KISAH SI GENDUT part 5

 

Pagi hari itu masih gelap tetapi aku sudah memacu motorku cukup kencang karena mendapatkan firasat buruk tentang Zahra. Aku tidak membalas pesannya yang ia kirim kemarin malam dan ia tidak segera membalas pesanku.

Sesampainya aku di kosan Zahra, aku kaget karena pintu kosan Zahra yang terbuka karena hari ini masih cukup pagi untuk seorang mahasiswa yang ingin memulai aktivitasnya. Aku nyelonong masuk saja dan langsung menutup pintu. Aku melihat pintu kamar Zahra yang masih tertutup dan mencoba untuk membukanya tetapi sepertinya kamarnya dikunci dari dalam. Aku mencoba beberapa kali menelpon Zahra tapi tidak diangkat. aku tidak bisa mengintip lewat jendela karena memang ditutup menggunakan gorden oleh Zahra. Aku yang masih panik, dikagetkan oleh perempuan separuh baya yang tbtb berada di belakangku.

“ooh, dik Faza ternyata, ibu kira siapa. Ngapain dik pagi-pagi udah nyari Zahra?” tanya wanita dengan heran.

“oohh ibu Nia, hehe. Iya bu maaf saya main masuk saja, soalnya tadi saya lihat pintunya sudah terbuka” jawabku dengan cukup lega karena ada ibu kosnya Zahra.

“hah terbuka bagaimana dik?” ibu drtd di dapur dan tidak mendengar apapun sampai kamu datang” jawabnya yang makin membuatku khawatir.

“iya bu makanya saya juga bingung, ditambah lagi saya khawatir sama Zahra soalnya dia belum bales pesanku sejak tadi malam bu, dan dia sekarang belum bangun. Biasanya dia yang bangunin saya bu jam segini hehe” kataku sedikit berbohong

“waduh ada angin mungkin dik, oke oke gini aja saya kasih kunci cadangan kamar Zahra saja ya” katanya sedikit membuatku lega karena itulah tujuanku sebenernya.

“baik bu terimakasih” jawabku.

Ia langsung berlalu dari pandanganku menuju kamarnya dan mengambil kunci cadangan kamar Zahra tidak lama setelahnya.

Aku langsung membuka pintu kamar Zahra dan melihat Zahra masih tertidur dengan posisi badan meringkuk. Aku sedikit lega karena firasat burukku tidak terbukti. Aku mengembalikan kunci cadangan ke ibukosnya dan masuk serta menutup pintu kamar Zahra. Awalnya aku tidak tega membangunkan Zahra yang masih tertidur pulas, tapi hari sudah menjelang pagi dan aku yakin ia belum melaksanakan ibadahnya.

“Zah bangun zah” kataku sambil menggerak-gerakan badannya.

“eeemmmmmmmm” rintih Zahra yang mulai membuka matanya yang bengkak.

Aku baru sadar mata Zahra bengkak saat ia bangun.

“zah kamu kenapa? Nangis kenapa kamu?” tanyaku yang langung mendapat pelukan Zahra.

Cukup lama Zahra memelukku dan tidak mengeluarkan satu kata pun. Aku yang bingung, hanya membalas pelukannya dan mengusap kepalanya.

“kenapa zaaahh” tanyaku yang kembali ia tidak jawab.

Akhirnya Zahra melepaskan pelukannya tapi masih belum ngmong apa-apa. Ia langsung menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan wudhu, ia lalu melaksanakan ibadahnya. Aku yang masih bingung, hanya melihatnya saja sampai ia selesai.

“zaa, udah sholat kan?” tanyanya yang akhirnya membuka suara juga.

“iya udah, kamu kenapa zah matanya kayak gitu?”
“hhhhhh” ia hanya menghela napasnya sambil melepas mukena dan menghampiriku. “kamu kemana aja semalem?” tanyanya singkat padat dan jelas.

“emmmm aku keeeee emmm Venus Mall hehe” jawabku ragu-ragu

“sama siapa? Katanya dengan nada sedikit tinggi.

“samaaaaaaaaa Hani ._.” kataku dengan ragu-ragu. Aku takut kalo dia marah.

Sebenernya ngapain juga aku takut jalan sama siapa toh juga Zahra bukan siapa-siapa aku. Tapi tak tahu kenapa, raut muka Zahra menunjukan dia marah kepadaku sehingga aku takut dalam menjawab semua pertanyaannya.

Zahra hanya memandangiku dengan tajam yang makin membuatku takut. Lidahku benar-benar kelu saat ini. Aku tidak bisa berkata apa-apa sekarang karena melihat Zahra yang seperti itu.

“za, aku udah tau kamu pergi sama Hani semalem, karena Wahyu mengirimiku gambar kamu sama Hani di mall itu” katanya yang membuatku sedikit tersenyum. “aku juga tau kemarin kamu gendong winda kan sampai kosannya setelah kamu garap dia?” lanjutnya yang membuatku kaget kali ini.

“eemmmm yaaaa terus kenapa Zah?” tanyaku dengan sedikit terbata-bata karena aku belum tau hubungan pertanyaannya dengan sikapnya sekarang kepadaku.

“aku tidak marah kok Za haha, tapi kamu jangan ya mainin perasaan cewek seenaknya. Ini masih aku loh. Kalo winda tau kamu jalan sama hani, atau hani tau kalo kamu gendong Winda, bakalan jadi apa mereka” katanya yang cukup membuatku tertegun. “kasian zaaa” lanjutnya lagi sambil meneteskan air mata.

Aku yang melihatnya meneteskan air mata langsung mencari tisu untuk mengusap air matanya. Ia langsung mengambil tisu yang niatnya mau aku usapkan ke matanya. Aku berniat memeluk Zahra tapi ditahan olehnya.

“Zaa, udah yaa jangan kayak gini lagi, kasian kamu. Udah ngurusin Hani sama Winda kalo ditambah sama ngurusin aku nanti bingung. Yang ada malah nanti kamu nyari cewek lain” katanya dan air matanya makin banyak keluarnya.

“maksudnya Zah?” tanyaku karena tidak paham dengan pernyataannya.

“aaaaahhh cowok emang gapeka. Yaudah intinya kamu gausah perhatiin aku lagi, gausah main-main kesini lagi, gausah ngirim-ngirim aku pesan lagi. UDAH SEMUANYA GAUSAH LAGI” akhirnya pecah juga tangisannya.

Perkataannya cukup menohok hatiku. Aku langsung saja memeluknya walaupun ia meronta-ronta ingin melapasnya.

“zaaaaa lepasssinnn, udah ngapain si kamu, pergi sanaaa huhuhu”

Aku tidak peduli dengan pernyataannya dan tetap memeluknya dengan erat.

“Zaah, maafin aku ya. Iya aku udah gaakan kayak gini lagi ke kamu dan ini yang terakhir” kataku sambil mencium bibirnya dengan sangat lembut.

Cukup lama kami berciuman seperti itu karena Zahra tidak protes karena kucium. Selesai mencium bibirnya, aku mencium keningnya seraya pamit pulang ke Zahra.

“yaudah aku pulang ya Zah, maafin aku, aku janji itu tadi yang terakhir, tapi kalo ada apa-apa jangan segan buat minta bantuan aku ya” kataku sambil mencium keningnya lagi.

Zahra diam saja sambil menahan tangisannya. Akhirnya aku keluar dari kosan Zahra dan langsung memacu motorku ke kosan.

=======########=======​

Kuliah pada hari ini dimulai pukul 10. Aku sekarang sedang bersiap-siap untuk mandi. Aku dikagetkan oleh Tama yang tbtb masuk ke kamarku

“Zaa, gile lu ye emang hahaha, kok lu bisa tau sih kalo si Wahyu gaakan nginep di kosan Tia, soalnya setelah gue tanya-tanya temen kosan Tia, katanya emang si Wahyu sering nginep di kosan Tia” tanyanya penasaran

“ya taulaah hahaha, kan gue yang ngasih tugas ke dia dan emang tugasnya agak banyak dan gue minta buat hari senin dikumpulin” jelasku

“tugas apaan?”

“wawancara” jawabku singkat

“oooooohhhh” katanya mengerti. “tapi kok lu tau kalo dia bakal ke mall dan ketemu lu?”

“sebenrnya gue gatau hahaha, gue nebak aja” jawabku sekenanya. “makanya gue minta lu buat ngawasin kosannya Tia kan.. dan sebenernya tadi malem adalah kesempatan satu-satunya buat ngelakuin rencana gue. Eeh tau-taunya dia beneran pergi makanya rencanya kita lancar. Kalo misal mereka tadi malem ga pergi, rencana kita gaakan jalan” jelasku

“oohh gitu, gue kira lu udah tau semuanya, kampret emang. HOKI lu hahaha” katanya seraya menjitak kepalaku.

“Aduuhhh sakit bego hahaa, ELO KALI YANG HOKI HAHAHA, pasti lu ngentotin Tia kan hahaha” kataku

“ya jelaslaah yakali engga hahaha, kemarin juga gue ajak Dimas buat jaga-jaga kalo wahyu ternyata nginep di kosan Tia”

“wedew, gila juga hahaha, yaudah sekarang mana barang yang gue minta?” tanyaku

“masih di Dimas hahaha, kasian dia baru pertama kali. Semalem aja dia paling cepet keluarnya, makanya gue kasih ke dia dulu buat latihan biar ga cepet-cepet amat keluarnya” jelasnya
“oohh oke dehh, oiya video itu jangan sampe bocor pokonya, kalo sampe bocor gue gatanggung” kataku cukup tegas.

“iyaa Za, tenang. Udah gue simpen kemarin sama dimas di flesdis” jelasnya

“oke deh, yaudah gue mandi dulu”. “oiya Tam gue mau minta tolong lagi nih, tolong awasin Wahyu yaa, gue curiga, dia ngirim foto gue sama Hani kemarin ke Zahra” lanjutku

“eh serius lu, mau ngapain dia sama Zahra?”

“ya mana gue tau, gue yakin wahyu tuh psikopat men makanya gue takut Zahra diapa-apain sama wahyu”

“halah gaya luu zaa hahaah, yaudah tenang aja gue jagain. Tapi nanti gue minta jatah yak ke Zahra hahaha”

“kalo dia mau ya ambil aja haha, gue abis berantem nih sama Zahra tadi pagi, gue bingung sama cewek haha”

“sabar broo makanya kalo main cewek tuh satu ajaaa, lu juga sihh langsung tiga hahaha” katanya meledekku

“tai lu aah hahaha, yaudah gue mandi dulu”

“okeee”

Setelah perbincangan dengan Tama, aku mandi dengan pikiran yang masih tidak enak tentang Zahra. Sejujurnya aku bingung apa maksud Zahra ngomong kayak gitu tadi, padahal kan kita emang gaada apa-apa, pacaran aja cuman pura-pura. Aku mandi cukup lama karena terlalu memikirkan semua kemungkinan bahwa Wahyu akan melakukan sesuatu ke Zahra. Selese mandi aku langsung memakai pakaian dan langsung menuju kampus untuk kuliah tanpa menjemput Zahra lagi.

Di kampus

Aku memakirkan motorku di salah satu sudut parkiran kampus karena aku tau aku akan pulang pada malam hari. Aku berjalan menuju kelas dan melihat Wahyu dengan Tia sedang asik sekali berbincang di depanku.

“oyy yu, oyy ti” sapaku singkat. “yu gimana tugas? Udah sampe mana?” lanjutku.

“aduuhh selow zaa selow aku kerjain kokk, gausah tanya-tanya terus tiap kita ketemu haha” jawabnya sambil kulihat ia tersenyum sinis sesaat.

“okedeh sorry yak haha, soalnya gue ada urusan sama dosen itu makanya pengen cepet-cepet selese” jawabku menjelaskan alasannya.

“iya zaa tadi malem udah aku edit rekamannya, tinggal bikin laporannya”

“okedeh sip, berarti besok bisa kelar dong?” kataku sedikit memaksa.

“waahh sulit, nanti malam aku ada urusan hehe” katanya yang membuatku curiga.

Aku sempat melihat reaksi Tia yang bingung saat wahyu mengatakan hal itu. Hal ini membuatku lebih curiga bahwa wahyu akan melakukan sesuatu nanti malam.

“ohh yaudah dehh, yang penting senin yak hahaha”

“iyaa zaa iyaaa” jawabnya sedikit jengkel.

Aku melanjutkan perjalanan ke ruang kelas dan masuk kedalam kelas. Aku menyapukan mataku untuk mencari Tama dan Dimas di kelas itu. Setelah kulihat mereka berdua aku langsung menuju mereka dan duduk di sebelah mereka. Aku sempat melihat Hani dan Winda sama-sama melambaikan tangannya kepadaku dan menyuruhku untuk duduk disebelahnya, namun aku menolak karena ada hal yang lebih penting daripada duduk di sebelah mereka. Setelah duduk, aku melihat Zahra masuk ke ruang kelas dan duduk didekat Winda dan Hani, lalu aku melihat wahyu masuk dan duduk persis dibelakang Zahra. Sepertinya wahyu kaget karena aku tidak duduk di sebelah Zahra terlihat dari raut wajahnya.

“Tam, tolong awasin Wahyu yaa, gue curiga nih, tadi dia bilang kalo ada urusan malem ini tapi si Tia gatau”. Kataku kepada Tama. “dan Dim tolong jagain Zahra yaa, kalo ada apa-apa sama Zahra lu kasih tau gue” lanjutku ke Dimas.

“oke za tenang ajaa” jawab mereka serempak.

“mana videonya gue pengen liat nih hahaha”

“nihh zaa enjoy hahaha”

Dosenpun masuk ke ruang kelas menandakan kuliah segera dimulai.

=======########=======

Siang itu cukup panas menyebabkan kuliah kurang kondusif karena banyak mahasiswanya yang mengipas-kipaskan diri. Hembusan angin dari 3 AC pun tidak memberikan efek nyata terhadap penurunan suhu di ruang kelas itu. Kuliah pun di cukupkan lebih cepat dari biasanya oleh dosen karena beliau menilai kami sudah tidak bisa menangkap apa-apa dari materi yang dipaparkan. Selesai kuliah, aku langsung menuju ke bagian belakang kampusku karena ada TM untuk penerimaan anggota baru salah satu organisasi tingkat fakultas yang ada di kampusku. Penerimaan akan dilaksanakan pada malam harinya di salah satu ruang kelas di kampusku. Aku melihat Tia mengikuti TM itu dan aku memutuskan untuk duduk disebelahnya.

“eh ti, kamu ikut ini juga?” sapaku ke Tia

“eh za, iya nihh hehehe. Kamu juga ya ternyata” jawabnya sambil tersenyum

“iyanih, aku jadi inget jaman-jaman ospek deh hahaha” kataku

“eh iya yaa, aku sering nyender nih disini dulu hehehe, malu aku kalo inget-inget” katanya sambil menunjuk pundakku.

“kok malu? Kenapa deh haha, sekarang kalo kamu mau juga gapapa kok” kataku sambil modus (haha).

“yak an kamu sama Zahra sekarang, beda lahh haha, dulu kan aku sama Zahra gantian hahaha, sekarang mah mana bisa gantian, udah buat Zahra semua jatahnya”

“gak juga ahh hahaha, kalo kamu mau juga gapapa kok sekarang, gaada Zahra ini sekarang hehehe” kataku sambil ngarep.

Hal yang kuharapkan terjadi, ia lalu menyenderkan kepalanya ke pundakku dan kulihat ada butir-butir air mata disitu.

“ehh kenapa Ti, kok nangis?”

“Wahyu zaaa, si wahyu yang akhir-akhir ini aku gatau apa yang ada dipikirannya, kayak ada seseorang yang ada dipikirannya tapi bukan aku huhuhu” katanya. “padahal aku udah kasih semuanya ke dia bahkan kegadisanku juga sudah kuberikan ke dia, tapi dia sekarang malah kayak gitu. Padahal kita gak berantem, gak kenapa-napa, tbtb kayak gitu dia huhuhu, ditambah lagi aku gatau nanti malem dia bakal ngapain huhuhu” lanjutnya menjelaskan

“masa sihh? Tapi tadi kalian seru-seru aja ngobrolnya. Maaf ya ti, mungkin si wahyu tuh kepikiran sama tugas yang aku kasih, soalnya emang banyak sih tugasnya” kataku seraya mengusap kepalanya.

“iya tadi sih seru karena emang kita ngobrolin baju yg aku beli semalem hehehe” katanya. “Bukan za, pasti bukan tugas, tatapannya ke aku tuh udah beda, gak kayak pas awal-awal dia ngedeketin aku, aku tau dia gabisa ngomong lancar ke perempuan, dan kuakui saat itu dia gak banget saat ngedeketin aku. Tapi dari pandangannya, aku luluh, pandangannya seolah bahwa dia bakal ngelakuin apa aja ke aku asal aku seneng” jelasnya sambil menggeser tubuhnya agar lebih nyaman menyender.

Aku tertegun karena perkataan Tia tentang Wahyu dan ini menguatkan kecurigaanku bahwa Wahyu akan melakukan sesuatu ke Zahra.

“kamu sama Zahra gimana za?”

“ahh gak gimana-mana. Aku habis berantem sama Zahra dan putus” kataku yang meng-analogi-kan bahwa aku putus dengan Zahra karena kejadian tadi pagi.

“LOH? Serius za? Kenapa bisa putus? Padahal aku sering liat kalian tuh mesra banget dimana-mana.” Katanya sambil mengangkat kepalanya dari pundakku.

“dia dapet laporan dari temennya kalo aku jalan sama Hani, padahal semalem itu aku sama Hani cuman kebetulan aja ketemu di mall dia lagi nyari jilbab, aku lagi nyari tas dan kami cuman pulang bareng udah gitu doang. Tp pas kujelasin kayak gitu dia makin marah dan bilang kalo mau putus sama aku. Aku gabisa apa-apa Ti hahaha dia udah marah banget yaudah lah, nanti kalo udah gak marah aku mau minta balikkan hahaha” aku menjelaskan.

“oohh iyaaa aku semalem liat kamu sama cewek hahah, ku kira itu Zahra loh soalnya kemarin gelap aku liatnya agak rabun” katanya. “yaudah za gapapa, aku juga pasti kalo liat wahyu boncengan sama cewek lain juga bakal marah. Tapi, kalo nanti si Zahra udah tenang, kamu pepet aja lagi pasti luluh kok hehehe” lanjutnya yang menandakan berakhrinya acara TM.

Aku kaget acaranya sudah selesai dan aku tidak tau apa-apa saja yang bakal dilakukan nanti malam (ini bego sih). Akhirnya aku meminta temen sekelasku untuk catetannya disalin olehku. Aku siap untuk malam ini (hahaha).

“dim Zahra dimana?” tanyaku pada dimas lewat pesan. Ia langsung membalas “lagi dijalan pulang ke kosannya, gue ikutin dia sambil jalan juga nih haha”

“oke makasih dim, jagain terus yaa. Gue bilang ke Tama buat nemenin lu jagain di kosan Zahra”

“tam ke kosan Zahra sekarang, jagain sampe malem yaa hehe. Sorry lohh hahaha” pesanku pada Tama.

“oke za, gue lagi ngobrol sama winda nih hahahaha” jawabnya cukup cepat

“JANGAN LU APA-APAIN” kataku di pesan karena kesal.

“iye iye hahaha sante broo, gue udah punya kokk, si body montok Mba Nayla” jawabnya yang membuatku kaget.

=======########=======​

“kampret si Tama sama Dimas, ngapain sih nongkrong disitu terus daritadi” gerutu Wahyu karena melihat Tama dan Dimas yang dekat dengan kosan Zahra.

Wahyu sedang duduk di sebuah warung makan berbeda dengan Tama dan Dimas yang ada di dekat kosan Zahra. Ia menunggu saja hingga malam, namun Tama dan Dimas tidak kunjung beranjak dari tempatnya.

“bang, ngapain dimari mulu. Kalo mesen makan sih gapapa bang, kalo cuman nongkrong doang mah mending abang pergi aja, ngurangin kursi aja. Biasanya bakal ada rombongan jam segini” kata mang-mang warung makan itu.

“iye bang, saya lagi nunggu orang tapi gadateng-dateng orangnya” kata wahyu mengeles.

“masa iya gadateng-dateng, gaakan dateng kali bang. Udah pulang aja sana. Biasanya rombongannya banyak dan ngabisin kursi” kata abangnya yang akhirnya membuat wahyu beranjak dari tempatnya dan pergi dari warung itu.

“Zah, tunggu saja ya aku akan segera datang ke kosanmu cepat atau lambat” ia mengirim pesan ke Zahra.

“Tia juga harus siap-siap yaa kalo Faza bakal dateng ke kosnya” jawab Zahra cukup tenang.

“GAK MUNGKIN FAZA MALEM INI KE KOSAN TIA” jawabnya cukup kesal.

“loh, emang mesti malem ini? Aku tau kok kalo Faza sekarang lagi ada acara, dan kamu tau ga? Tia juga ikut acara yang sama loh. Tuh hati-hati tuh, kamu kan udah liat Faza jalan sama Winda ama Hani, nah mungkin sekarang giliran Tia” jawabnya makin membuat panas hati Wahyu.

Wahyu cukup tertegun bahwa Zahra berani mengatakan hal itu. Ia langsung bergegas menuju kampus karena memang acara yang dimaksud berlangsung di kampus untuk menunggu sang kekasihnya.

“SIAAAAALLLLAAANNNNNNN, awas kalian berdua, kalian akan menyesal karena melakukan hal ini kepadaku” teriak wahyu sambil memacu kendaraannya menuju kampus.

=======########=======​
“makasih ya zaa, aku tau kok kamu pasti nyuruh Tama dan Dimas buat nunggu di luar kosanku” kata Zahra dalam hati sambil senyum-senyum sendiri.

Zahra memang awalnya curiga karena Tama dan Dimas berada di sekitar kosannya dari ia pulang kuliah hingga malam dan tidak sekalipun beranjak dari tempatnya, tetapi setelah ia melihat Wahyu dari sudut jendelanya ia akhirnya mengerti maksud kehadiran mereka berdua.

Zahra merasa cukup aman karena kehadiran Tama dan Dimas yang ada diluar kosannya. Dia tau kalau Tama dan Dimas merupakan sahabat dari Faza, jd kalo ada apa-apa denganya maka ia bisa mengandalkan mereka berdua.

“duhh emang bego Zahra tuhh, ngapain si tadi pagi ngomong kayak gitu ke Faza huhuhu” Zahra ngomong sendiri. “aku harus minta maaf ke Faza, aku harus bisa bersaing sama Hani sama Winda buat ngasih waktunya ke Faza” lanjutnya.

Ia rebahan di kasur dan mengambil HP-nya dan berniat mengirim pesan ke Faza yang isinya ucapan terimakasih. Ia sudah menulis kata-katanya, dan hanya tinggal dipencet send maka pesan itu terkirim. Zahra sedikit ragu-ragu dan berniat untuk menghapus pesan itu, namun karena kecerobohannya HP tersebut jatuh mengenai wajah Zahra dan tanpa sengaja pesan itu terkirim. Zahra sadar akan hal itu lalu merasa malu sekali dan langsung mematikan HP-nya dan langsung pergi tidur.

=======########=======
[HIDE] Nayla:

[/HIDE]​

Acara penerimaan anggota baru berlangsung cukup menyenangkan. Yang membuat aku senang adalah salah satu pembawa acaranya adalah Mba Nayla. Mba-mba yang dari awal aku sudah kagumi. Aku berpikir bahwa mungkin ini kesempatanku untuk lebih kenal dengan Mba Nayla. Aku sempat kepikiran dengan perkataan Tama yang katanya dia udah punya Mba Nayla, maka dari itu aku penasaran apakah benar si Tama dengannya dan apakah ia sudah pernah melakukan itu bersama Mba Nayla. Aku awalnya tidak tau dapet kelompok mana, karena semua informasi itu dipaparkan saat TM, sedangkan aku hanya mengobrol dengan Tia saat TM (ahaha). Aku sempat tanya ke panitia dan akhirnya aku tau di kelompok mana. Aku tidak satu kelompok lagi dengan Tia. Aku sempat kepikiran dengan Zahra yang aku khawatirkan akan diapa-apakan oleh Wahyu. Aku beberapa kali mengecek HP dan menghubungi Tama dan Dimas, tp mereka membalas bahwa tidak ada apa-apa disekitar kos Zahra dan Zahra memang tidak keluar kos semenjak ia pulang dari kuliahnya. Bahkan mereka sempat mengirim beberapa gambar mereka selfie di depan kosan Zahra yang aku tidak tau maksud mereka itu. Aku cukup tenang dan melihat Tia juga cukup menikmati acara yang diselenggarakan oleh panitia.

Acara ditutup dengan marah-marah panitia karena peserta ada beberapa yang tidak taat aturan. Awalnya, lampu ruangan dimatikan, lalu beberapa alumni dari organisasi itu masuk dan memarahi kami semua dengan alasan selama berlangsungnya acara, kami kurang kompak, kurang peduli satu sama lain, dan masih banyak kekurangannya. Setelahnya, ada pemanggilan peserta yang kurang disiplin dengan aturan. Aku menjadi salah satu oknum yang terlibat di pemanggilan itu. Aku di ‘panggil’ dengan alasan karena aku tidak memperhatikan saat TM, kurang inisiatif nanya ke teman lain malah nanya ke panitia, lalu sering membuka HP karena sudah jelas di tata tertib yang dibacakan saat TM ada peraturan tidak menggunakan HP dengan alasan apapun selama rangkaian acara. Aku yang memang melakukan semua hal itu, tidak bisa mengelak. Ada 10 orang yang di panggil. Kami di masukkan ke ruangan khusus untuk lebih di marah-marahin lebih keras. Kami diancam bahwa tidak akan dilantik, tp dengan perdebatan antara kami dengan beberapa panitia dan alumni disitu, kami akhirnya masih bisa melanjutkan untuk pelantikan.

Acara benar-benar ditutup dengan pelantikan anggota baru, pemilihan angket untuk panitia yang ter- ter- an dan foto-foto bareng antara panitia dan alumni beserta peserta. Aku langsung menhampiri Tia yang saat itu sedang diajak foto oleh salah satu panitia. Hal itu sontak membuat suasana menjadi sangat ribut karena semua orang meledek mereka berdua. Aku menawarkan diri untuk mengantar ke kosannya, namun ia menolak karena wahyu sudah menjemput dengan memberi bukti pesan dari wahyu bahwa ia sudah di depan. Aku sangat lega mendengarnya karena hal itu beratrti wahyu tidak melakukan hal yang membuatku khawatir dari kemarin. Aku lalu menghampiri Mba Nayla yang saat itu tidak jauh dariku.

“mba, mba kenal sama Ghatama Ofiq Sasetyo?” (ini nama ngasal ya) tanyaku karena penasaran oleh kata-kata Tama.

“ehh Faza yaa, iya kenal kok, kenapa?” tanyanya yang ternyata mengingat namaku.

“anu mba, saya jadi malu nih nanyanya hehhe, mba punya pacar mba?” tanyaku yang ragu dengan semua ini

“eehhh hahaha, udah Faza, kenapa nihh tanya-tanya? Mau ikut ngantri juga? hihihihi” katanya sambil tertawa lucu sekali.

“ehehehe, engga kok mba. Cukup satu aja saya mah, nanti saya mati kalo banyak-banyak” jawabku dengan terbata-bata karena gugup.

Kuakui, aku sangat gugup saat berbincang dengan Mba Nayla saat itu. Aku tak tau kenapa, padahal kalo dari wajah, menurutku Winda masih jauh diatas Mba Nayla.

“siapa mba kalo boleh tau? Hehe” tanyaku dengan nada gugup.

“hahaha kenapa sih, fix kamu pengen ngantri nih hahaha, jdnya survey dulu siapa yang bisa jadi pacarku hihihih” jawabnya yang lagi-lagi membuatku semakin gugup.

Padahal akupun biasanya mengeluarkan kata-kata iblis untuk merayu Zahra, Hani, maupun Winda, tapi kata-kata itu tidak bisa kukeluarkan untuk Mba Nayla.

“engggaa kok Mbaa hehehe, pengen tau aja Mba Nayla tuh suka orang yang kayak gimana” jawabku dengan terbata-bata.

“tuhkaan sama ajaa kamu lagi survey biar tau aku suka sama yang kayak gimana hihihih” tawanya dengan renyah sekali. “yaudah deh kasian kamu, mukamu udah merah banget tuh hahaha, pacarku adalah orang yang kamu sebut pertama kali itu” lanjutnya yang membuatku sedikit kaget. Namun rasa penasaranku terbayar sudah

“Mba kalo boleh tau kapan jadiannya? Hehe” tanyaku yang mulai tidak gugup.

“baru dua hari kemarin dek hihihi”

“oohh baru ya mba hehehe, yaudah mba, aku duluan deh yaa udah malem” kataku sambil berlalu dari pandangan Mba Nayla

“salam buat Winda ya” katanya yang membuatku kaget karena ia tau hubunganku dengan Winda, padahal yang ku tahu adalah semua orang bahkan kaka angkatan tau kalo aku dengan Zahra, namun Mba Nayla menyebut Winda.

Aku hanya melambaikan tangan saja ke Mba Nayla dan langsung menuju tempat parkir.

“Tam, masih di lokasi?” tanyaku lewat pesan. “masih nih. Udh kelar lu?” tanyanya. “udah, gue kesitu yaa”.
Aku sedikit mengecek beberapa pesan yang belum terbaca olehku, aku sedikit terkejut ada nama Zahra di daftar pesan yang belum kubaca. Aku membaca pesan dari Zahra dan tersenyum-senyum sendiri dan menjawabnya “sama-sama. Jangan marah lagi yaaa J.” Aku lalu pergi ke tempat Tama dan Dimas saat ini dan aku pergi dengan perasaan yang bahagia.

Sesampainya dilokasi.

“woee thanks ya bro kalian udah bantuin gue hehe. Tadi beneran si kupret itu gakesini dan Zahra masih di dalem kan?” tanyaku ke mereka berdua.

“iyee sante aja bro yang penting bagi-bagi hasil aja hahaha” kata dimas. “iya za, Zahra masih di dalem kok ga keluar-keluar daritadi, lu mau masuk?” kata Tama menimpali

“yee enak aja loo dim hahah, cari sendiri laah” “engga lah tam, masih marah dia sama gue kayaknya”

“cariin lah za, yg semacam Tia aja hahaha” kata Dimas.

“si Diana noh badannya mirip kayaknya sama Tia hahaha” kata Tama.

“tapi dia kan udah punya penjaganya, kalo gue masuk mah sama aja mati gue haha, mana penjaganya senior lagi. Tambah gaada harapan” kata Dimas seraya putus asa.

“hahaha kasian amat dah lu dim, yaudah kalian udah pada makan? Kalo belum ambil aja gih nanti gue traktir semuanya” kataku.

“weehh beneran nih zaa, sering-sering lah hahaha”

“iyeee baweell cepetan nanti gue berubah pikiran” kataku

Akhirnya kami makan di warung dekat kosan Zahra. Kami memutuskan untuk pulang ke kosan masing-masing setelahnya.

Tanpa diketahui oleh mereka bertiga. Ada sepasang mata perempuan yang memperhantikan mereka bertiga dari balik jendela kamarnya sejak ia bangun dari tidurnya. Sebuah senyuman terlukis di bibir perempuan itu. Setelah melihat mereka bertiga pergi dari tempatnya, perempuan tersebut juga pergi dari tempatnya dan melanjutkan tidurnya dan ia tidur dengan cukup tenang.

Bersambung…………….

0 comments:

Post a Comment