Aib Seorang Ustazah
Model : Emily
Namaku fatimah safitri. Berumur 39 tahun. Kehidupanku sangat sederhana. Setiap hari hanya sebagai ibu rumah tangga biasa. Mengurusi rumah dan pastinya seorang suami dan anak tunggal ku satu-satu nya.
Namun aku tetap bersyukur karena suamiku merupakan orang yang alim dan sangat bertanggung jawab tyerhadap keluarga nya. Walaupun suamiku memiliki warisan yang besar tapi ia tidak pernah mengambil nya. Hanya disimpan. Kata nya untuk jaga-jaga kalau memang sudah terdesak. Suamiku bernama Halim Al Fatah ia anak terakhir dari 4 bersauadara. Ketiga saudara tuanya ialah perempuan yang sangat alim persis seperti dirinya.
Sehingga kini aku pun malu jika tidak menggunakan baju syari jika ada acara keluarga. Kini sudah hampir 9 tahun baju-baju yang kukenakan berbahan gamis. Dirumahpun aku memakai jilbab lebar jika teman-teman anakku berkunjung atau juga para tetamu laki-laki yang datang. Sangat jarang kuperlihatkan rambut atau aurat ku di dalam rumah termasuk kepada anak laki-laki ku.
Anak laki-laki ku berumur 17 tahun bernama Nurhadi. Kini ia bersekolah di sekolah SMA negeri. Sudah 1 tahun kami menempati perumahan ini. memang rumah ini hanya disewa selama 2 tahun karena suamiku kini sedang ditempatkan di kota ini. kehidupanku pun hanya banyak berdiam dirumah. Membaca atau menonton film menjadi kegitana ku sehari-hari sehabis berberes rumah.
Semua kegiatan yang kulakukan seorang diri ini lma-lama membuatku bosan juga. Suami dan anakku selalu pulang hampir malam menjelang. Jarang sekali dapat kesempatan untuk mengobrol bersama. Begitu juga tetangga di depan rumah ku dan disamping rumah. Tetanggaku di isi oleh pasangan yang kedua-duanya bekerja. Sehingga otomatis tidak ada di antara mereka yang bermukim kala siang hari.
Sampai suatu hari aku bilang kepada suamiku untuk mengikuti majelis taklim yang diadakan di komplek perumahan kami. Syukur suamiku mengizinkanku untuk mengikuti aktivitas kebajikan itu. ia mahfum kalau aku mesti lah bersosialisasi dilingkungan kami yang baru ini.
Sudah 3 bulan aku mengikuti majelis taklim dan itu membuat diriku tidak lagi suntuk menjalani hari-hari.
Suatu hari, aku pergi ke supermarket untuk membeli baranh-barang keperluan dapur. Ingin sebenarnya berbelanja seperti ini bersama suami terlebih kami jarang mendapat momen berduaan. Kesibukan suamiku selain bekerja ialah sekarang dia mengikuti aktivitas partai politik berbasis agama. Waktu luang nya kini ia curahkan di dalam landasan poltik dirinya.
Ia hanya memberi uang untuk keperluan ku. Hari itu anakku juga ada kegiatan di sekolah. Akhirnya aku pun pergi sendiri ke super market. Aku memakai pakaian longgar dan jilbab lebar. Bagaimanapun aku harus menjaga pandangan laki-laki dari tubuhku.
“Ummi “ tiba-tiba suara memanggil ku dari belakang. Saat menoleh ke belakang hanya ada seorang remaja seusia anakku.
“Kamu manggil saya?” kata ku saat menoleh ke sosok yang kutuju.
“saya Joe Ummi. Kawan sekelas hadi. Bulan kemarin saya pernah mampir kerumah. Makanya saya tahu kalo ummi adalah ibu nya hadi.”
“tapi kenapa kamu manggil saya dengan ummi?”
“ oh itu karena si hadi sering manggil ummi. Jadi saya ikut saja.”
Dalam hatiku kenapa hadi menceritakan diriku didepan teman-temannya. Tapi sebelum selesai aku berpikir.
“Kalau ummi tak berkenan saya panggil ummi sama seperti hadi. Saya panggil ibu atau tante saja. kalau ummi merasa risih.” Kata pemuda ini.
“enggak kok. Cuma ya kaget aja ada yang manggil ummi selain hadi.” Kata ku lagi.
“Jadi boleh saya panggil ummi saja.”
“Boleh, ummi atau ibu itu kan sama arti nya.”
“Terima kasih ummi.”
“Tapi saya kok gak pernah lihat kamu ya.”
“Mungkin waktu itu saya lihat ummi sekilas saja. lagian saya juga baru sekali main kerumah hadi.”
“Oh mungkin juga. Tapi kenapa kamu gak sekolah?”
“Saya telat tadi ummi. Habis begadang nonton bola. Jadi disuruh pulang sama satpam nya. Makanya saya mau belanja-belanja dulu disini.”
“Lain kali kalau malam sekolah jangan lah begadang.” Nasehatku.
“Ia ummi. Saya usahain gak begadang lagi. Ngomong-ngomong ummi sendiri aja ya?” tanya dia balik.
“Ummi sendiri aja. Suami ummi lagi istirahat karena tadi baru pulang pagi.”
“Boleh saya temanin ummi. Ya sekalian bantu-bantu ibu teman. “
Akupun mengizinkan joe untuk menemaniku. Ya setidaknya dapat kawan ngobrol. Entah bagaimana aku merasa senang mengobrol dengan joe. Terlebih saat dia memanggil ku dengan ummi. Senag saja mendengarnya. Selain itu anak ini juga banyak topik-topik pembicaraan. Sepertinya dia tipe anak yang hobi membaca dan mudah bergaul. Tak sadar ternyata troli yang kami gunakan untuk mengelilingi super market ini sudah penuh dengan barang belanjaan ku.
Dari pembicaraan ku dengan Joe baru ku ketahui kalau dia sudah berumur 18 tahun. Ia bilang telat masuk sekolah waktu kecil.
Penampilan Joe sangat rapi Dan sekilas dia memang anak yang cukup tampan. Walau maaf kulitnya sedikit hitam Dan rambutnya keriting. Namun Tampak ia sosok yang baik Dan sopan.
Saat sedang ingin membayar barulah aku tersadar. Ternyata aku salah membawa tas. Tas yang ku bawa tidak ada uang yang tadi pagi suami ku kasih. Tas ini tas yang selalu kubawa saat pengajian. Makanya uang nya pun tidak ada yang nominal besar.
“Kenapa ummi?” tanya joe saat melihat ku kebingungan.
“Ummi salah bawa tas. Uang ummi di tas lain.”
“Ya udah pakai uang saya aja dulu. Berapa mbak semua?” sambil ia kasih kartu kreditnya kepada kasir.
“Pakai kartu kredit?” tanyaku.
“Ia ummi. Papa yang kasih saya kartu kredit. Biar saya gak cemas kalau mau beli sesuatu.”
“Tapi nanti papa kamu marah kamu belanja sebanyak ini. apa lagi ini alat-alat dapur yang banyak. Gimana nanti jelasin ke papa mu?” tanyaku yang gak enak.
“Santai ummi. Papa itu gak pernah nanya kemana uang nya digunakan.”
“Aku hanya terdiam dan tak tau harus bagaimana menanggapi si joe lagi.
Setelah menyelesaikan transaksi.
“Ummi bawa barang banyak gini pake apa?”
“Ummi mau pesan Taksi Online aja Joe.”
“Keberatan kalau saya antar ummi sama belanjaan ummi sekalian. Soalnya saya bawa mobil.”
“Aduh ngerepotin kamu aja ummi.”
“Ya santai aja ummi. Lagian juga kan arah rumah kita searah.”
“Baiklah kalau gitu. Sekalian nanti dirumah ummi juga ganti uang kamu ini.’
“Oke ummi.”
Akhirnya kami sampai dirumah. Joe membantu ku menurunkan barang-barang belanjaan ku.
“Boleh bantu ummi bawa masuk belanjaan nya Joe”
“Dengan senang hati ummi.” Senyumnya kepadaku.
Aku tidak mengetahui bahwa suamiku tidak berada dirumah. Sebab mobil yang dia gunakan terparkir di halaman parkir rumah. Joe akhirnya mengangkat satu per satu belanjaan tersebut. ia memang kuarahkan langsung menuju dapur. Biar nanti aku yang membereskan nya. Sementara itu aku masuk ke kamar untuk melihat suamiku. Bagaimanapun joe bukanlah mahram bagi diriku. Namun saat ke kamar kulihat suamiku tidak ada di ranjang begitu juga saat aku melihat ke kamar mandi. Tak ada seorangpun yang ada dirumah ini.
Sebuah pesan singkat masuk di hp ku. Ternyata suamiku baru saja pergi keluar bersama kawan-kawan partai nya. Aku masih terduduk di ranjang kamar. Barulah sekejap aku tersadar masih ada lagi orang didalam rumah. Orang itu tak lain ialah joe.
“Maaf joe. Ummi buat kan minum dulu ya.”
“Ia ummi gak usah repot-repot.”
“Tak apa. Ini kan juga terima kasih ummi udah dibantuin.”
Kuhidangkan air teh untuk joe dan diriku. Tanpa sadar kini kami mulai kembali berbincang-bincang. Sebenarnya ini hal yang salah karenaa diriku sedang berduaan tanpa seorang pun mahram. Terlebih joe juga bukan seorang mahram ku.
Tapi entah kenapa pembawaan joe yang gampang membawa bahan obrolan membuat ku tak bosan menaggapinya. Lagian tak mungkin juga anak seumur joe tertarik dengan wanita tua sepertiku.
Hampir sejam aku dan joe berbincang. Dalam keadaan berbincang itu sekali aku pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil. Tapi saat kembali dari kamar mandi dan meminum air teh ku lagi. Aku merasakan bahwa kini aku sedikit pusing.
“Ummi gak apa-apa?” tanya joe yang melihat ku mulai merasa berbeda saat mengobrol.
“Ntah joe. Ummi merasa pusing.” Sambil menguruturut kepala ku yang masih tertutup jilbab lebar.
“Apa ummi capek. Ummi istirahat aja dulu. Saya bantu ya bawa ummi ke kamar. Baru saya pulang.” Sambil joe mulai menghampiri diriku. Kini ia mememagang bahu ku untuk memamapah ku kedalam kamar.
Karena kepalaku yang pusing. Aku tak dapat lagi menolak saat anak itu mulai mengangkat badan ku dari kursi. Aku memegang erat punggumh dan lengan joe. Lengan yang cukup berotot untuk anak seusianya. Lalu aku dibaringkan diatas ranjangku. Aku melirik kearah joe yang berada disampingku. Samar kulihat dia dan akhirnya mataku terpejam sehingga aku lupa apa yang terjadi selanjutnya.
****************************************************************************************
Aku terbangun saat suamiku membangunkanku. Dia melihat ku heran karena tidur dengan baju gamis yang masih terpasang dan jilbab lebar yang tak dilepas. Sedikit heran juga saat melihat seprai di ranjang sedikit acak-acakan. Karena sejujurnya aku bukan tipe orang yang tidur lasak.
Aku kemudian beralasan bahwa diriku kecapekan sehabis berbelanja tadi. suamiku pun percaya apa yang kukatakan. Padahal sampai saat ini aku masih tak ingat pa yang terjadi sebenarnya. Lalu kulihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 6 sore. Ternyata lama juga aku tertidur. Tapi saat bangun aku merasa tubuhku letih. Tapi aku lalu mengambil handuk dan mandi membersihkan tubuhku. Aku mencoba melupakan kejadian pagi atau siang hari itu.
Lama sudah kejadian saat aku berjumpa dengan joe dan aku juga tidak mau mengingat kembali. Sampai suatu hari hadi datang bersama kawan nya. Terkejut aku melihat kawan yang dibawa hadi adalah joe. Tapi saat mereka datang sudah siang hari. Maka sekalian ku ajak joe makan bersama aku dan Hadi.
Kami mengobrol seperti biasa. Tapi hari itu joe memanggi diriku dengan panggilan ibu bukan ummi seperti saat ia bertem dengan ku waktu di supermarket. Aku merasa dia segan memanggil ummi didepan hadi. Aku pun memaklumi dirinya.
Setelah menghabiskan makan siang. Hadi dan joe masuk ke kamar hadi. Mereka bilang sedang mengerjakan tugas sekolah. Aku lalu membereskan meja makan dan membersihkan piring di dapur. Namun saat hendak menghidupkan keran. Tampak joe berada disamping dispenser dan meminum air.
Aku kembali melanjutkan cucian piring yang baru kumulai. Sampai tiba-tiba.
“Kepala ummi pusing lagi.” Tanya dirinya kepadaku.
“Udah enggak pusing kok joe. Maaf kalau kemarin ummi ngerepotin joe.”
“Enggak ngerepotin kok ummi. Malah joe seneng.” Sambil sedikit tersenyum kepadaku.
"Oh ia. Ummi baru ingat ada hutang sama kamu ya.”
"Gak usah dibayar juga gak apa-apa ummi."
"Gak boleh gitu lah. Hutang wajib dibayar."
"Gak apa ummi. ummi kan udah bayar pas kemarin itu."
"Maksud kamu?"
"Waktu ummi pusing kemarin. Ummi udah bayar. Hehehehe"
"Loh. Mana bener ini. tadi kamu bilang ummi gak usah bayar sekarang kamu bilang ummi udah bayar.” Membuatku semakin bingung.
"Soalnya ummi bayar gak pake cara lain” Sambil ia mendekati diriku.
"Cara lain?” tanyaku sambil menoleh kebelakang yang saat ini diri si joe sudah hampir mendekati diriku.
Aku lalu meletakkan piring dan membasuh tangan ku. Kini kami berhadap-hadapan. Joe memang lebih tinggi daripada diriku. Aku memandang kepalanya yang diatas kepalaku saat berdiri.
Ia kini mengeluarkan hp nya. Sambil membuka folder dan sebuah video yang tinggal di klik. Hatiku berdebar.
"Apa maksud anak ini?"
"Ini ummi pegang hp nya. Terus ummi lihat video itu."
"Sebelum ummi tekan play. Saya mau kasih tau kalau video ini udah di back up. Jadi percuma ummi menghapus video ini.” sambil tersenyum dan menjauhi diriku. Ia berjalan mundur.
"Video apa ini Joe?" Aku mulai ragu.
"Tekan aja ummi. saya tunggu di depan. Jangan panik kalau gak mau bocor rahasia ini.” ia lalu pergi meninggalkan diriku di dapur.
Perasanku tak menentu. Tapi akhirnya aku tonton video di hp itu. sekejap aku menutup mulutku. Diriku terperanjat menyaksikan video di hp itu. tampak diriku sedang berbaring dengan gamis dan jilbab ku tempo hari.
Aku hampir menjerit saat video berjalan. Joe merekam setiap tubuh ku dari atas sampai bawah dengan sangat rinci. Terlebih wajah dan payudaraku direkam dengan sangat intens. Nyaris ku banting hp itu. kini video itu menggambarkan diriku tengah dibelai oleh joe. Tampak tangan joe mulai menaiikan gamis bagian bawah tubuhku. Tampak kini cd berwarna merah krim. Tangan nya juga meraba-raba paha putih ku. Lalu tangan pemuda itu masuk kedalam cd ku.
Lalu aksi joe semakin liar. Kini kamera hp itu diletakkannya di pinngir ranjang. Kini terlihat jelas seluruh badan joe dan diriku dalam kamar tidur ku. Kini ia lebih leluasa meraba bahkan mulutku pun mulai dia ciumi.
Air mata ku menetes saat joe sekarang memasukkan penis nya ke dalam vagina ku. Aku meras terhina saat ini. bagaimanapun aku tak sadar atas apa yang menimpa tubuhku. Tapi yang aneh saat kulihat tubuhku seperti memberi respon saat joe menyetubuhi diriku. Seolah-olah diriku juga menikmati perlakuan pemuda tersebut.
Video berdurasi 15 menit itu berakhir saat joe melepaskan spermana nya kedalam vaginaku. Tampak tubuhnya bergetar hebat saat sperma itu keluar dari sarangnya. Seteklah selesai ia kemudian merapikan gamis ku kembali.
Kini aku sadar apa yang terjadi waktu itu. bagaimana aku bisa letih dan celah vaginaku terasa sedikit nyeri. Ternyata kesalahan ku membiarkan seorang laki-laki yang bukan mahram bersama didalam rumah saat tidak ada seorang mahram yang menemaniku.
Aku mencoba untuk tegar. Bagaimanapun aku juga punya andil dalam kekhilafan ini. aku harus menyelesaikan ini dengan joe. Kuhapus air mata ku dan kemudian aku berjalan menuju ruang tamu.
"Joe. Ikut ummi ke kamar. Kita bicarakan ini. “ aku mencoba berkata tegas.
"Langsung ngamar aja ummi.” ucapnya santai sambil ia memeluk pinggangku.
Aku menepis tangan pemuda ini.
Jangan pikir macam-macam. Saya ajak ngobrol kedalam kamar supaya hadi tak tau semua ini.
"Santai ummi. kita mau ngobrol apa sekarang. Hehehe"
"Berapa orang yang udah melihat video ini.'
"Untuk sekarang baru aku dan ummi. besok tak tau siapa lagi. Hehehe"
"Apa yang kamu inginkan sebenarnya?” aku mulai menangis.
"Belum tau ummi. tapi kalau disebar di internet bakalan trending video kita. Seorang pemuda dan ummahat berjilbab istri anggota partai sedang berzina.heheheh"
"Joe.” Aku sedikit membentaknya. Tapi aku tidak meninggikan suara takut anak ku mendengar teriakan ku.
Aku sudah tak dapat lagi berpikir. Hanya airmata yang kembali mengalir deras. Entah bagaimana masalah ini akan berakhir. Mau ku bungkam joe dengan duit dia sendiri adalah anak orang kaya sampai-sampai barang belanjaku pun dia bayar. Aku pun menangis terisak-isak. Kini aku terduduk di ranjang ku. Sementara joe mendekati diriku dan berjongkok memandangiku.
"Santai ummi. ada caranya kok biar video ini gak kesebar."
Terlintas dipikiranku untuk melaporkan kepada pollisi. Tapi yang kutau hukum dinegara ini masih mendiskriminasi korban pelcehan dan perkosaan terlebih ia adalah perempuan belum lagi joe yang anak orang kaya pasti lah para polisi itu lebih memihak kepada dirinya.
Aku hanya menangis. Ketika menangis itu joe sudahlah duduk disampingku.
Tangannya kurasakan meraba punggungku. Aku hanya memakai gamis tipis itu merasakan tangan pemuda ini menjamahi stiap lekuk tubuhku. Payudaraku pun tak lepas ia jamah dan ia remas dengan lembut. Aku bagaikan patung. Terdiam tanpa tau harus berbuat apa.
Kini lidahnya mulai bergerak kearah leher ku yang masih tertutup jilbab. Ia menjilati nya di luar jilbab. Ada rasa aneh yang menjalari diriku. Ia juga membelai kepalaku dengan tangannya.
"Buka mata ummi.” joe berbicara lembut.
Aku pun membuka mataku perlahan-lahan. Joe lalu mengusap air mata yang berlinang di pipiku.
"Maafkan saya ummi.” kata nya
"Joe jangan lakukan ini kepada ummi.” aku mencoba merayunya.
"Tapi sejak pertama berjumpa. Joe udah jatuh hati sama ummi.” ia membelai lembut wajahku.
"Ummi ini istri orang. Ibu teman mu joe. Cari wanita lain. Biar lah kejadian kemarin kita lupakan. Ummi mohon joe.”
Tapi bukan jawaban yang kudapat dari joe.
"Cuuupppppp...” sebuah ciuman mendarat di bibirku.
No comments for "Aib Seorang Ustazah "
Post a Comment