Joe The Click Bag.7 [The Secret Revealed]


“Hhhmm… ngapain lagi nih?”, keluhku sambil menghempaskan tubuhku ke atas sofa ruang tamu di rumahku. Aku merasa bosan sekali karena gak ada yang bisa kulakukan hari ini, padahal kuliah sedang libur. Mama masih di kantor dan baru pulang nanti malam. Kak Sarah lagi ada pemotretan di luar kota. Sedangkan Dini tentu saja masih di sekolah karena sekarang baru jam 12 siang. Lagipula adikku itu barusan sms hp-ku, ngabarin kalo dia ada latihan modern dance di rumah temennya, jadi baru pulang nanti sore. Pengen ngapel, tapi Nina, pacarku, lagi home study ke negaranya paman Sam selama liburan semester kali ini. Aku sebenernya juga sudah punya rencana buat liburan. Besok lusa, aku rencananya akan pergi ke puncak sama Miko, temen kuliahku. Tapi sekarang……bete.
Ting Tong…….Ting Tong…….

Tiba-tiba terdengar bunyi bel pintu rumahku. Aku bangkit perlahan dengan malas-malasan dan melangkahkan kakiku menuju pintu depan untuk melihat siapa yang datang. Aku pun tersenyum lebar saat melihat sosok yang berdiri di depan pintu rumahku. Sosok itu milik seorang gadis cantik dengan tubuh tinggi langsing. Wajahnya cantik dengan raut wajah khas wanita oriental, walaupun sepasang matanya tidak sipit. Hidung mungil yang mancung itu tampak serasi dengan bibir tipis manis. Rambut hitam sehat dengan panjang sebahu tampak serasi makin menambah kecantikannya. Leher jenjang yang putih mulus tampak menggoda. Gadis itu mengenakan kaos ketat berwarna putih dan rok mini yang berukuran pendek sekali hingga aku hanya bisa menelan ludah menikmati paha putih mulus dan sepasang kaki jenjangnya.
”Hei Joe. Bengong aja.”, sapa gadis cantik itu.

“Karin. Masuk…masuk…”, kataku sambil menawarkan Karina untuk masuk ke dalam rumah. Memang gadis itu adalah Karina. Gadis cantik sahabat Sarah, kakak perempuanku. Gadis yang pernah menjadi cinta pertamaku walaupun aku harus bertepuk sebelah tangan karena gadis itu tak bisa membalas cintaku ataupun cinta dari laki-laki manapun karena Karina lebih suka pada wanita daripada seorang pria. Ya, Karina memang seorang lesbian, dan yang mengetahui rahasianya mungkin cuma aku dan kak Sarah. Aku pun mempersilahkan Karina untuk duduk di sofa.

“Aduh…kak Sarahnya lagi pergi ke luar kota tuh. Ada pemotretan katanya. Kamu gak di kasih tahu ya?”, kataku yang mengira kalo Karina pasti mencari kak Sarah.

“Gue tahu kok. Aku kesini bukannya mau ketemu Sarah kok.”, jawab Karina.

“Trus??”

“Aku mau ketemu kamu.”, jelas Karina santai. Aku jadi ngerasa GR. Aku pun teringat akan pengalamanku yang berhasil menikmati tubuh cewek cantik itu dengan bantuan The Click. Karina bahkan tak menjadi marah padanya setelah peristiwa itu. Rasa GR itu pun menjadi rasa pede. Aku pun mendekati Karina dan duduk di sebelahnya. Dengan yakin, tanganku melingkari pundaknya.

“Hhmm…loe pasti kangen ama gue ya????”, kataku sambil tersenyum. Wajah cantik itu segera kuraih dengan tanganku. Bibirku segera bergerak mencari sasarannya dan melumat bibir Karina yang kelihatannya pasrah-pasrah saja.

Rupanya perbuatanku yang dulu itu (baca Click 3) telah merubah selera seks Karina dari lesbian menjadi biseksual. Buktinya gadis cantik itu membalas ciumanku dengan gairah yang sama, bahkan ini tanpa bantuan The Click. Walaupun mungkin yang berubah dari Karina cuma selera seksnya aja, tapi selera hatinya tetap lebih berat ke perempuan, buktinya sampai sekarang dia tetap naksir berat sama kakak perempuanku, Sarah.

“Hhhmm….you’re so beautiful hhhhmm…..”, pujiku di sela-sela ciuman kami yang panas. Sementara itu tanganku tak tinggal diam dan mulai merayap di paha Karina yang mulus. Kulit Karina yang putih itu terasa sangat lembut di tanganku. Memang dari semua perempuan yang pernah kutiduri, harus kuakui bahwa Karina mempunyai kulit yang paling lembut.

Jemariku yang nakal sudah mulai menyusup jauh ke dalam rok mininya hingga rok mini Karina terangkat ke atas dan celana dalamnya terlihat, saat tiba-tiba Karina melepaskan ciumannya dan mendorong dadaku.

“Tunggu sebentar Joe. Aku mau ngomong sama kamu.”, kata Karina sambil mendorongku agar menjauh. Walaupun birahiku sudah naik, tapi aku menuruti permintaannya. Hari masih panjang.

“Oke. Kamu mau ngomong apa sih? Kayaknya penting banget.”, tanyaku.

“Joe, please jangan bohong ya. Mmm…sebenernya apa yang sudah kamu lakuin waktu itu hingga akhirnya Sarah dan aku bisa mmm….you know….mmm….make love?”, tanya Karina. Aku jadi kaget mendengar pertanyaannya yang tiba-tiba itu.

“Nnnggg..ka..kalo itu sih mmmm…. Loe dan Sarahnya aja yang horny.”, jawabku mencoba mengelak. Tapi tak urung pertanyaan yang tiba-tiba itu membuatku sedikit gugup.

Karina tampaknya tak percaya dengan alasanku. Dahinya sedikit berkerut, menyiratkan kecurigaannya. Tapi emang kalo dasarnya emang udah cantik, biar manyun sekalipun, Karina tetep cantik dalam pandanganku.

“Jangan bohong, Joe. Kamu sudah tahu kalo kejadian antara Sarah dan aku akan terjadi sebelumnya. Bahkan kamu menjanjikan hal itu sebagai surprise buatku. Awalnya aku gak ngerti tentang surprise yang kamu janjikan, dan aku juga nggak ngerti kenapa kamu nyuruh aku untuk nemenin Sarah malam itu. Tapi sekarang aku yakin kalo kejadian itulah surprise kamu buat aku, dan kamu sudah ngerencanain sebelumnya. Yang aku tak tahu, bagaimana kamu amelakukannya?”, kata Karina. Matanya yang indah bening itu menatap tajam kepadaku. Entah kenapa, aku tak bisa menolak permintaan Karina melihat tatapan matanya itu. Aku pun memutuskan untuk jujur pada gadis yang pernah jadi cinta pertamaku itu.

“Mmm…oke. Memang aku yang melakukannya. Aku yang mengatur semuanya dan membuat kamu dan Sarah jadi bercinta malam itu.”, kataku.

“Tapi gimana caranya? Nngg…jangan-jangan kamu pake pelet ya? Kamu pergi ke dukun?”, tanya Karina yang penasaran.

“Eits…, sorry aja ya. Gue gak percaya sama hal kayak gituan. Jaman udah maju kayak gini, masak masih percaya sama yang namanya dukun. Kamu tunggu dulu disini. Nanti aku jelasin semuanya.”, kataku sambil bangkit berdiri, lalu menuju kamarku. Aku mengambil The Click pemberian Profesor Suparman, lalu kembali di ruang tamu tempat Karina menunggu. Wajah orientalnya yang cantik itu tampak bingung dan penasaran.

“Nih! Aku mengatur semuanya malam itu dengan bantuan alat ini.”, kataku sambil menyerahkan The Click pada Karina. Karina memandang heran pada kotak kecil hitam dengan tombol berbentuk hati berwarna merah muda itu.

“Ini apaan sih?”, tanya Karina.

“Itu adalah The Click. Kamu tahu Profesor Suparman kan? Ilmuwan aneh yang rumahnya kujagain itu lho.”, jelasku. Karina hanya mengangguk.

“Nah, Profesor Suparman berhasil menemukan sesuatu yang hebat. Dia berhasil menciptakan kotak kecil yang kamu pegang itu yang diberi nama The Click. Bila alat itu diaktifkan, maka bisa meningkatkan nafsu birahi semua makhluk hidup yang ada di sekitar alat itu. Aku sendiri nggak begitu tahu cara kerjanya, tapi yang pasti semua orang yang ada di sekitar alat itu saat The Click diaktifkan akn menjadi horny bukan main dan ingin melakukan seks untuk memuaskan nafsu birahinya yang dipicu secara luar biasa oleh The Click.”, jelasku lagi.

Karina memandang heran, bingung dan seakan tak percaya dengan penjelasanku. Wajahnya yang cantik jadi tampak lucu. Beberapa saat kemudian bibirnya mengembangkan senyum ragu.

“Kamu bercanda kan?”, tanya Karina. Aku menggeleng dengan wajah serius. Wajah Karina kembali memancarkan kebingungan. Tampaknya gadis itu masih sulit menerima adanya alat ajaib itu.

“Jadi waktu itu mmm…waktu kita ML dulu itu, kamu pakai alat ini supaya aku mau ML sama kamu, begitu?”, tanya Karina.

“Sorry. Kamu menyesal?”, jawabku singkat merasa bersalah. Ekspresi wajah Karina tampak aneh hingga aku makin merasa nggak enak. Tapi beberapa saat kemudian, gadis itu tersenyum.

“Nggak Joe. Aku nggak akan menyesali kejadian itu. Dari dulu aku sudah merasa kalo kamu punya arti yang spesial buat aku. Kalo saja aku nggak mmm….you know.”, jawab Karina sambil tersenyum manis padaku. Aku pun jadi lega.

“Tapi aku masih nggak percaya kalo alat ini bisa sehebat itu.”, kata Karina.

“Kamu mau bukti? Gimana kalo kita aktifin alat itu sekarang. Aku yakin kamu nggak akan menolak kalo aku ajak ML saat ini juga.”, kataku.

“Yee…sama juga bohong. Walaupun tanpa alat itu pun, gue sekarang udah horny dan gak bakalan nolak kamu apa-apain.”, jawab Karina spontan. Tapi saat dia menyadari apa yang baru saja diucapkannya, wajahnya tampak merah karena malu.

“Oh..jadi gitu ya? Ternyata dari tadi kamu sudah horni banget ya? Kasihan….”, godaku sambil mendekatkan wajahku lalu melumat bibir Karina dengan hangat. Gadis itu tak menolak, bahkan membalas ciumanku dengan gairah yang sama. Jemari tanganku merayap masuk ke dalam rok mini Karina, membelai pahanya yang putih mulus itu. Saat jemariku merayap makin naik, aku bisa merasakan thong yang dikenakan Karina sudah agak melembap. Berarti gadis itu tak berkata bohong saat dia mengatakan kalo dirinya lagi horny.

“Hmm…Joe.”, desah Karina saat bibirku mulai merembet turun menciumi leher jenjangnya dan jemariku mulai menyusup masuk ke dalam liang vaginanya setelah thongnya kutarik kesamping sedikit. Kurasakan memek Karina menjepit jemariku dengan kuat.

Ting Tong….Ting Tong…..

“Brengsek.”, makiku dalam hati saat mendengar bunyi bel pintu rumahku. Aku sempat berniat tak memperdulikannya dan meneruskan aksiku mencumbu Karina. Tapi Karina mendorong tubuhku, dan memintaku melihat siapa yang datang. Dengan setengah hati aku pun melangkah menuju pintu depan, sedangkan Karina tampak sibuk merapikan pakaiannya yang sempat sedikit kusut karena cumbuanku.

“Siang, Kak. Dini-nya ada?”, sambut suara merdu seorang gadis remaja yang berdiri di depan pintu rumahku.

Aku tak langsung menjawab pertanyaan itu, melainkan memandang kagum menikmati kecantikan alami gadis remaja yang sedang berdiri di hadapanku. Wajah gadis belia itu tampak cantik dan manis sekali. Bulu mata lentik menghiasi matanya yang indah dan bening memancarkan kepolosan. Hidungnya mancung dan berbentuk indah. Mungkin ada darah Arab mengalir dalam gadis itu, pikirku saat melihat bentuk hidungnya. Bibirnya menyunggingkan senyum manis yang menimbulkan lesung pipit di kedua pipinya. Deretan gigi yang putih bersih dan tampak rapi terlihat saat dia tersenyum. Rambutnya bergelombang dan panjang terurai indah sampai hampir mencapai pinggang. Kulit wajahnya yang kuning langsat tampak lembut dan mulus tanpa sebutir jerawat pun. Dan ada sedikit belahan di dagunya yang tampak serasi dengan bentuk wajahnya dan membuat wajahnya makin terlihat manis.

Gadis itu masih duduk di bangku SMU, terlihat dari seragam putih abu-abu yang masih dikenakannya. Tapi kelihatannya gadis itu bukanlah teman satu sekolah Dini, karena badge yang tertempel di seragamnya beda dengan seragam adikku. Baju seragamnya berlengan panjang, sedangkan rok abu-abunya juga panjangnya sampai sedikit di atas mata kaki. Aku menduga gadis ini bersekolah di SMU Islam, karena aku melihat ada sehelai ujung kain abu-abu yang sedikit muncul dari tas yang menggantung di pundaknya dan aku berpikir kalo itu adalah jilbabnya yang dia simpan dalam tas.

“Mmm….kak. Ini benar rumah Dini kan? Yang dulu sekolah di SMP *****?”, tanya gadis itu yang segera menyadarkan aku dari keasyikanku memandangnya.

“Oh nngg… iya, iya. Ini bener rumah Dini kok. Kamu temennya Dini? Temen SMP?”, kataku.

“Iya, kak. Aku temen Dini satu SMP dulu. Dininya ada kak?”, tanya gadis itu.

“Wah, Dininya belum dateng tuh. Emang kalian udah janjian buat ketemuan disini?”

“Nngg…enggak sih. Aku cuma mampir aja. Udah lama gak ketemu sama Dini. Emang Dini biasanya pulang jam berapa?”

“Mmm…biasanya sih sebentar lagi juga pulang. Gimana kalo kamu masuk aja dulu, terus nungguin Dini?”, tawarku.

Otak kotor dalam kepalaku mulai bekerja. Karina pengen ngebuktiin kemampuan The Click. Aku dan Karina sama-sama belum mengenal gadis remaja ini dan dia juga cantik. Jadi kupikir gadis ini cocok sekali sebagai kandidat untuk menguji keampuhan The Click buat Karina. Apalagi walaupun gadis itu memakai pakaian dengan model tertutup dan longgar, tapi mataku yang semakin awas sejak memilik the Click dan mengalami petualangan dengan banyak wanita, bisa melihat kalo di balik seragam SMU itu tersembunyi keindahan tubuh ranum seorang gadis remaja.

Gadis itu terlihat agak ragu, tapi aku terus membujuknya.

“Sudah. Dini sebentar lagi juga bakalan pulang kok. Kamu tunggu aja di dalem. Di dalem ada temen kakak juga kok. Cewek. Ayo.”, bujukku.

“Apa aku gak ngerepotin kakak?”, tanya gadis itu. Keraguannya mulai berkurang saat kukatakan kalo di dalem juga ada seorang cewek. Jadinya dia gak Cuma berdua dengan aku.

“Nggak. Udah ayo masuk aja.”, ajakku sambil melangkah ke dalam. Gadis SMU yang cantik itu pun mengikutiku masuk ke dalam.

“Oh..ya. Gue Joe. Nama kamu siapa?”, tanyaku sambil menutup pintu depan setelah gadis belia itu sudah melangkah masuk ke dalam rumah. Gadis itu menatap Karina yang duduk di sofa. Karina balas tersenyum.

“Aku Farida, kak. Kak Joe bisa manggil aku Ida aja.”, jawab gadis itu sambil membalas uluran tanganku. Telapak tangannya terasa lembut dalam genggamanku.

“Eh Ida. Kenalin temen kakak. Namanya Karina.”, kataku sambil menggapai pada Karina. Karina berdiri lalu menyambut Farida dengan ramah.

“Karin.”

“Ida.”

Kedua gadis itu pun berkenalan dengan ramah. Lalu Karina mengajak Ida untuk duduk di sofa bersamanya.

“Kakak ambilin minum dulu ya.”, kataku.

“Gak usah repot-repot kak.”

“Ah nggak ngerepotin kok.”, kataku sambil melangkah keruang belakang.

Sesampai di ruang belakang, aku berteriak memanggil Karina.

“Karin! Sini dulu dong. Bentar aja.”, teriakku. Beberapa saat kemudian, tampak Karina yang menyusulku ke ruang makan.

“Ada apa Joe?”, tanya Karin.

“Sekarang loe bisa ngebuktiin keampuhan The Click.”, kataku. Karina tampak bingung beberapa saat. Tapi kemudian wajahnya sedikit terperanjat saat menyadari maksudku.

“Maksud loe……Ida????”, tanya Karina memastikan dugaannya.

“Yap. Dia benar-benar orang asing buat kita berdua. Jadi gak mungkin direkayasa. Dan juga dia lumayan cantik kan?”, jelasku.

“Gila loe Joe. Kalo entar, Ida-nya gak terima, gimana coba?”

“Gue jamin, dia bakal melakukan itu atas kemauannya sendiri. Jadi nggak ada alasan buat gak terima. Tenang aja. Dan kamu aku kasih kesempatan buat cicipin dia lebih dulu, gimana?”, bujukku. Tampaknya tawaranku untuk memberi kesempatan lebih dulu buat Karina, berhasil meluluhkan keraguan Karina. Wajah orientalnya yang cantik tersenyum nakal, lalu Karina pun mengangguk.

Farida masih duduk menunggu di sofa ruang tamu saat aku dan Karina kembali sambil membawa 3 gelas sirup dingin.

“Aduh…, nggak usah repot-repot kak.”, kata Ida basa-basi.

“Emangnya siapa yang mau repot buat kamu?! Yg satu ini buat Karina, dan aku kalo minum emang banyak, 2 gelas sekaligus.”, godaku pada Farida. Gadis remaja yang masih duduk di bangku SMU itu pun tersenyum masam.

“He..he..he…aku bercanda kok. Nih, buat kamu. Bikinin minum buat gadis secantik kamu, gak bakal ngerepotin kok.”, kataku gombal sambil menyodorkan segelas sirup buat Ida. Senyum masam di wajah cantik itu berubah menjadi tersipu malu.

Aku duduk di sebelah kiri Farida, sedangkan Karina duduk di sebelah kanannya. Kami pun mulai ngobrol sana sini sambil menikmati sirup dingin. Awalnya Ida masih agak malu-malu. Tapi sikapku yang ramah dan hadirnya Karina yang juga cewek, membuat kecanggungan Ida pun menguap.

Kenapa kehadiran Karina yang cewek, aku anggap berperan dalam menghilangkan kecanggungan Farida? Karena kini gadis itu tak perlu kuatir dengan pepatah yang mengatakan kalo 1 cowok dan 1 cewek hanya berdua di tempat yg sepi, maka akan mengundang hadirnya pihak ketiga, yaitu setan. Tapi sayang Farida tak sadar, walaupun sekarang di ruang tamu ini ada 1 cowok dan 2 cewek, tapi kalo cowoknya itu aku dan satu dari cewek itu adalah Karina, maka yang datang bukan lagi setan tapi Iblis he..he..he….

Beberapa menit kemudian, aku mulai merasakan pengaruh The click yang sudah kuaktifkan saat aku dan Karina kembali ke ruang tamu. Nafsu birahiku mulai naik, perlahan tapi pasti. Aku melihat Karina tampaknya juga sudah menyadari hal itu. Saat Farida tak melihat, Karina membuka mulutnya berusaha mengatakan sesuatu tanpa mengeluarkan suara. Kalo aku tidak salah, mulut Karina mengatakan “aku jadi horny”.

Farida terlihat mulai tak tenang duduknya, Gadis remaja itu kelihatan gelisah, dan wajahnya bersemu merah.

“Eh, Ida. Kamu sudah punya pacar belum?”, tanyaku tiba-tiba. Ida kelihatan kaget dengan pertanyaanku yang tiba-tiba itu.

“Ih, kak Joe apaan sih!”, jawab Ida dengan wajah terlihat jengah.

“Lho emangnya kenapa? Kamu kan udah SMU, udah gede. Wajar dong kalo aku nanya gitu, ya nggak Karin?!”, desakku sambil minta dukungan Karina.

“He eh. Kanu jawab dong. Aku juga pengen tahu kok siapa pacar kamu.”, dukung Karina. Ida jadi semakin jengah. Kemudian gadis remaja itu menggeleng perlahan.

“Apaan tuh maksugnya? Jangan bilang kamu belum punya pacar.”, tanyaku sambil memasang tampang heran dan tak percaya.

“Memangnya siapa yang mau jadi pacar aku?’, jawab Ida lirih sambil malu-malu. Jawaban khas seorang cewek. Kelihatan seperti merendah, tapi aku tahu kalo sebenarnya Ida juga sadar kalo dirinya itu cantik. Cuma sekarang dia lagi mancing pujian dari orang lain.

“Cowok cowok di sekolah kamu buta semua ya??? Kamu itu cantik banget kali. Cowok manapun pasti pengen punya pacar kayak kamu.”, kataku semakin menggombal.

“Kak Joe bisa aja deh. Masa aku cantik sih?”, jawab Ida sambil berlagak malu-malu kucing.

“Joe nggak bohong kok. Kamu emang cantik. Coba kalo si Joe belum punya pacar, psati sekarang dia udah nembak kamu.”, kata Karina sambil merapat dan merangkulkan tangannya ke bahu Ida. Kayaknya si Karin udah mulai ngebet nih.

“Kak Karin pacarnya kak Joe ya??”, tanya Ida. Karina tersenyum mendengar pertanyaan Ida.

“Aku bukan pacar Joe kok. Kenapa kamu bisa ngira kalo aku pacaran sama Joe?”, jawab Karina.

“Habis Kak Karina dan kak Joe kelihatan mesra banget sih.”, kata Ida.

Karina tersenyum sedikit aneh mendengar komentar Ida.

“Memang walaupun kita nggak pacaran tapi aku sama Joe….”, kata Karina sambil matanya melirik padaku dan jemarinya menggapai sebagai tanda agar aku mendekat. Aku pun mendekat hingga dudukku pun kini merapat ke Farida yang kini jadi seperti terjepit diantara aku dan Karina.

“…sering banget seperti ini….”, kata Karina sambil bibirnya yang indah dan lembut itu mengecup mesra bibirku. Kecupan itu cuma berlangsung sebentar, tapi membuat wajah Farida memerah jengah karena Karina mengecup bibirku tepat di depan wajahnya.

“….atau yang seperti ini.”, sambung Karina. Kali ini tangannya menarik kepalaku mendekat lalu melumat bibirku dengan penuh gairah. Aku pun tak menolak dan membalas ciuman Karina tak kalah panasnya. Ciuman kami begitu panas, lidah kami berdua ikut bermain, membelit bercanda dalam bersatunya bibirku dan Karin.

Aku melirik ke arah Farida. Wajahnya terlihat begitu shock setelah melihat pertunjukkan panas yang kini berlangsung didepan matanya. Gadis yang baru berusia 16 tahun dan masih duduk di bangku kelas 1 SMU itu terlihat begitu jengah dan gelisah, tapi pandangannya tak pernah lepas dari adegan ciumanku dan Karina yang tepat di hadapannya itu. Beberapa saat kemudian, tampaknya Farida sadar kalo aku melirik padanya. Gadis remaja yang cantik itu pun jadi semakin salah tingkah.

“Ehhm…..”, Farida sepertinya ingin bicara tapi bingung dan jengah ihngga akhirnya hanya bisa mengeluarkan gumaman tak jelas. Tapi rupanya suaranya sampai juga ke telinga Karina, dan gadis oriental yang cantik itu pun melepaskan pagutannya di bibirku. Aku menarik wajahku kembali, dan kulihat Karina memandang pada Farida sambil tersenyum menggoda.

Tiba-tiba Farida bangkit berdiri, tapi Karin segera ikut berdiri dan memegangi tangannya.

“Eeeh…, kamu mau kemana?”, tanya Karina.

“Nngg…anu kak mm…aku mau pulang dulu.”, jawab Farida dengan salah tingkah.

“Lho kenapa? Kamu disini aja dulu. Temenin kakak.”, bujuk Karina.

“Mmm… ta.tapi entar aku gangguin waktu kakak sama kak Joe.”

“Kamu nggak ganggu siapa-siapa kok. Kenapa sih emangnya? Ooohh…. masalah ciuman tadi. Itu kan biasa. walaupun aku dan Joe bukan pacar tapi kita emang cukup deket kok.”, kata Karina.

“Tapi kak…”

“Sudah. Duduk lagi sini.”, kata Karina sambil menarik Farida hingga gadis SMU itu pun kembali duduk di sofa ruang tamu itu. Aku duduk agak menjauh agar Farida lebih merasa nyaman.

“Ida…kamu kan udah SMU, udah gede…, kenapa jadi ribut cuma gara-gara ngelihat orang ciuman doang. Kamu sendiri pasti juga pernah ciuman kan.”, suara merdu Karina mencoba membujuk Farida. Gadis itu duduknya kian merapat dengan Farida. Tangan kirinya melingkar di belakang bahu Farida, sedangkan jemari lentik tangan kanannya meremas jemari Farida. Farida hanya bisa diam, dan wajahnya makin memerah.

“Jangan-jangan…..kamu belum pernah ciuman ya???”, kata Karina saat melihat reaksi Farida ysng makin merah wajahnya. Farida sedikit menundukkan mukanya. Kemudian gadis remaja itu perlahan menggelengkan kepalanya.

Wajah Karina semakin berbinar dan senyumnya makin melebar mendengar kepolosan Farida. Jemari tangan kanannya meraih dagu Farida dan sedikit menariknya, membuat wajah Farida yang cantik dan kelihatan malu-malu itu sedikit mendongak dan kedua gadis cantik itu saling bertatapan dalam jarak yang begitu dekat.

“Mmm….kalo begitu…..gimana kalo aku ajarin??”, kata Karina. Suaranya terdengar agak seperti mendesah, mungkin nafsu cewek lesbo itu sudah sampai ke ubun-ubun.

“Ah….nggak kak…aku…mmpphh….”, Farida tak sempat menyelesaikan kata-katanya karena bibir Karina melumat bibir gadis remaja itu dengan tiba-tiba.

Farida mencoba memberontak, tapi tampaknya pengaruh The CLick juga sudah merasuki gadis remaja itu. Buktinya perlawanan Farida terkesan setengah-setengah, dorongannya pun tak begitu kuat. Dan setelah beberapa saat, Farida tampak pasrah dan diam saja. Bahkan perlahan, dengan bimbingan Karina yang mengajarinya lewat praktik langsung, Farida pun mulai bisa membalas ciuman Karina dengan gairah yang tak kalah panasnya.

Aku pun jadi tak tahan dan pengen ikutan. Dudukku kugeser hingga merapat di sebelah Farida. Kini gadis itu terjepit antara aku dan Karina. Tubuh atas Karina setengah menindihnya, menekan Farida pada senderan sofa. Tanganku segera meraih wajah Farida dan menariknya agar menoleh padaku. Tentu saja Karina pun terpaksa melepaskan ciumannya.

Wajah Farida benar-benar cantik. Hidungnya yang mancung dan bentuk bibirnya jelas menampakkan darah timur tengah yang mengalir di darahnya. Matanya yang bening dan polos kini sedikit sayu dan membiaskan gairah birahi yang mulai meracuni gadis remaja yang innocent itu. Nafasnya agak tak beraturan karena Karina melumat bibirnya cukup lama tadi. Aku pun segera mendekatkan wajahku untuk melumat bibirnya yang setengah terbuka begitu menggoda.

“Ida. Kamu cantik banget mmmppp…….”, rayuku sambil langsung melumat bibir Farida yang ngegemesin itu. Farida ternyat tak sungkan lagi sekarang, dan gadis remaja itu pun membalas ciumanku dengan gairah yang sama. Tampaknya gadis Smu ini termasuk gadis yang sepat belajar. Baru sekali diajarin sama Karina tapi Farida sekarang bisa membalas dengan cukup lumayan. Tampaknya teori Learning by doing memang terbukti lebih cepet hasilnya.

Walaupun bibirku sibuk melumat bibir Farida, tapi tanganku pun tak hanya tinggal diam. Jemariku mulai merayap di dada Farida. Waktu pertama kali aku melihat Farida, aku bisa melihat kalo payudara Farida berukuran lumayan besar dibandingkan tubuhnya yang mungil dan tak seberapa tinggi itu. Pandanganku ternyata cukup awas walaupun Farida mengenakan seragam SMU dengan model agak kedodoran seperti seragam SMU Islam pada umumnya. Buktinya jemari tanganku sekarang bisa meremas gundukan payudara yang empuk dan lumayan juga ukurannya walaupun dari balik seragam dan bra yang dikenakan Farida. Untuk bagian dada, ternyata Farida lebih cepat berkembang daripada Dini, adikku, walaupun Dini sedikit lebih tinggi dari Farida.

“Enough Joe. This time. i’ll go first.”, terdengar suara Karina dan kurasakan tangan Karina menarik tubuhku hingga ciumanku dan Farida pun terlepas.

Saat aku menoleh ke arah Karina, ternyata gadis oriental yang cantik itu sudah telanjang dan kini hanya mengenakan thong berwarna putih yang tampak serasi dengan kulitnya yang putih mulus. Aku tak pernah bosan melihat tubuh telanjang Karina. Posturnya yang tinggi ramping dipenuhi lekuk indah yang proporsional. Payudaranya yang berukuran sedang dan serasi dengan tinggi badannya tampak bergoyang lembut saat gadis itu menghampiri Farida yang juga menatap kagum melihat kecantikan dan keindahan tubuh Karina.

“Ihh… kenapa kamu ngelihatin aku kayak gitu sih? Ada yang aneh sama kakak ya?”, tanya Karina pada Ida. Karina jadi malu karena kepergok kalo dia memperhatikan tubuh telanjang Karina.

“Ah…eh..ngg..nggak kok. Nggak ada yang aneh. Eengg…kak Karina cantik banget. Ida pengen deh bisa cantik dan punya tubuh seindah kak Karina.”, puji Farida.

“Hhmm…kamu itu polos banget sih. Kamu sendiri juga udah cantik.”, kata Karina pada Farida. Dengan perlahan, jari telunjuk Karina yang lentik menyusuri hidung Farida yang mancung indah, khas timur tengah.

“Aku pingin banget punya hidung seperti kamu.”, kata Karina sambil telunjuknya terus menelusuri hidung Farida dari atas sampai ke bawah, lalu turun ke bibir Farida yang penuh.

“Dan bibir kamu mmmpppp……….”, Karina segera menggantikan jarinya dengan bibirnya yang mencium bibir Farida dengan penuh gairah. Farida kini tak sungkan membalas ciuman Karina.

Jemari lentik Karina bergerak perlahan diantara seragam Farida. Perlahan namun lincah, jemari itu pun bergerak melepaskan kancing baju seragam putih yang dikenakan Farida, membuat gadis itu bahkan seperti tak sadar kalo perlahan bajunya dilucuti.

Gairah yang bergejolak di seluruh tubuhku membuatku tak sabar, dan aku pun segera melepaskan pakaian yang aku kenakan hingga kini telanjang bulat dan Joe jr. terlihat berdiri dengan gagahnya seakan menantang.

Karina ternyata sangat cekatan. Buktinya saat aku selesai melepaskan pakaianku dan melihat kembali ke arah sofa, seragam putih Farida ternyata sudah terlepas dari tubuh gadis remaja itu. Farida hanya mendesah perlahan sambil memejamkan matanya saat bibir Karina menyusuri leher dan bahunya. Gadis itu mandah saja saat Karina sedikit menarik tubuhnya agar bisa melepas kaitan bra putih yang dikenakannya.

“Wow…..toked kamu bagus banget, Da. Montok, kencang, dan lebih besar dari punya aku. Aku jadi ngiri deh sama kamu.”, puji Karina yang pandangannya tertuju pada bagian dada Farida yang kini terpampang bebas di hadapannya.

Payudara Farida memang indah. Membulat kencang dan dihiasi puting kecoklatan yang mengacung tegak karena gairah. Sebenarnya ukurannya tak terlalu jauh berbeda dengan payudara Karina dan Nina, mungkin hanya sedikit lebih besar. Tapi karena Farida memiliki tubuh yang mungil dan lebih pendek dari Karina maka membuat payudaranya makin nampak montok dan besar.

Ucapan Karina membuat Farida sedikit tersadar, gadis remaja itu pun membuka matanya dan menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya sendiri, mencoba menutupi dua bukit indah itu. Karina bertindak cepat. Tangannya segera menarik tangan Farida ke samping. Perlawanan Farida yang separuh hati membuat usaha Karina berjalan mulus hingga kini aku bisa menikmati pemandangan indah dua bukit ranum itu.

“Hhmm…….kak…..”, Farida mendesah perlahan saat bibir Karina mulai menyusuri tubuhnya dari leher lalu turun ke belahan dadanya. Karina pun lalu melampiaskan nafsunya pada buah dada Farida yang tampak montok itu. Farida pun hanya bisa mendesah sambil memejamkan matanya menikmati cumbuan Karina. Jemari Karina meremas lembut bukit indah gadis SMU itu. Bibirnya pun menyusuri bongkahan indah itu, kadang memberinya gigitan lembut yang membuat Farida memekik kecil. Tapi Karina sengaja membiarkan puting payudara Farida. Gadis itu menggoda Farida dengan lidahnya yang menjilat memutari puting Farida, tapi membiarkan pucak itu tak terjamah. Permainan Karina membuat nafsu birahi Farida makin meningkat dan terkumpul.

“Auggh…kak Karin……sssttttt……”, pekik Farida sambil meliukkan tubuhnya, memajukan dadanya ke depan, saat Karina tiba-tiba saja menghisap kuat putingnya yang sebelah kiri dan jemarinya menarik dan mempermainkan puting Farida yang sebelah kanan. Setelah itu lidah dan bibir Karina terus menyerang kedua puting Farida, sementara kedua tangannya mulai meremas payudara montok gadis yang baru beranjak dewasa itu dengan sedikit agak kasar. Pekik dan desahan Farida bertambah keras dan semakin sering terdengar karena payudaranya yang tenyata begitu senditif terus menjadi bulan-bulanan serangan Karina. Aku melihat adegan panas itu sambil mengocok Joe jr dengan tanganku sendiri.

Aku akhirnya tak tahan untuk ikut mengambil bagian dan segera kembali duduk mengapit tubuh Farida yang masih mendesah sambil memajmkan matanya menikmati saat-saat pertama gadis SMU itu merasakan nikmatnya cumbuan pada tubuh indahnya itu.

“EH, Karin. Gantian dong.”, kataku sambil langsung menyerang payudara Farida yang montok itu dengan lidah, bibir dan jemariku. Karina pun terpaksa mengalah.

Farida meman gmemiliki payudara yang indah dan montok untuk ukuran anak SMU. Tubuhnya yang mungil membuat payudaranya makin nampak montok dan menantang. Jemari tanganku meresapi kekenyalan dan kekencangan payudara gadis remaja yang baru beranjak dewasa itu. Lidah dan bibirku pun tak ketinggalan. Puting Farida yang makin mencuat dan mengeras karena birahi segera kujilat rakus, kadang kuhisap kuat. bahkan sesekali bukit payudara yang montok itu sedikit kugigit perlahan dengan gemas, membuat gadis itu memekik, tapi tak menghentikanku dan terlihat menikmatinya.

Sementara itu Karina tampaknya tak marah saat aku memaksanya meninggalkan cumbuannya pada payudara Farida. Karina malah meneruskan serangannya makin ke bawah. Jemarinya dengan lincah segera melucuti rok abu-abu yang dikenakan Farida. Tanpa waktu lama, aku pun bisa melihat celana dalam putih yang dikenakan Farida sambil terus mempermainkan payudaranya. Aku melihat bulu kemaluan Farida ada sedikit yang tampak keluar dari celana dalam putih yang terlihat mulai lembab itu.

“Hmmm…bulu kemaluan gadis ini pasti lebat.”, pikirku saat melihat hal itu, apalagi aku tadi memperhatikan tangan dan kaki Farida yang berkulit kuning langsat itu juga ditumbuhi bulu-bulu halus yang menggairahkan. Benar saja dugaanku. Saat Karina melepaskan celana dalam Farida segeralah tampak kemaluan gadis remaja itu yang tampak dipenuhi bulu kemaluan yang lumayan lebat untuk ukuran gadis berusia 16 tahun. Tampaknya Farida belum berpengalaman menata rambut kemaluannya agar rapi dan lebih sexy. Aku harus menyuruh Karina mengajari gadis itu kapan-kapan. Walaupun begitu kemaluan Farida masih nampak indah. Garis kemaluannya tampak rapat dan bibir kemaluannya ternyata berbentuk gemuk dan terlihat seperti gundukan kecil. Aku jadi tak sabar ingin merasakan nikmatnya jepitan bibir vagina yang agak tembem itu pada batang kontolku. Pasti rasanya nikmat sekali.

Aku melirik ke arah Karina. Gadis cantik yang pernah menjadi cinta pertamaku itu terlihat memandang ke arah vagina Farida dengan pandangan berbinar. Tampaknya sisi lesbi Karina bukan hanya karena lingkungan dan traumanya dahulu saja, tapi mungkin gadis itu sudah punya bakat lebi dalam dirinya. Sinar matanya yang dipenuhi nafsu birahi saat mengagumi vagina Farida kelihatan lebih bergairah daripada saat Karina melihat Joe jr.

“Wuah…. Ida, memek kamu chubby banget.”, komentar Karina sambil jemarinya mencoba menguak belahan rapat di selangkangan Farida itu. Walaupun bulu kemaluan Farida cukup lebat untuk ukuran gadis berusia 16 tahun, tapi tidak selebat bulu kemaluan wanita dewasa yang tak pernah dicukur. Aku pun masih bisa melihat bagian dalam vagnan Farida yang berwarna merah muda segar saat bibir vaginanya yang agak chubby itu dikuakkan oleh jemari Karina.

Aku melepaskan cumbuanku pada payudara Farida agar gadis SMU itu bisa melihat apa yang dilakukan oleh Karina. Tanganku meraih kaki Farida dan membantu Karina membuka lebar kaki dan paha Farida agar Karina bisa lebih bebas melaksanakan maksudnya. Farida yang merasakan cumbuan pada dadany terhenti dan merasa kedua kakinya dipentangkan, membuka matanya yang terpejam dan melihat ke arah Karina yang berlutut di bawah sofa tepat diantara kedua kakinya.

“Ihh..ap..apa yang kak Karin lakukan? itu kan buat pip..aaaughhh…..”, kata-kata Farida terhenti saat lidah Karina mulai menjilati belahan vagina gadis remaja itu.

“Hhmmm…sshh…aahh…kak…kak Karin….jangan kak aahhhhh…….”, desah Farida yang mulai merasakan lihainya permainan lidah Karina dalam urusan jimek (jilat memek). Aku yakin gadis remaja itu pasti akan segera tenggelam dalam lautan birahi karena cumbuan Karina di vaginanya.

“Sshh… tenang aja, Da. Rileks dan nikmatin aja. Perhatikan apa yang dilakukan Karina. Ini pelajaran buat kamu.”, kataku sambil merangkul bahu Farida agar gadis itu tak memberontak. Tapi tampaknya usahaku terlalu berlebihan karena ternyata Farida sama sekali tak mencoba melawan. Gadis itu mendesah menikmati kenikmatan yang diberikan Karina padanya sambil memperhatikan tindakan Karina dengan pandangan mata agak sayu karena gairah birahi yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

Aku menarik tangan Farida dan membuat jemarinya yang lentik menggenggam kemaluanku yang tegang dan keras. Awalnya Farida tampak kaget melihat Joe jr, yang mungkin adalah kemaluan pria yang pertama yang pernah dilihatnya. Tapi itu hanya sebentar saja karena kemudia Farida tersenyum manis padaku sambil jemarinya yang hangat menggenggam kontolku tanpa ragu. Farida pun kembali memperhatikan perbuatan Karina yang memberikannya kenikmatan hingga gadis itu hanya bisa mendesah nikmat penuh gairah.

“Uughh…yeah…kamu pinter, Da.”, pujiku saat merasakan jemari Farida yang lembut dan hangat mulai bergerak naik turun mengocok kontolku perlahan. Walaupun gadis itu belum berpengalaman tapi insting dan naluri kewanitaannya tampaknya membimbingnya. Tanganku yang merangkul bahu Farida pun turun kebawah, menyelinap diantara ketiaknya, dan meremas payudara Farida dengan lembut, hingga menambah kenikmatan yang dirasakan gadis SMU itu. Sesekali putingnya kupermainkan dengan jepitan jemariku.

“Aaaahh…..ssstt…..kak….”, desah Farida makin kencang dan tubuhnys sedikit menggeliat tak tenang, tapi tak bisa bangkit karena aku dan Karina memegangi kedua kakinya yang mengangkang. Ternyata Karina sudah menemukan klitoris Farida dan menyerangnya habis-habisnya. Lidah Karina seperti bergetar dengan cepat mempermainkan dan menyentil klitoris Farida. Kadang diselingi dengan bibirnya yang menghisap kuat klitoris mungil Farida itu. Hal ini tentu saja membuat Farida yang minim pengalaman segera menjadi kelabakan terbuai kenikmatan yang terus mendera titik-titik sensitif tubuhnya.

Tampaknya Farida benar-benar dibuai kenikmatan yang membuat gadis remaja itu lupa diri. Apalagi Karina sekarang mulai menusukkan satu jarinya keluar masuk dalam liang vagina Farida yang sudah becek oleh cairan kenikmatannya. Karina melakukan hal itu sambil terus menyerang klitoris Farida dengan lidah dan bibirnya. Aku jadi kuatir melihat gaya serangan Karina, hingga aku segera menowel pundak Karina dan mendekatkan bibirku ke telinga Karina.

“Jangan dalem-dalem. Sayang kalo diambil pake jari doang.”, bisikku di telinga Karin. Karin tersenyum padaku sambil mengedipkan matanya tanda mengerti maksudku. Karina pun menjaga agar jemarinya tak menusuk terlalu dalam hingga tak sampai menembus selaput dara Farida. Sebagai gantinya, gadis Chinese itu pun menambah jumlah jarinya. Pertama ditambahnya menjadi dua jari, tapi tak lama kemudian Karina mulai memasukkan 3 jarinya dalam liang vagina Farida walaupun tak menusuk terlalu dalam. Farida tampak sedikit mengernyit saat bibir vaginanya dipaksa merekah lebih dari biasanya. Aku sih malah beranggapan hal itu akan jadi persiapan yang bagus buat Farida agar gadis itu tak kaget saat Joe jr nanti mulai menerobos liang sempit itu.

Dalam permainan Karina yang jauh lebih berpengalaman, Farida pun tak perlu lama menanti datangnya gelombang dashyat yang menerpa tubuhnya. Tangannya yang tak memegang kontolku meraih kepala Karina dan menariknya makin menempel erat ke vaginanya yang berdenyut kencang dan mengirim sinyal-sinyal kenikmatan ke seluruh tubuhnya.

“Aahh…aaghh…..kak….ssttt…AAAAGHHHHH………”, erangan Farida pun ditutup dengan jeritan gadis SMU itu saat tubuh belianya dihempaskan gelombang orgasme yang menerpanya. Tubuh mungilnya bergetar nikmat. Vaginanya menyemburkan cairan kenikmatan yang membanjiri bibir Karina yang masih menempel erat di selangkangannya.

“Hhhhmmpp…..hhmmppp…….”, Karina pun memnggumam tak jelas karena bibirnya tersumpal vagiana Farida yang mengempit kepala Karina dengan kedua pahanya. Tampaknya Karina pun mengalami orgasme dengan bantuan jemarinya sendiri yang sedari tadi sudah mengobok-obok liang vaginanya sendiri. Orgasme Farida yang terbuai permainannya, rupanya menjadi pemacu yang manjur dan membuat gadis cantik berwajah oriental itu ikut orgasme menyusul Farida.

“AAUUGH…..Aduh..duh…duhh….Farida…..ja….jangan ditarik gitu..aduhh……”, aku pun ikutan menjerit bersama kedua gadis cantik yang sedang dalam puncak kenikmatan itu. Bukan karena aku juga ikutan orgasme, tapi karena saat orgasme itu melanda Farida, tanpa sadar tangan gadis SMU itu yang masih menggenggam Joe Jr., tiba-tiba mencengkeram kuat kontolku dan menariknya. Tentu saja aku pun ikutan menjerit. Bukan jerit kenikmatan seperti mereka, melainkan jerit kesakitan. Kontolku terasa ngilu karena cengkeraman tangan Farida yang begitu kuat sambil menarik kontolku.

Aku akhirnya bisa bernafas lega beberapa saat kemudian saat cengkeraman jemari Farida mengendur. Aku pun melepaskan Joe jr dari genggaman jemari Farida dan duduk di sofa sambil mengelus Joe jr yang masih terasa sedikit ngilu. Karina pun juga menarik kepalanya yang tadi terjepit paha Farida. Payudaranya yang indah bergerak naik turun karena nafasnya yang ngos-ngosan. Maklumlah, gadis cantik dengan wajah oriental itu baru saja mengalami orgasme pada saat kekurangan pasokan oksigen karena terjepit di selangkangan Farida. Walaupun begitu, aku bisa melihat Karina yang melirik padaku dengan wajah tersenyum puas sekali.

Sementara itu Farida tergolek lemas di sofa sambil memejamkan matanya. Payudaranya yang montok itu juga bergerak naik turun dan nafasnya terdengar agak berat. Gadis SMU yang mungkin baru saja mengalami kenikmatan orgasme pertama dalam hidupnya itu terlihat lemas, tapi wajahnya yang cantik tampak menyiratkan kepuasan. Karina menatap wajah Farida yang terpejam. Gadis itu pun bangkit dan duduk di samping Farida disisi yang berlawanan denganku. Jemarinya mengelus dahi Farida yang sedikit berkeringat. Kemudian Karina mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Farida dengan lembut. Farida pun membuka matanya dan tersenyum menatap Karina.

“Wow kak Karin. Ngg…itu tadi mm…..itu tadi….”, kata Farida.

“Ssshh….sudah aku tahu kok. Itu tadi namanya orgasme. Tapi kamu suka kan?”, potong Karina. Wajah Farida bersemu merah dan terlihat malu. Tapi kemudian gadis itu pun menganggukkan kepalanya perlahan sambil tersenyum malu. Karina pun balas tersenyum lalu mencium bibir Farida dengan penuh gairah. Farida membalasnya. Gadis SMU itu terlihat sudah tak sungkan lagi berciuman dengan Karina. Tampaknya pengaruh The Click membuat gairah birahi kedua gadis itu belum padam walaupun telah sama-sama orgasme barusan.

“Ehem…ehem…..”, aku berdehem agak keras berusaha menarik perhatian kedua gadis cantik itu. Mereka pun melepaskan ciuman mereka dan melihat padaku.

“Kenapa Joe? Wajah loe kok kayak meringis kesakitan gitu?”, tanya Karina.

“Gara-gara kamu yang bikin Farida sampai begitu intens dapetnya, gue deh yang jadi korban.”, jawabku. Karina terlihat bingung, tak mengerti. Tapi Farida seperti teringat sesuatu.

“Aduh kak Joe. Maafin Ida ya kak. Ida bener bener gak sengaja.”, kata Farida.

“Emangnya si Joe kamu apain?”, tanya Karina.

“Mmm…ta..tadi waktu aku mm…waktu aku orgasme, aku gak sengaja ngeremes itunya kak Joe kuat-kuat.”, jawab Farida. Karina pun tertawa saat menyadari apa yang terjadi denganku. Kemudian gadis cantik itu pun bangkit berdiri dan berjalan kearahku. Karina lalu berlutut diantara kedua kakiku. Aku masih duduk di sofa sambil mengelus Joe jr yang sedikit lemas karena shock yang baru saja dialaminya dengan tanganku dan menatap Karina yang tersenyum menggoda.

“Aduh…kacian……Kayaknya ini perlu terapi khusus deh.”, kata Karina sambil tersenyum nakal. Jemari lentiknya mengambil alih Joe jr. dari tanganku. Perlahan wajah Karina mendekat ke arah Joe jr. Bibirnya mengecup lembut Joe jr. membuatku merasa agak nyaman.

“Uffh…..Karin…”, desisku saat lidah Karina dengan lincah menjilati batang kontolku. Bahkan tanpa ragu, Karina menjepit kontolku diantara bibirnya yang hangat dan lembut. Dengan penuh gairah, Karina pun mengeluarkan segala kemampuannya dalam melakukan oral seks. Tak perlu waktu lama, Joe jr. pun mulai bersemangat lagi dan pulih dari traumanya.

Bonus Bokep Klik TOmbol Di bawah


0 comments:

Post a Comment