Kisah Ibu Rumah Tangga (LISNA) Part 15
Aku masih mengenakan mukenaku saat terdengar pintu kamar kos diketuk. Ketika aku membuka pintu aku sangat terkejut. Orang yang selalu ada dikepalaku meski sudah sering coba untuk kulupakan ada didepan mataku kini. Aku memang wanita yang lemah dan aku menyadari sepenuhnya bahwa aku wanita yang mudah luluh oleh orang yang aku sukai. Seperti sekarang ini aku langsung luluh melihat orang yang ada di depanku. Lelaki itu dokter Hans. Dia mendatangi tempat kosku. Setelah sekian hari aku mencoba melupakannya. Dalam dasar lubuk hatiku aku menerima kedatangannya dengan hati berbunga. Meski karena gengsi aku pura-pura bersikap dingin.
“Mau apa dokter ke sini?”
“Aku kangen kamu Lisna. Aku sadar, aku sangat tersiksa bila tidak bersama kamu.”
“Hmmmmmm...”
“Aku masih berharap kamu tetap mau menerimaku. Aku tetap ingin menjadikanmu isteriku sayang.”
Aku terdiam dengan perasaan campur aduk. Sejujurnya aku memang telah jatuh hati pada dokter Hans. Aku menjauh dari dia semata karena mempertahankan prinsipku. Tapi hatiku memang sudah milik dokter Hans. Dalam lubuk hatiku setelah mennggalkan dia ada keinginan bahwa dokter Hans datang mengejar aku. Meski tidak berharap banyak dan tidak yakin apa dokter Hans mau mengejarku. Kenyataannya dia melakukan itu dan datang ke tempatku.
“Jawab dong Lisna!”
“Aku.....”
“Kenapa Lisna..? Kamu tidak mau lagi denganku..? Please beri aku kesempatan..!”
“Aku juga kangen ama kamu dok.” Kataku pelan.
Dokter Hans langsung memeluk tubuhku. Aku merasakan kebahagiaan yang sangat dalam. Perasaan rindu terbayar sudah. Kami saling berpelukan erat seperti dua orang kekasih yang baru bertemu kembali setelah sekian tahun berpisah. Padahal kami baru berpisah tidak begitu lama.
“Ayo kemasi barang-barang kamu. Kita Ke klinik sekarang.”
“Tapi apa tidak lebih baik aku disini saja dok. Daripada di klinik aku harus menutupi hubungan kita. Di sini kita tidak perlu khawatir hal itu.”
“Oh oke kamu untuk sementara tinggal saja di sini. Aku akan minta pengacara urus perceraian kamu. Kalau aku tinggal nunggu proses sidangnya.”
Aku yang sudah hanyut dalam kebahagiaan mengiyakan saja. Aku kembali memeluk dokter Hans dengan rasa rindu dan bercampur nafsu. Aku kangen dengan kehangatan tubuhnya. Aku tidak perduli lagi dengan apapun selain perasaan cintaku pada dokter Hans. Aku segera mengunci pintu kamar kosku. Kemudian mendekati dokter Hans yang kemudian mencium bibirku. Aku yang masih mengenakan mukena langsung larut dalam percumbuan. Dengan begitu tergesa aku telah melucuti pakain dokter Hans. Aku yang hanya mengenakan mukena tanpa apa-apalagi didalamnya kini tengah berhadapan langsung dengan kemaluan dokter Hans. Seorang pria yang belum jadi suamiku, dan aku sudah sangat bernafsu. Entah mengapa sensasi seperti ini membuat aku sangat bergairah. Menyadari aku sedang berzinah dengan lelaki lain yang bukan suamiku selalu memberi dorongan hasrat yang lebih meluap.
Aku dengan penuh nafsu memandangi kontol tak disunat dokter Hans. Sungguh meski aku sudah berkali-kali melihatnya bahkan menikmatinya dalam memekku tetap saja aku terpesona dengan kontol kekasihku ini. Segera kucium ujung kontol yang kurindukan itu dan kemudian kukulum. Mulutku penuh dijejali kemaluan dokter Hans yang menebar rasa yang sulit aku lukiskan tapi sangat membangkitkan birahiku. Sambil berdiri mengangkangi aku yang jongkok di depannya dokter Hans dengan sangat kuat mendorong-dorong kepalaku dan menggoyangkan pinggulnya memompa kontolnya kemulutku. Lagi, lagi, lagi. Hingga nyaris membuatku tersedak.
Setelah puas mengoral kontol itu segera giliranku menikmati hal yang sama. Dokter Hans membungkuk dan mulai menjilat dinding kiri dan kanan kemaluanku, terasa nikmat sekali aku menggeliat, lidahnya menggeser makin ke atas ke arah klitosris, kupegang kepalanya dan aku mulai merintih kenikmatan. Berapa lama dia menggeserkan lidahnya di atas klitosriku yang makin membengkak. Karena kenikmatan tanpa terasa aku telah menggoyang pantatku, kadang kuangkat kadang ke kiri dan ke kanan. Dokter Hans melakukan sedotan kecil di klitoris, kadang disedot kadang dipermainkan dengan ujung lidah. Kenikmatan yang kudapat luar biasa, seluruh kelamin sampai pinggul, gerakanku makin tak terkendali.
“Oom… aduh.. dok… arghhhhhh….”
Kuangkat tinggi tinggi pantatku, aku sudah siap untuk berorgasme, tapi pada saat yang tepat dia melepaskan ciumannya dari memek. Dia menarikku bangun dan menyorongkan kemaluannya yang kokoh itu kemulut memekku. Dokter Hans kemudian naik merangsek dan menindih kembali tubuhku. Kurasakan ‘kontol’nya mulai menggosok-gosok paha dan selangkanganku. Aku sudah benar-benar terbius. Dorongan nafsu birahiku sudah berada di ambangnya. Aku sudah tak mampu lagi menahannya. Kini desah, rintih, jerit tertahan keluar dari mulutku dan memenuhi kamar pengantinku yang sempit ini.
”ahrghhhh dok.. Ayoo,.. Aku sudah nggak tahaann.. Toloong... Aku cinta kontol dokter.. …” kuraih kemaluan besar itu dengan cepat dan kutuntun untuik menembusi liang kemaluanku yang sudah sangat merindukannya. Aku meraih orgasme pertamaku saat kontol besar itu baru menyentuh bibir. Aku kembali menjerit dan mendesah tertahan. Kulampiaskan nafsu syahwatku. Kucengkeran keras pundak dokter Hans dengan cakarku. Kuhunjamkan kukuku ke dagingnya. Rasanya kemaluanku demikian mencengkeram untuk mempersempit kepala kontolnya itu menembusi memekku. Saat kontol perkasa itu berhasil melesak dan mulai memompa dengan perlahan aku langsung diterpa orgasme keduaku. Banjir keringat mengucur keras dari tubuhku dan tubuhnya. Kujepit kemaluannya dengan otot dalam, kusedot ke dalam. Kulepas kembali berulang-ulang.
“Oh.. Lisnaaaa kau hebat, jepitanmu nimat sekali.” Kudengar dokter Hans mendesis-desis, payudaraku diremas-remas dan membuat aku merintih-rintih ketika dalam jepitanku itu. Dia memeompa kemaluannya makin cepat. Aku merintih, mendesis, mendengus, dan mengerang kenikmatan. Aku merasakan kenikmatan yang meledak-ledak. Berbagai posisi kami lakukan. Sudah berapa orgasme yang aku dapatkan. Hingga saat posisi WOT kurubuhkan badanku di atas badannya, susuku menempel tubuhnya, perutku merekat pada perutnya. Kudekap Dokter Hans erat-erat. Tangan kirinya mendekap punggungku, sedang tangan kanannya mengusap-usap bokongku dan analku. Aku makin kenikmatan. Sambil merintih-rintih kukocok dan kugoyang pinggulku, sedang kurasakan benda padat kenyal dan besar menyodok-nyodok dari bawah.
Tiba-tiba aku tidak tahan lagi, kedutan tadinya kecil makin keras dan akhirnya meledak.
“Ahhh…” Kutekan dengan sepenuh nafsu memekku ke kontolnya, kedutannya keras sekali, nimat sekali. Dan hampir bersamaan dari dalam memekku terasa cairan hangat, menyemprot dinding rahimku.
“Ooohhh…” Dokter Hans juga ejakulasi pada saat yang bersamaan. Beberapa menit aku masih berada di atasnya, dan kemaluannya masih menyesaki memekku. Kurasai kemaluanku masih berkedut dan makin lemah. Tapi kelaminku masih menyebarkan kenikmatan.
***
Maafkan aku Jamal. Aku memang wanita lemah yang mudah luluh oleh lelaki yang aku sukai. Maka ketika dokter Hans kembali mencairkan kebekuan hubungan kami aku tidak lagi memiliki kesemepatan atau bahkan keinginan untuk melayani hasratmu. Padahal aku sudah bilang bahwa aku akan memberi kesempatan buat kamu. Tapi keadaan membuat aku tidak bisa memenuhinya. Karena hari ini aku akan berangkat bersama dokter Hans. Karena dia gembira bisa menjalin kembali hubungan denganku maka aku diajak untuk jalan-jalan. Tidak tanggung-tanggung kekasihku ini mengajakku tour ke Bali. Itulah kata-kata yang ingin aku bilang ke Jamal tapi tidak berani aku ungkapkan.
Kami berangkat naik pesawat siang . Ini pertama kalinya aku naik pesawat. Agak takut juga. Tapi mengingat akan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama Dokter Hans membuat rasa cemasku hilang. Sepanjang perjalanan aku tertidur dan baru bangun saat sampai di Bali.
Orang bilang Bali itu pulau dewata. Tempat yang diminati para turis terutama bule. Di sini bakal banyak bule-bule yang hilir mudik, seakan mereka adalah penduduk lokal.
Ini adalah kali pertama aku mengunjungi daerah wisata yang konon katanya menyimpan sejuta keindahan alam dan menyajikan wisata belanja yang murah meriah.
Keadaan perut lumayan kacau balau setibanya di Bali. Aku dan Dokter Hans langsung menghampiri salah satu resto fast food di sekitar terminal kedatangan untuk makan.
Tujuan selanjutnya adalah mencari hotel, karena kami belum memesan hotel.
Untuk urusan hotel ini dokter Hans memesannya lewat online. Setelah mendapatkan konfirmasi dari pihak hotel, kami langsung meluncur ke tempatnya dengan naik taksi. Selesai check-in dan beresin barang bawaan, kami langsung bergerak ke Pantai Kuta. Kebetulan jarak dari hotel ke Pantai Kuta hanya 100 meter. Selama kurang lebih 30 menit berjalan di pinggir Pantai Kuta, kami memutuskan untuk kembali ke hotel dan berencana kembali ke pantai pada malam harinya.
Di sepanjang jalanan Kuta aku melihat lusinan bule entah dari mana asalnya, berlalu lalang bahkan ada yang menggunakan sepeda motor!
Sampai di kamar hotel kami langsung mulai berciuman. Masih dalam keadaan berpakaian, Dokter Hans memeluk tubuhku, bibir kami saling melumat lembut, kadang lidah kami saling kait dan saling dorong, sehingga gairah di dada kami semakin membuncah, Satu per satu pakaian kami bertebaran dilantai, seiring dengan nafsu kami yang semakin menggebu, Kini Seluruh organ tubuhku bekerja untuk memenuhi hasrat yang terpendam, aku rebahkan tubuh mulusku di ranjang, sungguh pemandangan yang indah dan mendebarkan, dengan kulit tubuh yang putih bersih kontras dengan bulu-bulu halus dipermukaan kulitku apalagi di kemaluanku yang juga halus tidak begitu lebat. Dokter Hans langsung mengelus buah dadaku dengan lembut, sementara mulut dan lidahnya menciumi dan menjilati centi demi centi tubuhnya tanpa terlewati,
“Aku tidak pernah bosan dengan tubuh kamu, Lis!” Dokter Hans merayuku.
Sementara Jilatannya sudah sampai pada memekku, Dokter Hans tidak kesulitan menjilati selangkanganku karena bulunya tidak begitu lebat. Dengan lidahnya, dia mengemut lembut klitorisku, kadang lidahnya menusuk langsung memekku, Jari-jarinya ikut membantu memberi kenikmatan dengan memilin-milin puting buah dadaku yang semakin mencuat, Sehingga membuat aku mengerang dalam nikmat, Sementara akupun tidak tinggal diam, tanganku meremas-remas dan mengocok kontolnya sehingga semakin meregang kaku dalam genggamanku.
Tubuh kami berguling-guling dikasur saling memberikan rangsangan dan kenikmatan, hingga akhirnya Dokter Hans mengambil inisiatif, dia langsung mengangkangi tubuhku, dan langsung memegang senjatanya untuk dibimbing kedalam liang surgaku, Perlahan, centi demi centi, kontolnya memenuhi rongga memekku memberi rasa nikmat yang sangat aku dambakan. Geseken kontolnya yang begitu kuat terus memompa memekku. Dokter Hans terus menggoyangkan pantatnya sambil terus memompa, Tangannya memilin kedua puting payudaraku, butir-butir keringat mulai membasahi tubuh kami berdua, tak lama aku berteriak histeris dan menggigit pundaknya, tubuhku mengejang kemudian berkelojotan karena meraih orgasmeku,
“Arghhhhhhhhh...” jeritku meraih kepuasan.
Telah sekian kali aku meraih orgasme melalui pompaan kontol sejak kenal Dokter Hans. Aku menjadi makin liar, hanya beberapa saat setelah orgasme tubuhku bisa kembali untuk memulai pergumulan birahi. Aku mengambil posisi di atas tubuhnya. Aku akan bergoyang bak seorang penunggang kuda. Akhirnya hampir disetiap gaya aku bisa meraih orgasmeku begitu cepat, Mungkin ada empat kali aku orgasme tapi aku belum puas juga, sementara Dokter Hans sendiri bersusah payah menahan orgasmenya, Aku benar-benar ingin memuaskan dahagaku, Apalagi saat gaya doggy, sambil meremas buah pantatku yang bulat, Dokter Hans benar-benar tak kuat lagi menahan semprotan spermanya, sentuhan buah pantatku di pangkal kontolnya menambah sensasi tersendiri yang membuat lelaki itu tidak bisa menahan diri..
“Lis, aku mau keluarrrrr, oh...ahhhh” Kata Dokter Hans sambil dia mempercepat kocokannya.
“Keluarin saja sayang... Arghhhhhhhh!” erangku.
“Oh Lisna memekmu....arghhhhhhhhhhhhh.” Jerit Dokter Hans.
Akhirnya Seluruh tubuhku bagai tersetrum nikmat, aku melepas orgasmeku, menyemburkan cairan hangat yang menimpa kontol Dokter Hans yang juga menyemprotkan spermanya. Kemaluanku yang telah sangat basah mengeluarkan kedutan-kedutan kecil yang sangat nikmat.
Yah, kami orgasme berbarengan, Sungguh nikmat sekali.
Kami istirahat setelah itu dan tidur. Aku terbangun saat jam sudah menunjukan pukul setengah tujuh malam. Aku melihat di sampingku Dokter Hans yang masih tertidur dengan tanpa sehelai benangpun. Lelaki itu nampak kelelahan menandingi nafsuku semalam. Mungkin karena selain capek bersetubuh juga capek karena baru saja melalui pernerbangan pesawat.
Segera saja aku mandi biar segar. Usai mandi aku memesan makan malam. Sampai makananku habis Dokter Hans masih belum juga bangun dari tidurnya. Aku juga tidak tega membangunkannya yang terlihat begitu kecapean.
Bersambung
No comments for "Kisah Ibu Rumah Tangga (LISNA) Part 15"
Post a Comment