Kisah Ibu Rumah Tangga (LISNA) Part 19


Saat selesai makan malam aku mengatakan kepada Jamal bahwa aku sudah bertemu Heri. Sesuai dengan permintaan Jamal bahwa aku boleh ketemu dengan Heri asal aku jujur dan menceritakan padanya.

“Pah aku sudah ketemuan sama Heri tadi.”
“Yang benar mah?”
“Iya bener loh pah tadi dia datang kerumah.”
“Wah hebat dong. Lama gak ketemuannya?”
“Agak lama juga sih. Sekitar 2 jam dia disini.”
“Terus mah gimana? Ngapain aja?,ceritain deh mah!",tanya Jamal penuh semangat.
“Ya gitu deh pah.”
“gitu gimana mah?” Jamal penasaran.

Aku bingung juga kenapa sih Jamal jadi seperti ini. Sedemikian penasaran dengan apa yang aku lakukan. Apa maunya suamiku ini aku tidak mengerti. Apa ada laki-laki lain yang kelakuannya seperti Jamal ini. Tapi melihat dia begitu antusias aku tidak ragu lagi untuk menceritakan saja apa yang terjadi. Tapi aku pastikan dulu apa dia memang tidak akan marah.

“Papah gak akan marah kan?”
“Tentu enggak mamah sayang.”
“Kami gituan pah.”
“hah yang bener nih mah..?”
“Iya ngapain juga mamah bohong.”
“Asyik dong mamah pasti puas banget. Terus di rekam gak?”

Benar-benar makin aneh saja si Jamal ini. Apa ini kelainan atau emang Jamal ada maunya. Aku makin tidak mengerti. Tentu saja aku tidak bakalan mau merekam kegiatan sex yang aku lakukan dengan Heri.


“Ih enggak aku takut kalau Heri gak mau. Lagian mamah juga takut kalau ngerekam gitu. Siapa yang tahu kalau akhirnya kesebar.”
“Yah padahal aku pengen banget lihat mamah gituan sama orang.’
“Bukannya dulu pernah ngintip aku ama dia ?”
.“Iya tapi pengen lagi.”
“Ih dasar aneh. Udah ah males banget bahas kayak ginian.”

Risih juga bahas hal kayak gini. Mana ada suami normal yang pengen ngintip isterinya gituan sama orang. Mengizinkan isterinya sampai gituan dengan orang saja sudah aneh menurutku. Hanya karena aku kangen Heri maka aku tidak begitu mempermasalahkan sikap Jamal itu. Tapi kalau dia sampai pengen nonton aku seperti itu aku jadi tidak enak.


“Ih mamah udah enak gak mau berbagi biar cuma rekaman doang. Atau gimana kalau dia datang lagi aku intipin ?”
“Ih dasar emang papah udah gila ya?’
“Please..kan mamah udah enak dientot Heri masak papah Cuma mau ngeliat gak boleh?”
“Hmmmmm....”

Kasihan juga kalau dipikir. Aku sudah menikmati lagi bagaimana sex yang dahsyat dari lelaki lain kenapa permintaan Jamal tidak aku penuhi. Tapi perasaan tidak enaklah yang membuat aku masih menolak hasrat suamiku itu.

“Ayo dong mah please...!” rayu Jamal dengan suara memelas.
“Gimana ya?”

Setelah berpikir sejenak malah muncul ide yang lebih liar di kepalaku. Bagaimana kalau aku mengaku saja pada Heri bahwa hubungan sex antara aku dengan dia itu diketahui oleh suamiku bahkan di izinkan. Terus suamiku minta izin agar dia bisa menonton aku gituan sama Heri. Atau kalau perlu main bertiga. Apa Heri mau seperti itu ya?


“Gimana kalau aku tanya Heri aja pah?”
“Kok tanya Heri segala mah? Kan papah Cuma pengen ngintip doang.”
“Papah gak pengen nonton langsung kami gituan?”
“Apa...?”
“Iya lihat langsung. Kan lebih enak daripada ngintip doang.”
“Wah ide mamah hebat banget. Tapi apa Heri mau?”
“Makanya mamah akan rayu dia biar mau.”

Setelah ngobrol seperti itu kami kemudian bersetubuh. Jamal sangat bernafsu membayangkan aku yang akan disetubuhi Heri didepan matanya. Persetubuhan kami menjadi sangat liar. Hingga kami terkapar kelelahan.


***

Siang ini aku menelpon Heri. Aku mau membahas keinginan suami aku. Aku tidak begitu yakin kalau Heri akan antusias dengan ideku ini.

“Heri ada yang pengen aku omongin.”
“Wah ngomong apa sih say? Kayaknya serius amat.”
“Suami aku tahu hubungan kita.”
“Apa..? Wah gawat juga kalau gitu.”

Terdengar nada suara Heri yang terdengar begitu kaget. Pasti dia berpikir akn dapat masalah besar karena hal ini.

“Jangan panik dulu.”
“Maksudnya? Kita ketahuan selingkuh terus kamu bilang jangan panik?”
“Iya karena Jamal gak marah .”
“Gak marah? Becanda kamu?”
“Iya serius. Dia gak marah tapi ada syaratnya?”
“Hah? Syarat apaan sih?”
“Dia izinin aku gituan sama kamu asal dia bisa dikasih kesempatan lihat langsung.”
“Wah gila banget. Tapi apa bener? Jangan-jangan dia mau ngejebak aku.”

Jamal masih tidak percaya dengan keinginan Jamal. Wajar saja mana ada suami yang mau melihat isterinya bersetubuh dengan orang lain. Tapi aku terus meyakinkan Jamal.


“Gak kayaknya . Dia malah nafsu. Mungkin ada kelainan si jamal kali.”
“Hmmmmm... gimana ya?”
“Kalau kamu gak mau aku bakal gak dapat izin gituan sama kamu.”
“Kan kita bisa gituan tanpa sepengetahuan dia seperti dulu juga waktu kamu masih sama Dani.”
“Tapi dia bakal ngejaga aku. Padahal aku kan ketagihan sama kontol kamu sayang.”
“Sama sayang aku juga ketagihan ngentot memek kamu. “
“Jadi gimana? Mau ya ngentot sambil dilihatin Jamal.”
“Hmmmm gua pikirin deh...”


Malamnya aku ceritakan percakapan aku dengan Heri lewat telepon siang itu kepada suamiku Jamal. Aku bilang Heri masih memikirkan dan belum jelas apa dia mau atau tidak denga usulku.


“Hmmmm kalau Heri tidak mau apa mamah tidak berminat melakukannya dengan laki-laki lain?”

“Papah gila ya? Mamah mau gituan dengan yang mamah sukai. Itupun karena papah izinkan. Kalau dengan lelaki lain mamah gak mau pah.”


Aku bicara dengan nada agak keras. Biar bagaimanapun aku tidak ingin melakukannya dengan sembarang orang. Hany orang yang membuatku nyaman saja yang bisa menikmati tubuhku.


“Hahahahha kan papah Cuma saran aja.”

“Sama aja papah menganggap mamah perempuan gampangan.”

“Iya deh papah minta maaf.”


***


Akhirnya Heri sepakat dengan ide aku. Kami segera mencari waktu yang tepat untuk melakukan itu. Jamal ketika aku aksih tahu sangat tidak sabar dan ingin hal ini terjadi secepatnya. Kami akan melakukannya di rumah kontrakan kami.

Saat yang dinantikan akhirnya tiba. Walaupun rumah kontrakanku tidak terlalu luas namun nyaman dan aman. Karena rumah sebelah adalah milik pengusaha yang jarang ditempati alias sering kosong. Sementara sebelahnya lagi adalah Ruko yang juga kosong. Di depan rumah seberang jalan hanyalah sebuah gudang besar.

Heri tiba di rumah kontrakan kami dengan mobilnya. Waktu sudah menunjukan pukul delapan malam. Kami menyambut Heri dan langsung masuk ke dalam rumah. Aku segera mengunci pintu rumah.

“Santai aja mas Heri.” Kata Jamal kepada Heri yang terlihat agak kaku.

“Oh iya nih agak tegang juga.”

“Hahahhaha kok pake tegang segala sih Her?’ aku ikut menimpali.

“Harus tegang dong masa lemes.” Jamal mencoba mencairkan suasana dengan candaannya.

Kamipun tertawa lepas dan susana menjadi cair setelah itu. Sambil menunggu Nadia tidur kami ngobrol kesana kemari di ruang tamu sambil nonton TV. Percakapan kami diselingi candaan-candaan. Tak lama kemudian Nadia tertidur dan aku segera menngendongnya ke kamar dan menidurkannya di rajang.

“Terus gimana memulainya nih?” tanyaku dengan sedikit risih saat kembali keruang tamu.

“Mulai aja kenapa bingung!” kata Jamal.

“Jadi udah boleh nih ?” Sahut Heri.

“Iya ngapain kaku gitu.”

“khan belum pernah di posisi kayak gini Lis.”

“ya udah sini kalau gitu.”

Aku dan Heri mulai bercumbu didepan Jamal. Kami berpagutan sambil saling melucuti pakaian kami. Sekilas kulirik Jamal menyaksikan apa yang kami lakukan. Dia akan menyaksikan bagaimana isterinya akan sedemikian liar menikmati hujaman kontol besar Heri. Tampilan keseluruhan lelaki itu benar-benar menempatkan Jamal menjadi pecundang total. Aku yakin bahwa suamiku itu akan minder.

Jamal akan berada dalam posisi untuk menerima kenyataan bagaimana dikecilkan, disepelekan, diabaikan, dikalahkan, dihina. Bagaimana mungkin dia menikmati itu. Apakah ada rasa nikmat ketika martabat dan harga dirinya dihancurkan, diluluh lantakkan oleh Heri lelaki yang sangat perkasa ini. Tapi aku mending tidak usah dulu perduli dengan Jamal. Mending nikmati dulu kontol tak disunat Heri yang segera akan menghujam memekku.


Aku mengambil posisi di atas sofa untuk saling oral. Aku oral montol Heri sambil sesekali melirik wajah Jamal yang terpana melihatku. Sebaliknya Heri dengan buas mengoral memekku. Setelah puas saling orang Heri mulai mencoba memasukan Kontol besarnya ke daam memekku. Aku menanti masuknya kontol Heri sambil kembali menatap Jamal.

“Aku izin ya jamal. Aku mau masukin kontolku.” Ujar Heri.

“Silahkan mas Heri.”

“Aku juga izin pengen menikmati kontol Heri pah.”

“Iya sayang nikmati aja.”


Kontol itu sedang mendesak-desaki bibir memekku. Membuatku mulai mendesah. Pasti Jamal akan melihat jelas memekku yang harus menerima sodokkan kemaluan gede Heri. Kulirik dia melepaskan kancing celananya dan membuka resleitingnya. Dia melepaskan kemaluannya dari jepitan celana yang menyiksanya. Mungkin dia akan onani sambil melihat kami.

Nampak kontol Heri itu semakin melesak dalam memekku. Dengan pompaan yang sedang Heri menggerakkan pantatnya maju mundur mendorongi kemaluannya. Aku menyongsongkan memekku untuk menikmati sepenuhnya kontol nikmat ini.


Beberapa saat kemudian, dengan rintihan dan desahan nikmat yang keluar dari bibirku, Heri mulai leluasa mengayun-ayunkan pinggul dan pantatnya untuk mendorong dan menarik kontolnya masuk dan keluar menembusi memekku. Kemudian Heri merubah posisinya. Tubuhnya kemudian rebah di sofa memeluki punggungiku. Dia mencium dan melumati punggung dan tengkukku sambil tangan-tangannya meraih dan meremas-remas buah dadaku.

Aku kini benar-benar melihat ekspresi wajah suamiku. Wajah yang sedang menikmati tontonan langsung didepannya. Aku terkadang mendongak dan kemudian merunduk bagai mahkluk yang gelisah. Sesekali kepalaku menyibakkan rambut panjangku dengan cepat. Dan rambut itu terlempar ke belakang menyapu kepala lelaki yang sedang memagut tengkuk atau punggungku.

Pantat Heri terus berayun penuh irama dengan sangat indahnya. Naik turun maju mundur, mengayun menggelombang. Bibirku terkadang menyeringai pedih, terkadang lain seperti senyum yang sarat nikmat. Kami bagai dua orang manusia ini sedang dalam perjalanan nikmat surgawi di anjungan syahwat birahi hewaniah yang yang lepas dan liar di bawah tontonan mahluk lain yang juga merasakan kenikmatan yang berbeda.


"Nikmat banget memek istrimu ini Jamal...arghhhhh,!!!. Lisnaaaaaaa Enakk ahk enak mana kontolku atau kontol suamimu?? Ayyoo Lisnaaaaa.. Ngomongg.. arghhhh.??" Heri yang kesetanan mulai meracau.

“Owh...owhhhh...arghhhhh....akhhhhhh...”
Aku tidak menyahuti pertanyaan Heri. Tapi terus menikmati sambil melirik Jamal yang terpana melihat kami. Kini kami sudah sampai dalam posisi nungging. Heri memompaku dengan intens.


Lututku langsung gemetar. Aku merasakan merinding dan darahku mendesir hebat. Aku merasakan semakin nikmatnya pompaan Heri. Aku merasakan orgasmeku sudah dekat. Aku berteriak tertahan sambil mataku terbeliak menyisakan warna putihnya saja.

Berdiriku oleng dan aku akan jatuh terjengkang. Pegangan tanganku pada kaki sofa itu luput. Dan kini aku benar-benar melayang ke arah depan dan terjerembab jatuh ke lantai karpet.

Setelah sejenak memulihkan nafasku kami kembali

berpacu dengan hasrat birahinya yang meledak-ledak.

Kepalaku yang bergoyang mengibas-ibaskan rambutku dalam keadaan dimabuk birahi. Aku bagai sedang terbang di samudra nikmat tak terhingga. Aku seakan melupakan berbagai hal. Namun aku tak mungkin melupakan kehadiran Jamal. Namun Kenikmatan itu benar-benar telah merampas sedikit kesadaranku.


Pacuan birahi kami mendekati garis finalnya. Kontol Heri terus menggojlok-gojlok meruyaki lubang memekku. Sedikit lagi badai orgasmeku akan tiba.

“Oh Heriiiii aku mau keluarrrrrr...!”

“Aku juga sayang.....!”

“Arggggghhhhhhhhhhh...!”

Datanglah puncak nikmat kami Heri menyambar rambutku dan menjadikannya bagai tali kekang. Dia menghela tubuhku bagai kuda tunggangannya. Dia berteriak dan mendesis. kontolnyanya menyemburkan cairan panas yang sangat kental ke dalam lubang memekku. Bertubi-tubi muncratan sperma yang didahului kedutan urat-uratnya menyemprot dari lubang kontolnya.

Secara bersamaan kami berdua tumbang dan rubuh ke sofa.


Bersambung


تعليق واحد for "Kisah Ibu Rumah Tangga (LISNA) Part 19"

إرسال تعليق