bertengkar. Tapi jika istriku sudah marah, aku tak bisa melakukan apa-apa selain mendengarkan dan menerima seluruh amarahnya yang akan diungkapkannya lewat verbal, seperti yang terjadi barusan. Kali ini aku bisa memastikan dia sedang dalam amarah yang lebih besar dari yang pernah terjadi sebelum-sebelumnya. Mengingat nada suara dan kata-kata yang terlontar begitu tajam dan kasar.
Aku kembali melihat jam digital yang ada diatas meja. Sudah hampir setengah jam mereka di dalam sana dan belum juga keluar. Kuharap Anggoro berhasil membujuk istriku dan menghentikan kemarahan istriku. Namun ditengah-tengah harapanku supaya Anggoro mampu menghentikan kemarahan istriku, pikiranku justru membayangkan mereka sedang melakukan hal-hal erotis di dalam sana. Dan itu membuat kontolku justru kembali mengeras setelah sebelumnya karena menghadapi kemarahan istriku kontolku langsung mengecil dan lemas.
Perlahan aku mengusap kontolku sambil membayangkan mereka berdua justru sedang bermesraan di dalam sana. Pikiran kalut ku pun perlahan menghilang, justru sekarang dipenuhi oleh bayangan-bayangan istriku yang sedang dientot Anggoro di dalam kamar mandi tersebut.
“PAPIH!!” Kudengar suara istriku cukup keras dari arah kamar mandi, aku menjadi gelagapan karena kaget tak menduga istriku yang keluar bersama Anggoro secara tiba-tiba.
“Otak kamu nih emang udah korslet kali ya?!” Istriku mengumpat kembali ketika melihatku sedang mengelus kontolku sambil duduk di pinggir ranjang. Aku hanya terpaku tak bisa bereaksi apapun melihat kehadiran mereka berdua. Kulihat istriku masih belum berpakaian, hanya mengenakan bra dan celana dalamnya. Sementara Anggoro masih dengan celana boxernya.
“Pake celana buruan! Kontol payah aja dipamer-pamerin!” Perintahnya padaku. Aku lalu segera beranjak mengambil celana pendekku dan menggunakannya kembali.
Kulihat istriku beranjak ke arah ranjang, dan merebahkan diri disana. Sementara Anggoro sedang mengambil rokoknya yang masih tersimpan di celana panjangnya yang tadi diletakkan di meja kecil pada saat dilepaskan ketika dia datang tadi.
Aku lalu duduk di salah satu kursi sambil menunduk lemah, tak berani menatap kearah istriku maupun Anggoro. Posisiku saat ini seperti terdakwa di depan dua orang hakim dan jaksa yang siap mencecarku dengan pertanyaan-pertanyaan yang aku tak tahu mampu menjawabnya atau tidak.
“Kenapa bengong disana? Tadi aja bisa cengengesan!” Ucap istriku padaku agak membentak, aku bisa menangkap masih ada kemarahannya padaku suaminya. Aku hanya menatapnya sebentar, dan kembali menundukkan kepalaku.
“Mas Anggo, sini mas..” ucap istriku berubah menjadi lembut ketika memanggil Anggoro yang sedang duduk merokok di kursi yang berada di dekat jendela yang sedikit terbuka. Kulihat Anggoro mematikan rokoknya di asbak yang ada di atas meja kecil di sebelahnya dan beranjak menuju istriku serta duduk di pinggir ranjang di sebelah istriku.
“Sini deketan lagi..” kembali istriku menyuruh Anggoro untuk lebih mendekatkan posisinya pada istriku yang sedang berbaring di atas ranjang. Anggoro pun menuruti permintaan istriku dan menggeser posisinya sehingga saat ini tepat berada disampingnya istriku yang berbaring dengan tubuh yang ditutupi selimut berwarna putih tersebut.
“Apa liat-liat?? Kamu disitu aja! Jangan berani-berani kesini!” Bentak istriku ketika melihatku sedang memperhatikan mereka berdua.
“Kamu tau kesalahan kamu apa pih?”
“Jawab, jangan diem aja!”
“Kamu tuh selalu begitu ya, kalo udah aku marah giniii bisanya cuma diem!” Istriku kembali mencecarku seperti biasa jika dirinya sedang marah seperti ini.
“..........” kali ini aku hanya terdiam tak menjawab, karena jika aku menjawab dirinya akan kembali menyerangku dengan kata-kata lainnya.
“Kamu tau nggak kalo yang tadi itu kenapa bikin aku marah?” Istriku lanjut mencecarku, saat ini dia tak lagi memanggilku dengan panggilan 'papih’ seperti biasanya, melainkan dengan 'kamu’. Aku tahu hal ini merupakan tanda istriku betul-betul marah padaku.
“Kamu panggil mas Anggo kesini, kamu suruh telanjang juga, mataku kamu tutup udah kayak apaan aja! Dan kamu dengan entengnya bilang kalo ini itu peresmian supaya mas Anggo bebas mau ngentotin aku kapan aja. Kamu pikir aku apa hah? Kamu pikir aku pelacur? Lonte?? Seenaknya bilang kayak gitu. Aku tuh malu tau nggak pih sama Mas Anggo?” Ucap istriku panjang lebar seperti sedang mendakwa diriku yang sedang duduk di kursi pesakitan.
“Kamu ngerti nggak??” Lanjutnya lagi.
“Iyaa mih, papih minta maaf kalo ini bikin mamih marah. Sebenernya bukan maks…”
“HALAAH..!! Kalo udah kayak gini aja, maaf mih, maaf mih. Papih nggak tau mih kalo bakalan begini.. DAH BIASA!!” Ucap istriku memotong perkataan ku ketika mencoba menjelaskan alasanku. Aku hanya mampu menatap istriku dan kulihat Anggoro sedang mengelus-elus pundak istriku seperti berusaha untuk menenangkan istri yang masih dipenuhi amarahnya padaku.
“Aku tuh ya, udah ngikutin semua kemauan kamu yang aneh-aneh itu! Aku udah nurutin kamu buat bisa memenuhi fantasi-fantasinya gak jelas kamu itu!! Tapi sekarang malah kamu bikin aku kayak lonte di depan Mas Anggo barusan!”
“Aku malu sama Mas Anggo, kalo-kalo dia nganggep aku itu wanita murahan, punya suami aneh yang justru ngebolehin istrinya dientot orang lain!! Kamu mikir kesitu nggak sih??” Lanjut istriku masih tetap memarahiku.
“Untung aja tadi Mas Anggo bisa ngasih penjelasan yang logis dan nggak bakal nganggep aku rendah dan hina kayak wanita murahan. Dan dia juga nggak sampe mikir kalo kamu tuh aneh! Kamu harus terimakasih sama dia, kalo bukan karena dia yang ngebelain kamu. Aku udah nggak sudi ada disini, mending aku pulang!” Ucap istriku lagi.
“Sekarang, kamu bilang terimakasih sama Mas Anggo karena dia udah ngebelain kamu tadi dan nggak nganggep aku jadi wanita murahan! Baru aku maafin!” Lanjut istriku lagi, meminta aku untuk berterimakasih pada Anggoro yang ternyata mampu membuat istriku mereda amarahnya sebagai syarat supaya aku mendapatkan maaf dari istriku.
“Ma.. Makasih ya Nggo, udah ngebelain aku dan nggak nganggep istriku murahan.” Ucapku lemah pada Anggoro dengan perasaan bersalah. Entah wajahku terlihat seperti apa di mata mereka, aku begitu bingung harus bersikap di depan istriku dan Anggoro.
“Iya Mas Nick, santai aja!” Ucap Anggoro terlihat santai dan kuperhatikan entah kenapa ekspresi wajah dan senyumnya seperti terlihat mengejek dan angkuh.
“Udah ah.. Sini mas, tidur rebahan sini sama aku mas.” Ucap istriku memanggil Anggoro untuk ikut naik ke atas ranjang dan berbaring di sebelah istriku. Istriku terlihat menggeser tubuhnya ketika Anggoro bangkit dan memberikan ruang kepadanya di atas ranjang itu. Aku tak berani bereaksi apapun melihat hal itu, takut istriku kembali marah padaku. Sehingga kubiarkan saja sambil memperhatikan mereka, toh mereka berdua sudah pernah ngentot bahkan.
Kulihat Anggoro masuk ke dalam selimut juga seperti yang dilakukan istriku, dan istriku mulai memeluk tubuh Anggoro dan merebahkan kepalanya diatas dada bidangnya itu, terlihat istriku seperti sedang mencari kenyamanan melalui tubuh pria itu. Anggoro lalu melingkarkan tangannya di leher belakang istriku seperti sedang memberikan kenyamanan yang dicari istriku.
Mereka berdua terdiam berada dalam posisi itu selama beberapa saat sampai kulihat istriku mengarahkan wajahnya keatas dan menatap Anggoro yang masih memeluknya.
“Mas, cium lagii..” ucap istriku sambil menatap manja kepada Anggoro. Dimataku justru wajah istriku terlihat binal sekali ketika meminta Anggoro untuk menciumnya di depanku yang sedang dalam posisi tak berdaya ini. Rasanya jika tak ada kejadian tadi, aku ingin sekali berada disana bersama mereka berdua. Dalam bayanganku sebelum semua rencanaku dikacaukan oleh reaksi tak terduga oleh istriku, aku bersama Anggoro akan bekerja sama untuk memuaskan istriku semalaman ini. Namun apa daya, semua rencana indah yang kupunya luluh lantak oleh kemarahan istriku.
Dari sini kulihat, ketika Anggoro mulai mengecup kening istriku, lalu perlahan mencium hidungnya lembut, dan saat ini bibir mereka berdua sedang saling melumat satu sama lain dengan lembutnya. Aku melihat istriku yang lain, tidak seperti beberapa saat yang lalu saat dirinya sedang meluapkan amarahnya kepadaku. Saat ini aku melihat istriku berubah kembali seperti seorang gadis yang sedang membutuhkan kasih sayang dan sentuhan dari sang pria yang tak lain adalah mantan kekasih istriku sendiri. Istriku terlihat sama sekali tak memperdulikan keberadaanku di sini, aku dibiarkannya seperti terduduk di kursi pesakitan dan dipaksa melihat kemesraan yang dipertunjukkan istriku.
Bukan aku tak cemburu ketika melihat istriku begitu mesra dengan Anggoro saat ini, kecemburuanku masih tetap ada seperti saat-saat kejadian sebelum malam ini saat mereka sering berkencan dengan sepengetahuanku. Namun semua kecemburuanku seperti tak mampu mengalahkan rangsangan dan sensasi hebat yang selalu muncul ketika mengetahui dirinya sedang digarap pria lain, ketika mendengar cerita-ceritanya sehabis berkencan dengan Anggoro, bahkan ketika istriku mengatakan jika dirinya sangat menikmati ketika memeknya digenjot oleh kontol perkasa milik Anggoro.
Gairahku seperti mendidih dan biasanya aku langsung menggarap istriku dengan liar setelahnya, apalagi jika aku masih bisa menemukan jejak-jejak birahi mereka di tubuh istriku, itu seperti memberikanku suntikan morphine ke pembuluh darahku dan membuatku mabuk dalam gairah yang lebih hebat. Aku akan bertindak seperti seekor anjing yang sedang menemukan santapan enak, aku akan dengan senang hati menjilati seluruh bagian tubuh istriku untuk mencecap jejak aroma tubuh pria lain yang tertinggal di tubuh istriku.
Bahkan pernah ketika istriku pulang setelah berkencan dengan Anggoro dirumahnya, istriku dengan sengaja membiarkan pejuh Anggoro mengering di memeknya. Dan ketika dia mengatakan padaku untuk membersihkan memeknya dari pejuh Anggoro yang tersisa di memek istriku, entah mengapa aku bisa menjadi kesetanan menjilati, menyedot dan melumat memek istriku yang beraroma pekat akibat pejuh yang mengering, bahkan ada yang masih berada di dalam memek istriku ketika aku menjilatinya, semua tandas bersih tak bersisa karena jilatan lidahku yang sudah dirasuki oleh birahi hebat yang entah darimana datangnya itu.
Dan saat ini pun hal itu kembali terjadi, melihat dengan mata kepalaku sendiri dengan jarak yang sedemikian dekat bagaimana istriku bercumbu mesra dengan Anggoro di atas ranjang membuat birahiku dengan cepat menyeruak dari dalam diriku. Kontolku perlahan menggeliat di dalam celana yang kukenakan, aku hanya mampu menggerakkan pantatku secara perlahan-lahan supaya kontolku bisa sedikit mendapat ruang untuk leluasa membesar. Aku masih tak berani melakukan gerakan yang mungkin akan memancing amarah istriku kembali, aku begitu tersiksa dalam birahi yang menyergapku saat ini. Dengan dada bergemuruh menahan gejolak aku berusaha mengalihkan pikiranku supaya aku tak ketahuan sedang birahi melihat istriku bermesraan dengan prianya tersebut. Namun pandangan mataku seperti tak mau beralih dari adegan-adegan mesra mereka berdua yang tak lagi memperdulikan aku yang ada disini, kurasa mereka berdua mulai hanyut dalam dunia mereka sendiri.
“Ssshhh...aaashhh… Slurrpss..sluuurpss..”
“Hmmpsshh…. Aaachh….hemmpss…”
Suara desahan dan cumbuan mereka perlahan mulai terdengar, dengan atraktif istriku terlihat rakus melumat mulut Anggoro yang terus menempel di bibir istriku. Bahkan tangan istriku kulihat mulai bergerak menjelajahi tubuh kekar dan atletis pejantannya itu, dada bidang penuh tato itu menjadi arena bermain tangan istriku sambil terus melumat mulut Anggoro sang pejantannya malam ini.
Kontolku benar-benar semakin mengeras melihat itu semua minta untuk disentuh. Namun aku terpaksa harus menahan itu, aku seperti dipaksa melihat adegan birahi mereka namun tubuhku diikat oleh tali kekang yang tak kasat mata. Tubuhku tak mampu digerakkan, kaku seperti lumpuh dalam himpitan birahi.
Saat ini cumbuan Anggoro bergerak menciumi leher istriku, dengan mata terpejam kulihat istriku menengadahkan wajahnya sambil mendesah pelan memberi akses luas kepada Anggoro untuk menjelajahi dan menjilati lehernya. Ketika sampai kepala Anggoro diatas kedua toket istriku, langsung disedot, dilumat, dan diremasnya kedua daging yang tumbuh besar di dada istriku itu dengan lahapnya. Istriku yang menerima perlakuan itu, kembali hanya bisa mendesah kenikmatan. Tak sampai dilepaskan bra yang dikenakan istriku, namun Anggoro dengan paksa mencongkel keluar gundukan daging dari dalam bra yang dikenakan istriku sehingga toket istriku tumpah ruah keluar dan langsung dilahap oleh Anggoro seperti singa kelaparan.
Seperti tak kuat menahan toketnya dilahap dengan rakusnya oleh Anggoro. Istriku lalu menarik kepala Anggoro ke atas, dan kembali melumat bibirnya yang baru saja menjajah kedua toketnya itu. Anggoro langsung saja kulihat membalas lumatan istriku dengan liarnya, seperti sedang menyedot semua isi mulut istriku.
Lalu sesaat kemudian, istriku menarik kepala Anggoro menjauh lepas dari mulutnya dan berkata;
“Oh iya, tadi katanya mas bawa hadiah buat aku ya? Mana mas liat dong.” Ucap istriku dengan lembut pada Anggoro, sama sekali terlihat jika dirinya tak sadar jika aku masih ada disini. Kemesraannya pada Anggoro dipertontonkan dengan vulgar padaku.
“Oh iya, sebentar mas ambil ya.” Sahut Anggoro lalu bangkit keluar dari selimut yang tadi menutupi setengah tubuh bagian bawah mereka. Ketika Anggoro bangkit, kuperhatikan celana dalamnya seperti menggembung karena kontolnya membesar. Lalu Anggoro beranjak mengambil tas berwarna biru muda berukuran sedang yang tadi dibawanya dan membawanya ke arah istriku.
Namun pada saat Anggoro kembali duduk di sebelah istriku, kulihat dia justru berbisik kepada istriku. Aku tidak bisa mendengar apa yang dikatakannya pada istriku, namun terlihat istriku menahan tawanya dan memberi kode pada Anggoro untuk segera mengeluarkan benda yang ada di dalam tas tersebut.
Lalu Anggoro mengambil sebuah kotak berwarna hitam dan menyerahkannya kepada istriku. Istriku lalu membuka bagian atas kotak tersebut dan mengintipnya sekilas, lalu melempar pandangan matanya ke arahku dengan senyum yang tak mampu kuartikan.
“Sini pih. Nih, ada hadiah buat kamu dari mas Anggo.” Ucap istriku kepadaku yang masih belum menyadari apa yang sedang terjadi.
“Malah bengong aja!! Sini buruan ambil, terus dipake langsung ya!” Ucap istriku padaku, terdengar di telingaku justru seperti perintah yang tak bisa dibantah dan harus segera kulakukan.
Aku lalu berdiri dan beranjak ke arah kotak hitam yang ada di tangan istriku. Lalu kuambil benda yang berada di tangan istriku yang sedang diasungkan ke arahku. Kuperhatikan sekilas, dan kubuka kotak yang ada di tanganku saat ini dan ku keluarkan isinya. Ternyata isinya adalah sebuah Cock Cage berwarna putih bening dan bahannya terasa lentur namun cukup keras, seperti terbuat dari plastik silikon, lengkap dengan sepasang gembok kecil dan dua buah anak kuncinya.
Aku lalu menatap Anggoro dengan tatapan bertanya apa maksud darinya memberikan benda ini padaku. Namun kulihat Anggoro hanya menatapku dingin, sementara istriku terlihat seperti gembira melihat benda yang sedang kupegang ini.
“Buruan pake! Itu hadiah dari mas Anggo buat kamu pih. Kemaren kan dia liat kontol kamu itu aku pakein botol cuka waktu mas Anggo ngentotin aku di rumah kemarin itu. Nah ini dia beliin katanya nggak tega ngeliat kamu pakenya botol cuka. Hahahaha… Dibeliin yang bagusan nih sama mas Anggo. Betul kan mas?” Ucap istriku sambil tertawa mengingatkan akan kejadian waktu Anggoro melihat aku bersembunyi di kamar tamu ketika dia sedang mengentot istriku di rumah waktu itu.
“Iya mas.. Hehehe… Mudah-mudahan suka ya, biar burungnya punya kandang yang agak bagusan Mas Nick.” Ucap Anggoro dengan santai sambil melihatku dengan tatapan melecehkan.
“Bilang makasih dulu gih. Abis itu dipake ya? Aku mau liat kontol kamu pas dipakein itu.” Kata istriku padaku.
“Makasih yaa Nggo..” ucapku singkat karena aku bingung ingin berbicara apa lagi.
“Dah buruan dilepas celananya terus pake! Bisa pake sendiri kan?” Perintah istriku padaku.
Lalu aku membuka kancing celana yang kukenakan, dan menarik resleting nya secara perlahan menghindari kontolku yang sedang ngaceng berat ini cidera karena terjepit resleting. Ketika celana yang kupakai berhasil lepas, aku lalu menurunkan perlahan celanaku itu dan terlihatlah kontolku yang sedang mengacung keras akibat melihat mereka berdua bercumbu tadi.
“Wah dasaar paraahh. Ngeliat istrinya lagi berduaan sama cowo selingkuhan resminya malah ngaceng. Hahahhaa” ucap istriku sambil tertawa, kali ini ucapan istriku yang diarahkannya padaku mulai terdengar sangat menghina dan melecehkan.
“Kalo ngaceng gitu gimana cara make nya?” Ucap istriku padaku.
“Suruh dibikin lemes dulu dek. Biar bisa dipasang itu alatnya.” Sahut Anggoro.
“Hmm.. Ya udah buruan kamu lemesin kontol kamu pih. Kamu denger kan tadi yang Mas Anggo bilang? Buruan dilemesin kontolnya!” Ucap istriku mendukung ucapan Anggoro.
“Gimana caranya?” Tanyaku bingung.
“Dikocok aja sendiri sampe ngecrot deh! Ntar kalo dah ngecrot kan lemes sendiri tuh kontol. Paling dicoli sebentar juga kelar kan! Hahaha…” Ucap istriku kembali melecehkanku.
“Tau nggak mas? Dia itu kalo ngentot nggak pernah bisa lama, genjot sebentar ngecrot, coli sebentar ngecrot. Payah ya? Hahaha” Ucapnya pada Anggoro, kali ini lebih frontal ucapannya melecehkan diriku. Namun mendengar ucapan istriku merendahkan harga diriku di hadapan Anggoro seperti itu, aku sama sekali tidak merasa marah. Karena kupikir apa yang dikatakan istriku adalah benar adanya.
“Oh ya? Masa dek? Bener emangnya Nick kamu cepet keluar?” Pertanyaan menyudutkan dengan nada mengejek terlontar dari Anggoro padaku.
“Eh… Hmm…” Mulutku tak mampu menjawab ejekan-ejekan mereka.
“Hamm..Heem...Ham..Hemm aja bisanya.”
“Udah buruan coli sana!” Istriku masih terus berbicara kasar padaku.
Namun ketika mendengar ucapan istriku yang meminta aku untuk mengocok kontolku di hadapan mereka, aku yang tak tau harus berbuat apa hanya bisa menuruti kemauan istriku.
“Hahaha liat deh mas, lucu ya kontolnya. Kecil kalah sama punya Mas Anggo deh. Liat aja paling bentar lagi muncrat tuh pejuhnya!” Istriku yang melihatku sedang mengocok pelan kontolku sendiri di hadapannya, tak berhenti menghina dan mengejek diriku.
“Hahahaha…!! Kamu jahat banget sih dek sama suami kamu sendiri?” Tawa Anggoro meledak mendengar hinaan istriku kepadaku.
“Biarin! Dia juga jahat sama aku kok!” Sahut istriku.
“Nih pih kamu liat kontolnya Mas Anggo nih. Udah panjang, gede, kuat lagi. Nggak kayak kontol kecil punya kamu itu!” Kulihat setelah istriku berbicara seperti itu, dia berusaha menarik lepas celana panjang yang dikenakan Anggoro.
Dan menyembul juga akhirnya kontol Anggoro yang berwarna coklat dan terlihat sedikit urat-urat yang ada di sepanjang batang kontolnya yang besar itu setelah istriku dan Anggoro bekerjasama untuk melepasnya. Terlihat genggaman tangan istriku hanya mampu menutupi separuh batang kontolnya, dan masih tersisa separuhnya lagi yang tak mampu digenggam istriku.
“Ini baru namanya kontol! Bikin nagih kalo udah disodok nih, bisa mentok sampe keujung tau nggak kamu? Emangnya kontol kamu, nggak ada rasanya kalo nyodok! Hahaha” Istriku kembali dan terus mengejek kontolku, aku seperti sudah tidak punya harga diri lagi di hadapan mereka berdua. Aku menjadi bahan ejekan dari istriku dan Anggoro pejantannya. Sejenak aku berhenti mengocok kontolku, karena aku seperti terbius dengan apa yang mataku lihat, istriku sedang mengemut ujung kepala kontol besar milik Anggoro yang ada di genggamannya itu.
“Kenapa berhenti?? Pengen diginiin juga? Maaf yaa sayangku.. Malem ini istrimu yang cantik ini bakal muasin yang kontolnya gede aja. Kontol kecil kayak punya kamu gitu, dikocok sendiri aja. Hehehe!” Ucap istriku lagi, lalu tertawa kecil dan kembali melanjutkan memberikan servis oralnya pada Anggoro yang saat ini sedang duduk bersandar di ujung ranjang menikmati hisapan istriku di kontolnya. Tatapannya padaku begitu jumawa, sambil menikmati blowjob dari istriku tercinta, tangannya menggenggam kepala istriku, seakan mengatakan jika istriku sedang berada dibawa kuasanya.
Aku kembali mengocok kontolku sambil terus memperhatikan bagaimana istriku dengan rakusnya menjilati daging keras berwarna coklat yang ada di selangkangan Anggoro itu. Melihat hal itu, libidoku dengan cepat meledak-ledak di dalam diriku. Aku semakin mempercepat mengocok kontolku karena begitu nafsu dan terangsangnya aku melihat kebinalannya malam ini.
“Hrrrgmmmpphh…” aku hanya bisa mengerang menahan birahiku karena melihat istriku dengan bernafsunya melumat kontol Anggoro dari tadi.
Tak sampai sepuluh menit kurasa, gelombang orgasmeku akan segera tiba. Aku terus mengocok kontolku sampai aku merasa tak mampu lagi rasanya menahan supaya kontolku tidak segera muncrat.
Namun aku gagal….
“Crottt...crooott...crooott..croot..”
“Aaachh...aaachh...achhh… “
Bermuncratan lah pejuh dari ujung kontolku, dan mataku sampai terpejam menikmati orgasmeku sendiri di depan mereka berdua. Aku merasa begitu lemas dan lelah karena tadi aku mengocok dengan begitu cepat dan semangat yang cukup tinggi karena dipacu libidoku sendiri.
Istriku dan Anggoro terlihat menatapku secara bersamaan ketika aku mengerang dan kontolku memuncratkan seluruh isinya. Pejuhku tampak menetes mengotori lantai kamar hotel ini. Namun disaat-saat aku sedang menguasai diriku setelah orgasmeku barusan, kudengar istriku tertawa bahkan sampai terbahak-bahak.
“Hahahaha!!! Liat tuh mas, bener kan yang aku bilang tadi. Dikocok sebentar paling udah muncrat tuh kontolnya.!” Ucap istriku sambil tertawa.
“Hahaha iya dek. Maaf mas Nick, bukannya aku mau ngejek kamu mas. Hehehe… Tapi ternyata beneraan secepat ini kamu muncrat, mas? Hehehe.” Anggoro ikutan tertawa setelah diriku yang lemas terhempas orgasmeku sendiri.
“Pantes lah kalo Netty kurang puas sama kamu mas.. Hehehe.. Sekali lagi maaf lho mas, bukan maksud mau ngejek mas.” Lanjut Anggoro terus menghina dan menyudutkanku.
“Biarin lah, kan udah ada mas Anggo yang bakal muasin aku, ya kan pih? Tadi kan kamu bilang kalo aku udah boleh ngentot sepuasnya sama Mas Anggo, gak perlu kayak kemaren ngumpet-ngumpet lagi.” Ucap istriku lagi.
“I...iyaa mih…” Ucapku menjawab perkataan istriku sambil memegang kontolku yang sudah mengecil karena orgasme hebat yang barusan kualami.
“Hehehe bener kan mas? Sekarang pokoknya Mas Anggo tugasnya muasin adek terus ya… Suami aku nggak sanggup pasti muasin aku kayak kalo kamu muasin aku.” Ucap istriku pada Anggoro.
“Iya dek. Terserah kamu, mas ikut aja maunya kamu.” Sahut Anggoro sambil mengelus rambut istriku.
“Kontolnya dah mengkerut tuh. Alatnya buruan dipake!” Perintah istriku ketika menyadari kontolku sudah mengecil karena baru memuntahkan isinya.
Aku lalu mengambil alat yang biasa disebut sebagai Chastity atau Cockcage yang berfungsi untuk mengurung dan mengunci kontol sehingga tak bisa digunakan untuk melakukan penetrasi. Perlahan aku mengatur beberapa bagian alat yang terdiri dari sarung silikon dengan dilengkapi lubang kencing, sebuah ring pengunci yang kupasang di bagian pangkal batang kontol, dan tiga buah pasak kecil pengunci yang nantinya salah satu dari ketiga pasak kecil itu dipasangi gembok sehingga alat itu bisa terkunci sempurna.
Setelah beberapa saat, aku berhasil memasang alat itu sendiri di kontolku. Saat ini kontolku terlihat meringkuk begitu menyedihkan terbungkus di dalam alat ini. Walau aku masih sesekali merasakan sakit, namun alat ini masih jauh lebih nyaman jika dibandingkan alat yang dibuat istriku dengan botol cuka waktu itu.
“Hahaha bagus juga pih ternyata kamu begitu.. Pokoknya jangan sampe dilepas tanpa seizin aku”
“Oh iya, mana kunci gemboknya kasih sini!” Ucap istriku meminta sepasang kunci gembok dari alat ini yang lalu kuberikan padanya. Dan mengatakan jika hanya dengan seizin istriku aku bisa melepaskan alat ini dari kontolku. Dengan kata lain istriku sudah menguasaiku dan dia yang akan mengatur urusan kelaminku nantinya.
“Arghhsssttt…” Aku mengerang tiba-tiba karena kontolku ternyata berusaha untuk ngaceng namun tertahan oleh alat yang membungkus kontolku ini.
“Eh kenapa kamu pih, sakit kontolnya?” Tanya istriku.
“Iyaa sedikit mih.” Jawabku
“Mesti gara-gara kamu ngaceng lagi itu. Makanya jangan ngacengan jadi laki!” Sahut istriku lagi ternyata mengetahui yang kurasakan.
“Oh iya, hadiah buat adek mana mas? Katanya ada juga?” Tanya istriku kepada Anggoro yang kontolnya masih terus digenggam istriku.
“Hem.. Ya ada dong sebentar Mas ambilin.” Sahut Anggoro yang berusaha bangkit ditengah tindihan istriku di pahanya.
“Pih, ambilin tasnya dong. Mas Anggo lagi nggak bisa bangun buat ngambil soalnya nih.” Ucap istriku menyuruhku mengambilkan tas yang ada di sisi bawah ranjang dekat mereka. Lalu akupun melangkah berjalan untuk mengambil tas yang dimaksud. Ketika berjalan, aku merasakan sedikit keganjilan pada selangkanganku. Masih terasa alat ini begitu mengganjal mungkin karena aku belum terbiasa.
Lalu aku menyerahkan tas itu kepada Anggoro yang kemudian di terimanya. Dan dia mengeluarkan sebuah kotak lainnya kali ini berwarna hijau tosca lalu memberikannya kepada istriku yang kemudian diterima istriku dengan sangat senang.
“Wahhh apaan nih mas? Perhiasan ya?” Ucap istriku begitu antusias.
“Buka aja dek. Spesial mas pesen buat kamu, yaa walau agak nabung-nabung dikit deh.. hehehe… Semoga kamu suka ya..” sahut Anggoro pada istriku. Lalu istriku dengan antusias membuka kotak yang aku juga yakin jika isinya adalah perhiasan untuk hadiah istriku.
“Waaaah baguus banget mas… Makasih ya Mas Anggo.. Muaaach..!!” Istriku terlihat luar biasa senang lalu mencium pipi Anggoro sambil mengucapkan ucapan terimakasih.
“Pake dong, dek! Sini mas pakein.” Ucap Anggoro pada istriku lalu mengambil kalung emas yang ada di tangan istriku dan memakaikannya di leher istriku. Sebelumnya istriku melepaskan kalung yang dipakainya yang merupakan kalung pemberianku itu, lalu dia memegangi rambutnya supaya Anggoro bisa dengan mudah memasang kalung yang dihadiahkannya untuk istriku.
“Oh iya! Tadi gemboknya mana dek?” Tanya Anggoro sebelum kalung itu terpasang di leher istriku.
“Itu disana. Kenapa emangnya mas?” Tanya istriku tampak bingung. Tanpa menjawab, Anggoro lalu mengambil sebuah anak kunci dan memasukan salah satu ujung kalung itu, sehingga saat ini kunci gembok alat yang membungkus kontolku menggantung terpasang di kalung istriku bersanding dengan sebuah bandul dengan simbol hati.
“Nah gini, baru oke!” Ucap Anggoro ketika berhasil memasangkan kalung itu di leher istriku.
“Hahaha Mas Anggo bisa aja. Kunci alatnya tadi dijadiin bandul kalung.” Ucap istriku padanya lalu bangkit menuju kearah cermin sambil berlari pelan tampak begitu senang untuk berkaca di cermin tersebut sambil terus memperhatikan kalung emas dengan bandul hati dan anak kunci dari alat yang ada di kontolku ini. Simbol yang sangat kontras sekali, hati yang melambangkan cinta bersanding dengan anak kunci alat bernama cockcage yang melambangkan sebuah kontrol dari sang pemilik kunci kepada seseorang yang terpasung dalam gembok yang hanya bisa dibuka oleh kunci yang dipegang istriku.
“Bagus nggak, pih?” Tanya istriku meminta pendapatku.
“Iya bagus mih.” Jawabku singkat.
“Makasih yaa mas Anggo. Cakep deh kamu.. Hahaha” ucap istriku menggoda Anggoro dengan manja dan ekspresi yang genit. Kulihat Anggoro hanya tersenyum lebar melihat kelakuan istriku itu.
Lalu istriku berlari kembali naik ke atas ranjang, dan memeluk Anggoro di hadapanku yang masih terduduk disana. Istriku memeluk dan mencium serta memeluk Anggoro sambil terus memuji pria itu dan mengucapkan terimakasih atas hadiah pemberiannya.
“Itu kayaknya tadi masih ada satu kotak lagi mas. Itu buat aku lagi ya?” Tanya istriku mengingat masih ada sebuah kotak hadiah yang dibawa Anggoro.
“Ah itu nanti aja!” Sahut Anggoro lalu kembali melanjutkan cumbuannya pada istriku.
Cumbuan itu terus berlanjut menjadi cumbuan yang mulai panas. Aku melihat Anggoro mulai memposisikan tubuh istriku dibawah tubuhnya yang sudah telanjang bulat dengan kontol mengacung siap untuk menggempur memek istriku. Anggoro terus menghujani seluruh tubuh istriku dengan ciuman dan kecupan serta jilatan-jilatan yang liar. Istriku terlihat pasrah menerima serbuan mulut Anggoro sambil mendesah-desah dan menarik pelan rambut Anggoro.
Anggoro mulai melepas kait bra yang ada di punggung istriku, dan menariknya terlepas dari tubuh istriku. Lalu kembali mulutnya bergerak menjajah toket besar istriku dengan sangat bernafsu.
“Aahh iyaah terussh masshh…” desah istriku sambil memohon supaya Anggoro terus menjalani tubuhnya. Sementara aku hanya bisa terpaku berdiri menyaksikan istriku mulai digarap oleh Anggoro.
Puas dengan toket istriku, Anggoro bergerak untuk menarik celana dalam yang dipakai istriku. Terlihat istriku mengangkat pinggulnya membantu Anggoro menelanjangi tubuhnya. Anggoro terdiam sesaat memperhatikan tubuh telanjang istriku, matanya terlihat fokus melihat selangkangan istriku yang sudah tidak tertutupi apapun. Matanya seperti mata seekor singa sedang melihat santapannya yang lezat.
“Kamu ngapain masih berdiri disitu? Sana pindah duduk disana. Jangan coba-coba ikutan naik ke kasur ini tanpa seizin aku!” Ucap istriku padaku memintaku untuk menyingkir menjauh dari ranjang tempat mereka bergumul. Anggoro kemudian melihatku dengan tatapannya yang mengejek seperti tadi. Dengan langkah gontai aku melangkah menjauh menuju kursi sofa yang berada di seberang ranjang ini.
Setelah aku menjauh, Anggoro kembali melanjutkan cumbuannya yang tertunda pada istriku. Dipegangnya kedua kaki istriku dan direntangkan ya sehingga memek istriku saat ini terpampang jelas di depannya. Lalu tanpa menunggu lama, Anggoro segera mengarahkan wajahnya ke selangkangan istriku dan langsung melumat memek istriku dengan ganasnya.
“Aaaaighhss...Yaaashhh… Teruss sayang… Memekku enaaak… ahhhsshhh” racau istriku ketika Anggoro melahap memeknya.
Suara kecipak jilatan dan sedotan Anggoro terdengar memenuhi kamar ini berpadu dengan desahan kenikmatan istriku. Istriku terlihat meremas sprei karena menahan rasa geli yang nikmat akibat jilatan Anggoro di memeknya.
Lalu di tengah jilatannya yang terus berlanjut. Anggoro menusukkan jarinya masuk menyodok lubang memek istriku sehingga membuat istriku semakin menggelinjang dan meracau terus dalam kenikmatannya.
“Ooiughh...yeeeashh… Terussh ahhh dikiit lagiihhh ...aaaaahh… Aaaarggghhhh!!!!” Istriku kembali meracau hebat dan kulihat tubuhnya bergetar tanda dirinya telah mendapatkan orgasme pertamanya di tangan Anggoro.
“Hossh...hossh..hossh.. Ahhh..” istriku tampak ngos-ngosan setelah mengalami orgasmenya barusan. Anggoro lalu menghentikan jilatannya di memek istriku dan hanya berlutut sambil memandangi istriku yang tengah terkapar karena perbuatannya.
Setelah istriku membuka matanya, Anggoro lalu bersingut menindih tubuh terlentang istriku dan mencium bibir istriku. Istriku dengan pasrah menerima dan membalas lumatan mulut Anggoro yang basah oleh lendir cairan orgasmenya sendiri. Istriku dan Anggoro tampak seperti orang kelaparan, jilatan dan lumatan mulut mereka seperti saling mengait satu sama lain.
“Masukin ya dek?” Ucap Anggoro ditengah-tengah ciuman mereka yang dijawab dengan anggukan dari istriku.
Lalu Anggoro bangkit melepas pelukannya dari tubuh istriku dan meraih kaki kiri istriku serta menarik jauh kaki kanannya yang dibantu istriku supaya kembali memberikan akses luas bagi Anggoro untuk menggenjot memeknya. Sambil memegangi kaki kiri istriku dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya digunakan untuk mengarahkan kontolnya masuk kedalam lubang memek istriku.
Setelah ujung kontol Anggoro kulihat mulai masuk, lalu Anggoro mendorong pinggulnya sehingga kontolnya langsung merangsek masuk mendobrak lubang memek istriku.
“Aaaaoughhh..Pelan dulu maaaash.. ahhh!!!” Desahan istriku meledak ketika kontol Anggoro mulai bergerak menggenjot memeknya.
Anggoro langsung bergerak tanpa henti memaju-mundurkan kontolnya di dalam lubang istriku itu. Aku yang melihat hal itu, kembali diliputi oleh libido yang sangat besar. Kontolku yang terbungkus perlahan membesar sampai memenuhi setiap rongga yang tersisa di dalam sana.
Melihat pertarungan birahi istriku yang sedang dientot oleh pejantannya. Aku tak tahan untuk mengelus kontolku yang terbungkus meringkuk di dalam alat ini. Namun karena tak tahan, aku terus mencari cara untuk merangsang kontolku sendiri. Kupegang bagian atas alat ini yang terdapat gembok disitu, dan kugerak-gerakkan perlahan.Rupanya hal ini cukup memberikan sedikit sensasi gesekan silikon ini pada kontolku. Rasanya seperti ketika kepala kontolku diusap menggunakan jari. Rasa nikmat mulai menjalar ke seluruh tubuhku, tubuhku seperti dialiri aliran listrik tegangan rendah bahkan sampai ke ujung kaki kurasa.
Berada di kondisi tersiksa dalam kenikmatan seperti ini. Membuat diriku pasrah dengan apa yang terjadi kurasakan saat ini. Melihat istriku dalam pelukan pria lain, sementara aku terduduk lemah sambil berusaha melepaskan gairahku sendiri yang terpasung oleh alat ini, sementara anak kunci yang digunakan untuk membukanya berada di leher istriku menggantung bersama perhiasan hadiah dari sang pejantan yang saat ini tengah menggarap tubuh istriku.
Cairan pre-cum ku mulai menetes membasahi bagian dalam alat ini sehingga gesekan yang terjadi di kepala kontolku menjadi lebih licin, rasanya semakin nikmat. Aku terus menggerak-gerakkan alat ini, supaya dapat memberikan rangsangan pada kontolku yang sedang terkurung ini.
Usahaku tidak sia-sia, aku saat ini merasa akan kembali mendapatkan puncak kenikmatan dalam kondisi kontolku yang terpasung alat jahanam ini. Dan benar saja, akhirnya pejuhku merembes keluar melalui lubang kontolku. Rasanya nikmat namun tak enak, entah bagaimana aku menggambarkannya. Jika biasanya orgasmeku bisa tuntas dengan menyemburkan semua pejuh yang terdapat di dalam kantung zakarku, kali ini pejuh itu hanya bisa menetes tanpa bisa menyembur karena kondisinya yang terbatas akibat terkunci alat ini. Perasaan nikmat yang tak tuntas. Mungkin seperti itulah yang sedang kurasakan saat ini. Dalam usahaku menahan desahan yang keluar dari mulutku, spermaku keluar dari lubang yang terdapat di ujung alat ini, lubang yang dibuat untuk berfungsi ketika pemakainya akan buang air kecil.
Mataku masih menatap mereka berdua yang masih terus saja mengayuh birahi di depanku. Suara benturan tubuh dan desahan mereka berdua terdengar jelas memenuhi rongga telinga dan sanubariku. Tampak wajah istriku menampakan begitu hebat kenikmatan yang sedang diterimanya. Pasti lubang memeknya tak lagi tersisa ruang karena terus dipenuhi oleh sodokan kontol Anggoro.
“Ooohhhh… Aaaarggghhhh…” tubuh istriku kembali bergetar seperti ikan yang diangkat dari air. Melihat istriku yang sedang mengalami orgasme kedua di tangannya, Anggoro kulihat seperti mendorong penuh pinggulnya dan menahan pada posisi itu beberapa saat sampai orgasme istriku terlihat mulai mereda.
Anggoro lalu melepas kaki istriku yang sedari tadi dipegangnya dan menurunkan tubuhnya menghimpit istriku sehingga seluruh kulit mereka saling bersentuhan. Sambil menindih istriku, Anggoro kemudian memberikan lumatannya lagi pada mulut istriku selagi kontolnya masih terbenam di memek istriku. Istriku yang diperlakukan seperti itu, hanya bisa pasrah menyambut lumatan mantan kekasihnya itu sambil merengkuh tubuh Anggoro yang berada diatas tubuhnya dengan lembut dan mesra.
Setelah beberapa saat mereka saling merengkuh, kulihat mereka bergerak bangkit sepertinya ingin mengganti posisi bercinta. Tubuh istriku diarahkan Anggoro untuk merangkak dan dia mengambil posisi di belakang tubuh istriku yang sedang menungging memamerkan bokong besarnya itu. Sebelum Anggoro kembali membenamkan kontolnya, terlihat dia kembali menggeser posisi tubuh istriku sehingga berada tepat menghadap diriku yang sedang duduk di sofa tak jauh dari ranjang tempat mereka ngentot dengan liarnya.
Aku saat ini bisa dengan lebih jelas melihat wajah istriku dari sini. Perlahan Anggoro mulai memposisikan kontolnya untuk masuk kembali menerobos memek istriku yang terhidang di hadapannya itu.
Istriku tampak mengangkat kepalanya dengan mata terpejam karena pasti kontol Anggoro sudah mulai menjelajahi lubang memeknya. Dengan mata terpejam dan bibir bawahnya yang digigitnya sendiri, kebinalan istriku terlihat sangat nyata. Dengan kedua tangan yang menopang tubuhnya dan bokong yang sedang menerima gempuran keberingasan Anggoro, istriku terus mendesah sambil sesekali menunduk dan mengangkat kepalanya mengikuti irama kenikmatan yang sedang dialaminya dengan toket yang ikut bergoyang dengan liarnya.
Di tengah-tengah tubuh dan jiwanya yang sedang mengarungi kenikmatan bersama Anggoro, istriku tampak mendongakan kepalanya menatapku dengan tatapan yang tajam dibalut dengan birahi disana. Tatapan tajam ketika melihatku itu beberapa kali terjeda akibat Anggoro menyodok berulangkali dengan dalam dan keras kurasa sehingga berulang kali juga istriku harus menundukkan kepalanya menahan nikmat yang terus menggedor tubuhnya.
“Achhhh pihh… Iniihh baruhh namanya ngentot...Aaaach… Ssshh….” Istriku masih sempat berkata padaku dengan suara lemah dan mendesah di tengah genjotan Anggoro yang seakan tak terputus sedari tadi. Matanya tetap tajam seperti tadi, seakan-akan menyiratkan sesuatu hal yang masih belum bisa kutangkap maknanya.
Aku tak menjawab ucapan istriku, aku hanya bisa menatapnya tanpa mampu merespon ucapannya. Berkali-kali aku menelan ludahku sendiri menyaksikan binalnya istriku saat ini. Istri polos yang dulu sangat pasif ketika bercinta, saat ini sudah dan semakin berubah menjadi lebih binal. Perubahan yang awalnya kuinginkan, saat ini seperti belati bermata dua yang sama sekali diluar perkiraanku. Namun sama sekali tak terbesit sedikitpun saat ini untuk melepaskannya, cintaku pada istriku justru semakin besar.
“Kontolmuuh… Aaaaashh… Manaah bisaa..ahhh.. Kayaak kontol masshh Anggo..Esshhht…”
“Ooh Ahh yeaashh… Terussh maaaass.. Enaaak ahhhh...Mentokin yaang dalemmhh.. aahhhhsss …” Istriku terus meracau tak jelas, apakah dia sedang menikmati pertarungan birahinya dengan Anggoro, atau sedang mengejek dan menghinaku dengan ucapan dan ekspresinya yang seperti sengaja supaya aku bisa melihat kenakalannya.
“Ahhh mass stop sebentar mas..” Ucap istriku sambil menoleh kebelakang meminta Anggoro menghentikan sementara gempurannya.
“Aahh… Kenapa dek?” Sahut Anggoro setelah melepaskan kontolnya dari memek istriku.
Lalu setelah itu istriku bangkit dan berdiri dengan lututnya dan menyandarkan tubuhnya di tubuh Anggoro yang juga sedang berdiri dengan posisi yang sama. Lalu kulihat istriku menolehkan kepalanya ke belakang mencari bibir Anggoro untuk melumatnya. Setelah kedua mulut mereka bertemu terjadilah kembali lumatan-lumatan panas diantara mereka berdua, kedua tangan Anggoro memeluk tubuh istriku sambil meremas-remas kedua toket istriku yang menggantung disana. Pemandangan ini sekali lagi membuat aku harus menelan ludah untuk kesekian kalinya, pemandangan yang sangat intim dan membangkitkan gairah.
Setelah beberapa saat mereka dalam posisi tersebut, lalu istriku melepaskan pagutan bibirnya itu. Lalu sejurus kemudian istriku kembali melihat ke arahku yang masih terpaku karena takjub dengan kebijakan yang ditunjukan istriku itu.
“Kamu suka ya pih liat aku dientot kayak tadi?” Tanya istriku tiba-tiba dengan ekspresi wajahnya yang menggoda sekali.
“I...iyaa mih..” Mulutku memberi jawaban jujur padanya.
“Hehehe… Kamu tau nggak? Kontol mas Anggo bisa mentok di memek aku?” lanjutnya lagi.
“.....” Aku tak menjawab pertanyaannya ini karena aku tak tahu harus menjawab apa.
“Kamu sini! Kamu harus liat dari deket gimana memekku disodok sama kontol gedenya mas Anggo!!” Lanjut istriku lagi meminta untuk mendekat padanya. Aku belum bisa menangkap maksud perkataan istriku, namun aku tetap beranjak maju secara perlahan mengikuti perintah istriku.
Setelah aku berada di sisi ranjang, aku lalu naik perlahan dengan mengangkat kakiku satu persatu dan berdiri dengan lututku juga di hadapan istriku. Saat ini posisi kami berdiri saling berjajar sama tinggi, karena sama-sama berdiri dengan lutut di atas ranjang kamar hotel ini. Aku berada di depan istriku dengan kontol yang terkunci, sementara istriku berada di pelukan Anggoro dengan kontolnya yang mungkin terselip diantara belahan pantat istriku dengan tangan yang masih menggenggam kedua toket istriku.
“Tiduran disini!” Ucap istriku lagi sambil bergerak melonggarkan kakinya. Aku yang masih bingung menangkap maksudnya justru terdiam. Namun hal itu justru membuat istriku terlihat seperti kesal karena aku tak langsung menuruti permintaannya.
“Buruan taro kepalanya di bawah sini!! Malah bengong aja!” Ucap istriku kembali membentak sambil menarik rambutku dan mengarahkan kepalaku ke bawah selangkangannya. Tidak keras memang ketika dia menarik rambutku tadi, dia hanya sedang ingin menunjukkan jika dirinya sedang tak ingin dibantah.
Saat ini posisiku sudah terlentang dengan wajahku tepat menghadap tepat di depan memek istriku. Kulihat memek istriku begitu becek dengan cairan cintanya, dan aroma bekas percintaan mereka menyeruak tajam di hidungku.
“Udah diem disitu jangan bergerak! Kamu harus lihat dengan jelas gimana caranya kontol mas Anggo bisa bikin aku puas.!” Ucapan istriku terdengar, aku tak bisa melihat ekspresi wajahnya karena pandanganku terhalang dan terkunci di bawah selangkangan mereka berdua.
“Kamu binal banget sih sayang… Bikin mas makin nafsu aja.. Muacch.. Slurrps..Slurrpss” Kali ini terdengar suara Anggoro yang memuji tindakan istriku dan diikuti dengan suara cumbuannya pada mulut istriku lagi.
Lalu kurasakan istriku bergerak kembali berposisi menungging karena dada dan perutku sedikit terasa terhimpit oleh perut dan kedua toketnya. Lalu kulihat dari arah atas pandangan mataku batang kontol Anggoro mulai mendekat ke lubang memek istriku yang tepat berada di ujung hidungku.
Batang kontolnya yang tebal itu perlahan mulai menerobos liang memek istriku yang kemudian terlihat membuka secara perlahan untuk menerima kontol itu masuk kedalamnya. Urat yang terpahat di kontol Anggoro jelas terlihat oleh mataku karena baru kali ini aku bisa melihatnya dengan jarak sedekat inj, dan batang kontolnya masih tampak begitu keras setelah berhasil membuat istriku mendapatkan beberapa kali orgasmenya tadi.
Perlahan namun pasti, batang kontol Anggoro yang telah basah kembali berlumur cairan yang berasal dari memek istriku itu semakin cepat bergerak maju mundur di depan mataku terus mendobrak memek istriku. Keringat di wajahku bercucuran menerima siksaan ini, toket istriku kurasakan terus terlonjak-lonjak lembut bergesekan langsung dengan perutku. Sementara kepalaku tetap terkunci di bawah selangkangan mereka yang terus saja bergerak liar mengejar orgasme.
Entah sudah berapa lama aku berada dalam posisi tak berdaya ini, terkunci tubuh istriku yang merangkak di atas tubuhku ini. Sementara kelamin mereka berdua terus saling berpacu seperti piston mesin mobil yang sedang melaju sangat kencang. Indera penciumanku dipaksa menghirup aroma kuat dari percampuran lendir dari kelamin mereka masing-masing.
Namun di dalam kondisi ketidakberdayaanku seperti ini, aku merasakan sensasi baru yang luar biasa. Seluruh tubuhku serasa dialiri oleh darah panas yang membakar setiap syaraf tubuhku. Rasa ingin meledak ketika terjebak dalam sensasi ini membuat otakku seperti berhenti bekerja sementara waktu, yang ada di pikiranku saat ini adalah supaya terus menikmati syahwat mereka berdua yang ada di depan mataku saat ini seperti seorang anak kecil yang sedang terkagum-kagum melihat wahana permainan yang menggoda untuk dimainkan.
Namun tak berapa lama, aku dikagetkan dengan cengkraman istriku secara tiba-tiba di kontolku yang terbungkus alat itu. Tubuhku sampai melonjak akibat merasakan remasan yang cukup keras dari istriku, cukup sakit cengkeramannya. Sepertinya istriku melakukan itu tanpa sadar, karena ketika dia terus mencengkram kontolku desahan dan racauannya semakin keras kudengar dari sini. Sementara Anggoro seperti sedang mengimbangi racauan istriku dengan menampar-nampar bokong istriku dengan cukup keras, demikian pula dengan sodokannya kulihat dia semakin kuat menghajar lubang memek istriku.
“Aaaaaaaahhhh… Shiiitt!!!!” Teriakan istriku bergema diikuti dengan pahanya yang bergetar seperti orang tersengat listrik ribuan volt. Aku bisa melihat dengan jelas kedutan-kedutan yang terjadi di memek istriku, rupanya istriku mendapatkan orgasmenya kembali.
Namun hal tersebut tak menyurutkan Anggoro untuk memperlambat genjotannya. Malah aku melihat jika dirinya semakin beringas menggedor memek istriku yang baru saja dilanda orgasme. Nampak istriku semakin berteriak meracaukan kenikmatan yang sedang menderanya.
“Ahhhh memekku...ahhhh….” Racau istriku dalam gempuran kontol Anggoro yang terus menyodoknya.
Lalu aku merasakan wajahku semakin basah karena cairan memek istriku sesekali menetes jatuh di atas kening dan sebagian pipiku. Di sekitar lubang yang terus disodok Anggoro dengan liarnya itu tampak berbuih putih seperti putih telur.
Lalu tak lama kemudian terdengar erangan Anggoro dari atas sana.
“Aaarrrggh yeaassh… Aku keluaarhhh sayaaang… Terima pejuhku!!!!” Anggoro mengerang seperti singa dan meracau liar mengatakan jika dirinya tengah berada di puncak kenikmatan.
Dalam keterkejutanku karena kupikir Anggoro akan mencabut kontolnya dan menyemburkan pejuhnya diluar memek istriku, namun aku justru melihat dia semakin membenamkan seluruh kontolnya di dalam memek istriku dan menahannya. Aku bisa melihat jelas kontol besar itu berkedut kuat beberapa kali, ternyata Anggoro sedang memompa bermili-mili pejuhnya masuk memenuhi memek istriku. Entah berapa kali aku tidak memperhatikan kedutan kontolnya, tapi bisa dipastikan cukup banyak.
Setelah seluruh pejuhnya terpompa masuk memenuhi lubang memek istriku, Anggoro kemudian mencabut kontolnya dari sana. Beberapa tetes pejuhnya yang ikut tertarik dari lubang memek istriku, secara langsung jatuh menetes di wajahku. Aroma anyir pejuhnya langsung menyeruak di hidungku, aku sampai menutup mataku supaya pejuhnya tidak jatuh menetesi mataku.
Kurasakan memek istriku seperti terus mengeluarkan pejuh Anggoro dari memeknya. Ketika sekilas aku membuka mataku, kulihat memek istriku seperti berkontraksi dan secara bersamaan beberapa kali dalam jumlah yang cukup banyak mengeluarkan pejuh yang secara langsung jatuh di wajahku yang masih berada dibawah selangkangan istriku.
Sebagian pejuh yang jatuh itu, langsung mengalir jatuh melewati kedua pipiku dan ada beberapa yang membasahi mulutku. Secara refleks mulut dan lidahku justru langsung mencecap pejuh segar Anggoro yang keluar dari memek istriku. Lidahku juga dengan lincahnya menjilati memek istriku yang baru disemprot oleh lendir Anggoro yang otomatis berbaur dengan lendir istriku juga. Istriku yang kaget dengan jilatanku sedikit mengangkat pinggulnya, namun dengan sekuat tenaga ku tahan tubuh istriku mendekat supaya aku tetap dapat menjilati memeknya sampai tandas tak tersisa. Semua lendir mereka bertahap masuk kedalam tubuhku melewati kerongkonganku.
“Ahhh udaah pih, geliii pihh ahhh sialan kamuuh…!!” Bentak istriku sambil memaksa menarik tubuhnya lepas dari genggamanku. Lalu istriku bangkit dan bergeser satu langkah ke atas kepalaku.
“Kamu suka banget sama pejuhnya mas Anggo ternyata ya pih?? Nih! Aku kasih lagi!!” Terdengar ucapan istriku lalu dirinya mulai memasukan jarinya dan mengorek lubang memeknya sendiri lalu mengusapkan jarinya yang membawa sisa pejuh Anggoro yang masih tersisa di dalam lubang memeknya itu dan meratakan ke seluruh wajahku.
Aku hanya pasrah masih terlentang dengan kondisi wajah yang penuh lendir mereka berdua. Dan sebelum aku bisa menguasai keadaan, istriku justru menduduki wajahku dan memutar-mutar pantatnya di atas wajahku.
Aku langsung menggelepar liar kehabisan nafas karena belum sempat menarik oksigen masuk ke paru-paruku. Selama beberapa detik istriku terus menduduki wajahku dan memutarnya dengan liar. Aku tak lagi dapat berpikir, tenagaku serasa habis karena aku masih belum mendapatkan kesempatan untuk bernafas. Kukira ada sekitar sepuluh detik istriku melakukan itu, namun sepuluh detik yang paling menyiksa sepanjang hidupku.
Setelah akhirnya istriku bangkit mengangkat pantatnya, aku langsung berusaha menghirup sebanyak mungkin oksigen supaya paru-paruku tetap bekerja.
“Uhukkk...Uhukkk..Uhuuukk!!!” Aku sampai terbatuk-batuk dan nafasku tersengal-sengal hebat karena aku begitu tergesa-gesa menarik nafasku.
“Hahaha… Mukamu kasian banget sih pih!” Komentar istriku sambil melihat aku suaminya yang sedang tersiksa karena perbuatannya.
Aku lalu berusaha bangkit dari ranjang ini untuk melihat keberadaan mereka. Setelah aku bangkit dan bisa melihat mereka, aku justru melihat istriku sedang dalam pelukan Anggoro yang sedang duduk bersandar di sandaran ranjang sambil melihatku yang sedang kepayahan ini dengan senyum menghina.
“Hossshhh… Hossh...Hosshhh” Aku masih terengah-engah terduduk sambil melihat mereka berdua tanpa daya dan tak mampu berkata apapun.
“Muka kamu lucu deh, kayak lagi di facial. Hahaha… Facial pake pejuhnya mas Anggo.. Hahaha.. Iya nggak mas?” Ucap istriku mengejek kondisiku yang mengenaskan ini.
“Hehehe iya mas Nick! Bener tuh yang Netty bilang. Kayak habis facial. Nanti kalo kurang pejuhnya, tenang aja aku bakal kasih lagi mas. Hahaha” sahut Anggoro ikut-ikutan menghinaku
“Haha iya mas. Dia kayaknya suka banget tuh maskeran pake pejuh kamu.” Ucap istriku lagi.
Aku yang mendengar ejekan mereka hanya mampu tertunduk lemah, istriku tampak tak memperdulikan kondisiku. Sepintas aku berpikir apa hatinya sudah berubah semenjak kemarahannya tadi akibat hal yang aku rencanakan untuknya malam ini, dan rasa cintanya untukku sudah terkikis. Hal yang sama sekali tak kuharapkan sejak awal, hal yang kutakutkan terjadi ternyata harus kuhadapi saat ini.
“Bentar dek, mas mau ambil rokok sama minuman dulu.” Tiba-tiba suara Anggoro terdengar, menghentikan lamunan penyesalanku.
“Nggak usah, biar diambilin suami aku aja. Mas Anggo disini aja sama aku yaa?” Ucap istriku dengan suara manjanya.
“Pih, ambilin rokok mas Anggo dong. Sama minumannya bawa sini sekalian!” Ucap istriku sambil tetap memeluk Anggoro. Lalu aku beranjak tak berniat membantahnya dan melakukan apa yang diinginkannya.
Segera kuambil rokok dan minuman serta menyerahkannya pada Anggoro yang sedang memeluk istriku.
“Minumannya taro situ dulu aja Mas Nick! Makasih ya.. Hehehe” ucap Anggoro sambil menerima rokok yang kuambilkan dan aku menaruh botol minuman di meja kecil yang ada tepat di sebelah ranjang.
Lalu Anggoro menyalakan rokoknya dan menghirup serta menghembuskan asap pertama yang keluar dari batang rokok yang dihisapnya itu dengan enteng. Istriku terlihat dengan manjanya masih tetap memeluk pria itu.
“Papih cuci muka dulu sana! Ntar pejuhnya kering di muka itu. Sama itu kontolnya dicuci juga! Kamu tuh kontol udah dikurung gitu masih ngecrot aja, tadi aku liat ada bekas pejuh kamu disitu, payaahhh!” Ucap istriku menyuruhku membersihkan wajahku yang penuh dengan lendir mereka. Lalu aku segera beranjak menuju kamar mandi yang berada di dekat pintu kamar ini.
Di dalam kamar mandi, aku langsung membasuhkan air yang keluar dari keran wastafel itu ke seluruh wajahku untuk membersihkan lendir yang menempel di seluruh wajahku. Setelah aku yakin sudah bersih, lalu aku menatap wajahku yang terpantul dari cermin yang ada di depanku.
Sambil melihat wajahku sendiri yang ada di cermin itu, aku merenungkan semua yang sudah terjadi dalam kehidupanku dan istriku semenjak awal dirinya mulai merasakan pelukan pria lain sampai dengan saat ini.
Walau semua perubahan yang ada pada istriku adalah hal yang kuinginkan pada awalnya. Namun perubahannya malam ini, tidak pernah sedikitpun terlintas di pikiranku. Kemarahannya yang cukup hebat seperti beberapa saat lalu benar-benar diluar perkiraanku. Bahkan dirinya secara frontal mengejek dan menghinaku di hadapan Anggoro yang sepertinya juga mendukung sikap istriku itu dengan beberapa kali ikut menyudutkan bahkan ikut mengejekku juga.
Dalam hati aku berpikir, bagaimana jika istriku tak lagi mencintaiku dan justru memberikan rasa cintanya itu untuk Anggoro yang merupakan mantan kekasihnya. Latar belakang mereka yang merupakan bekas sepasang kekasih semakin memperkuat ketakutanku untuk kehilangannya.
Aku memutuskan akan melakukan apapun supaya aku tidak kehilangan istriku, aku tidak akan lagi pernah membuatnya marah dan akan memenuhi segala keinginannya supaya aku tidak kehilangan dirinya.
Setelah beberapa saat aku merenung di dalam kamar mandi ini, aku kembali membasuhkan air segar ke seluruh wajah dan kepalaku. Serta tak lupa aku mengambil alat semprot yang ada di sebelah closet duduk untuk membersihkan kontolku juga sesuai perintah istriku tadi. Lalu dengan menguatkan hatiku, kuambil handuk dan melingkarkannya di pinggangku menutupi kontolku yang terkurung ini dan melangkahkan kakiku keluar kamar mandi ini menuju ke kamar utama tempat dimana istriku sedang berada bersama pria yang baru saja memberikan kenikmatan duniawi kepada istriku.
BONUS BOKEP JEPANG KLIK TOMBOL DIBAWAH
No comments for "Cuckold Story: Mengubah Istriku Bagian 30 (He Own My Wife 1)"
Post a Comment