My Slutty Wife Annastasia A Cuckold Story (BAGIAN 3)
Model : Kimaya Agatha
THE SOPHISTICATION
Seraya genggaman tangan perkasa keponakannya di lekuk pinggul Annastasia, Dhika mengharmonisasi gerakan pinggul Istriku, mengeluarmasukkan kejantanannya di lubang kencing Annastasia.
Entah apa yang merasukiku, aku pun langsung bergabung di atas ranjang, membuka lebar kakiku di depan wajah Annastasia, mempertontonkan penis hitam besar beruratku untuk ia puaskan.
Tiada frasa yang terucap dari lisanku, namun Annastasia langsung paham. Sepasang bibir merah mudanya yang begitu lembut tiba-tiba menenggelamkan kejantananku di dalam mulutnya
“Uuuuuuuh!” aku melenguh seraya jemari hitamku menyisir rambutnya, menjambaknya dengan lembut saat kepalanya mulai bergerak maju dan mundur.
Hisapan mulutnya dipadu dengan tarian lidah yang begitu tepat merangsang titik sensitif di bagian bawah penisku. Kenikmatan oral seks itu ditambah dengan indahnya pemandangan saat Dhika menggerakkan kuat-kuat pinggulnya, menjajah dan memeperkosa harga diri istriku yang sudah tidak ada artinya kini.
Gerakan pinggul Dhika tampak disambut indah dengan getaran pantat montok Annastasia yang menjadi bantalan tangan kekarnya yang sesekali juga meremas sepasang bongkah indah itu dengan gemas.
“Hmmmmmph! Hmmmmmmph! Hmmmmmmmph!” desahan liar Annastasia dibungkam oleh penis besarku yang menejejali mulutnya.
Sementara vagina gundulnya juga tampak sibuk memanjakan dan membahagiakan sebatang pelir keponakannya yang mulai bergerak tidak beraturan, melenguh, menikmati kelezatan otot kewanitaan istriku.
Merayakan seluruh letupan panas yang menggelora dalam jalinan berahi, tak peduli dengan runtuhnya kehormatan yang semakin tiada artinya tatkala sang waktu membuai kami dalam kenikmatan tak berujung ini.
Cplaaak! Cplook! Cplaaak! Cplook!
Simfoni perzinahan Tante dan Keponakan begitu syahdu seraya dengan tarian lidah istriku. Sungguh sebuah dosa besar yang benar-benar kunikmati sejalan dengan api cemburu bak Nitromethane yang membakar seluruh berahiku dengan cepat.
“Lonteeeeeeeeeh!” Dhika mulai mencaci istriku seraya gerakannya makin cepat.
Sementara Annastasia yang tersadar Dhika akan memuntahkan lagi mani panasnya di dalam rahimnya tampak begitu panik, menggeliat tidak terima saat benih cinta pemuda yang juga keponakannya itu akan meledak, melesat membuahinya untuk kedua kalinya, bergabung bersama benih cintaku yang sudah berada terlebih dahulu di dalamnya.
“Hmmmph! Hmmph!”
Annastasia meronta-ronta, kedua tangannya yang lemah akibat berahi yang memperbudaknya hanya mendorong-dorong pahaku tanpa bisa berbuat apa-apa.
Tubuh istriku bergetar amat hebat, menggelinjang begitu dahsyat ketika Dhika menghunuskan kuat-kuat pinggulnya, menancapkan pelirnya begitu kuat di dalam liang sanggama Annastasia.
“Hmmmmmmmmmmmmmpppppppppppphhhhhhhh!” Annastasia menggelinjang begitu hebat, seluruh tubuhnya bergetar, desahannya lagi-lagi terbungkam oleh besar dan kekarnya penisku.
“Lonteeeeeeeh! Annaaaaaaaaaa!” lenguh Dhika seraya mencaci kenikmatan liang sanggama istriku.
Nahas bagi Annastasia, untuk kedua kalinya ia harus dibuahi oleh benih cinta keponakannya yang begitu perkasa menikam rahimnya dengan mani panas.
Tubuh Annastasia masih bergetar, namun aku malah semakin bernafsu untuk menyetubuhi liang sanggama istriku yang sudah dikotori oleh mani keponakannya. Sungguh saat ini aku benar-benar tak peduli, nafsu iblis sudah menguasai tubuh dan sadarku kini.
Tanpa banyak kata-kata, dengan berahi yang mengakar di sekujur penisku, kutarik pelir ini seraya berpindah posisi, mengusir lekas-lekas tubuh Dhika yang tampak masih betah menanamkan batang kemaluannya di dalam vagina istriku.
Kugenggam lekuk pinggul istriku yang masih tak berdaya dalam posisi bersujud dan langsung kuarahkan penisku untuk membelah liang sanggamanya.
“Gini Dhik cara ngentotin memeknya Annastasia,” ujarku dengan penuh nafsu kepada Annastasia.
Sleeeeph!
Sleeeeph!
Sleeeeph!
Sleeeeph!
Empat kali hentakan kuat kulancarkan untuk membelah liang sanggama Annastasia yang baru saja disemburkan mani Dhika, otot-ototnya begitu lekat menyambut sang empunya dengan lezat nan lengket, menerjemahkan kenikmatan berahi yang tidak ada duanya.
Sungguh, selama aku menggauli Annastasia, baru ini terasa amat luar biasa.
Liang sanggamanya sangat becek dan hangat, namun tetap sangat rapat seperti bisanya. Meskipun aku bisa merasakan dengan jelas lendir yang sangat panas di dalamnya.
“Aaaaah!” Annastasia melenguh, “bahagiaaaa banget Beeebh!”
Itu adalah benih haram milik Dhika yang sudah tercampur dengan benih halal milikku.
Cplaak! Cplaak! Cplaaak!
Kugerakkan pinggulku cepat, menjajah tanpa ampun liang sanggama Annastasia yang tampak belum puas. Istri jalangku bahkan terlihat sangat bahagia ketika aku bak kesetanan menggaulinya.
“Aaaah! Aaaah! Aaaah! Enaaaakh! Aaaaah!”
Annastasia langsung bereaksi, tubuh sintalnya langsung menggelinjang, bergetar amat sangat hebat ketika kejantananku begitu perkasa menggaulinya tanpa ampun.
Ia lalu menekan pinggulnya kuat-kuat ke arah tubuhku, seraya tubuhnya kembali menggelinjang begitu hebat dan dahsyat.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!” Annastasia mendesah begitu hebat di orgasme keempatnya malam ini. Ia lalu tertawa begitu lepas, amat sangat puas menikmati orgasme demi orgasme yang terjadi begitu cepat malam ini.
Sungguh aku dengan jelas merasakan cengkeraman liang sanggamanya yang begitu menggelitik kejantananku. Namun aku masih belum mau memuntahkan maniku di rahimnya.
Rasanya ingin kusetubuhi istriku hingga ia tidak mampu lagi menggelinjang malam ini, dan sungguh akan kulakukan itu, demi menuntaskan hasrat pelacurnya yang makin menjadi-jadi.
“Lagiiiih Beeeebh,” Annastasia melenguh pelan, ia menggerakkan lagi pinggulnya maju mundur, menikmati pelirku yang begitu kontras dengan sepasang bongkah pantat yang begitu empuk terasa di pelvisku.
Kuhela napas, tersenyum puas seraya kulebarkan liang anus bersihnya yang terlihat berdenyut begitu cepat ketika kugerakkan pelan penisku di dalam liang sanggamanya, dan kutahu ia masih menikmati orgasmenya.
“Dhik,” panggilku seraya masih menunggu derai berahi Annastasia usai, “pernah anal kan?”
“Pernah Om,” ujar Dhika.
“Ja … jangan anal Beeeebh?” Annastasia melenguh seraya tubuhnya mulai melemas.
“Mulut Mama gak sesuai sama boolnya,” ujarnya seraya mengusap pelan sekitar liang anusnya.
“Aaah! Paaaaaaaaph!” Annastasia melenguh, menggelinjang saat jemariku membelai manja liang anusnya dan diakhiri dengan remasan gemas di sepasang bongkah pantat montoknya yang putih.
“Jangan anaaaalh!”
“Loh,” lenguhku, “katanya mau jadi jablay sampe enema tiga kali malem ini.”
“Yaaa harus dientot dong pantatnya,” ujarku lalu menusukkan setengah jari tengahku di liang anusnya.
“Aaaah!” Annastasia mendesah, “jangan double penetration duluuuh.”
“Gilir aja memeknyaaa,” pinta Annastasia diantara lenguhan manjanya, “Mama belum siaaaph.”
Tanpa mempedulikan ucapannya, kucabut kejantananku dengan cepat, dan beralih di sebelah tubuhnya yang sudah hina malam ini. Ia tidak melawan, dengan lemas kuangkat paksa tubuh sintal istriku yang masih menyiratkan berahi yang tak berujung.
Annastasia kini ada di atas tubuhku, Dhika yang saat itu berada di bawah kami langsung bernafsu tatkala melihat tubuh indah Annastasia dari belakang. Dan dengan kasar, kulebarkan liang anus Annastasia ke arah Dhika.
“Masukin kontol kamu ke pantatnya lonte ini Dhik.”
Aku tidak peduli.
Aku sungguh tidak peduli.
Sleeeeeph!
Sleeeeeph!
Sleeeeeph!
Sleeeeeph!
Kupaksakan penisku menikam vaginanya, empat kali hunusan kuat di sana langsung membuat kejantananku tenggelam dalam buaian kenikmatan bersanggama bersama wanita 28 tahun yang tidak pernah bosan kusetubuhi lagi, lagi, dan lagi.
Annastasia sedikit meronta ketika Dhika mulai mendekatinya, entah apa yang ia lakukan di belakang sana, aku tidak memperhatikannya. Yang aku tahu adalah sekujur penisku sedang dipagut erat oleh vagina istriku yang terasa begitu basah karena benih cintaku dan Dhika.
Sepasang tanganku membuka lebar-lebar bongkah pantat montok Annastasia, sementara Dhika tampak menggenggam pinggul istriku. Ia tampak mulai menghunuskan kuat-kuat pinggulnya untuk menghinakan anus istriku.
“Beeeebh! Aaaaaakhh!” Annastasia melenguh agak kencang ketika kurasakan sesuatu agak mengganjal di bagian bawah penisku.
“Ooooooh! Taaaaaaanthh!” Dhika pun melenguh.
Tubuh pemuda itu terus maju, tidak ada pertahanan yang berarti ketika penis Dhika tampak begitu mengganjal rektum Annastasia. Penisnya yang keras terasa begitu lekat, hanya dipisahkan oleh otot perineumnya.
“Aaaaaaakh! Stooooophh! Dhikaaaaaaaaah!”
Semakin lama penis Dhika makin terasa menjajah liang anus Annastasia. Ia terus meronta, namun nafsu iblis yang berada di tubuh-tubuh berdosa ini seakan tidak ingin melepas kenikmatan menggauli dua surga dunia ini.
“Aaaaaaaaakh! Aaaaaaaaaaakh!” Annastasia berteriak, ia tampak meringis saat pelvis Dhika terasa di kedua tanganku. Tandanya seluruh pelir Dhika sudah menjajah anus dan rektum istriku.
Dalam posisi ini pun bisa merasakan buah zakarnya beradu dengan buah zakarku. Menciptakan sebuah sensasi yang aneh, sangat aneh, namun dikalahkan oleh rasa nikmat liang sanggama Annastasia yang tidak pernah bosan kunikmati.
“Taaaaaanth! Boolmu enaaaakh! Tapi tempikmu lebih enaaakh!” Dhika melenguh, seraya tubuh Annastasia mulai bergetar begitu hebat.
Aku menyetubuhinya.
Dhika menyodominya.
“Aaaah! Tungguuuh! Panashhh!” Annastasia meracau saat kami membiasakan diri dalam posisi ini.
Tubuh sintal Annastasia mendekapku, helaan napasnya yang terengah terdengar layaknya simfoni berahi yang begitu indah tepat di telingaku. Kuatur posisi tubuhku agar Dhika bisa maksimal menyodomi anus istriku.
Namun, pemuda itu tampaknya tidak tahan untuk menikmati kelezatan anal seks bersama Annastasia, perlahan ia mulai menggerakkan pinggulnya.
“Diem duluuuh Dhiiik!” Annastasia sedikit berteriak, nahas, untaian lisannya tidak digubris sama sekali.
Tiada ampun bagi Annastasia.
Bahkan aku menambahkan siksaan itu, kugerakkan pinggulku untuk menikmati liang sanggamanya yang terasa semakin rapat tatkala pelir Dhika menekan perineum Annastasia dan membuat otot kewanitaannya semakin liar mencengkeram kejantananku.
Cplaaak! Cplaaak! Cplaaak!
“Aaaah! Aaaah! Aaaaah! Paaanaaaash!”
Annastasia meracau, tubuhnya meronta-ronta saat Dhika dan aku beradu berahi dengannya. Sesekali buah zakar kami saling beradu saat nafsu binatang yang telah menguasaiku seakan begitu menikmati lezatnya liang sanggama istriku yang anusnya disodomi Dhika.
Gerakanku dan Dhika tidak teratur, saling beradu cepat menuntaskan berahi kami tanpa mempedulikan apa yang dirasakan Annastasia.
“Aaaah! Aaah! Aaah! Aaah! Fuuuuck meee haaard!”
“Cum inside meee! Fuuuuuuuck!”
Annastasia meracau ketika tubuhnya semakin mengejang, menggelinjang seraya menikmati hujaman penis kami di kedua liang surganya.
Kunikmati dengan rakus sepasang puting yang kusatukan. Sementara Dhika menahan tubuh Annastasia, seraya kedua pelir perkasa kami menjajahnya dengan kenikmatan yang selalu ia dambakan. Pinggul kami saling beradu cepat.
Mengeluarmasukkan pelir-pelir kami di liang kenikmatan Annastasia.
Cplaaak! Cplaaak! Cplaaak!
“Aaah! Aaah! Aaaah!”
Tubuh Annastasia semakin kuat bergetar, seraya pinggulnya pun bergerak tak berarutan, mengikuti ritme pinggul kami yang begitu kasar menyetubuhinya.
Cplaaak! Cplaaak! Cplaaak!
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!”
Orkestra berahi ini pun akhirnya mencapai klimaks. Tubuh Annastasia bergetar hebat, menggelinjang seraya rasa pagutan liang sanggamanya semakin terasa menyiksa pelirku dengan kenikmatan.
Kutekan-tekan kejantananku, membantu Annastasia menikmati orgasmenya, sementara Dhika masih terus berasyik-masyuk dengan anus istriku hingga akhirnya ia pun menyerah.
“Ooooooooooh! Lonteeeeeeeeeeh!” Dhika melenguh, menekan juga pinggulnya.
Sungguh aku bisa merasakan denyutan pelir Dhika yang begitu dahsyat ketika memuntahkan mani panas di rektum Annastasia, hanya otot perineum Annastasia yang memisahkan kejamnya tikaman benih cinta Dhika di sana.
Seraya getaran tubuh Annastasia belum berakhir, aku teruskan hujaman pelirku di liang sanggamanya, membangun lagi berahi Annastasia yang belum usai dengan getaran yang langsung melonjak tajam.
Tubuhnya bergetar lagi, menggelinjang begitu hebat. Seraya kedua tangannya menekan kepalaku untuk terus menghisap kedua putingnya yang masih mengeluarkan susu yang terasa manis ini.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!” Desah Annastasia, berteriak menikmati orgasme keenamnya dengan begitu dahsyat.
Batang kenikmatanku pun terasa begitu geli, berahi yang sudah hampir dua-puluh-menit dipermainkan ini pun menyerah pada kenikmatan liang sanggama Annastasia yang begitu lengket dan ketat ini.
Kutekan kuat-kuat pinggulku di dalam liang sanggamanya, seraya rasa nikmat itu mengalir di sekujur batang pelirku.
Creeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeet!
Creeeeeeeeeeeeeeeeeeeet!
Creeeeeeeeeeeeet!
Creeeeeet!
Creeeeeet!
Creeeeeet!
“Ooooooh! Maaaamaaaaa!”
Kunikmati tiap detik yang berlalu, tiap denyutan nikmat yang mengalir di sekujur pelirku tatkala semburan benih cintaku melesat ke dalam rahim istriku.
Tercurah begitu banyak dan dahsyat.
Bercampur dengan lengketnya mani Dhika.
Duniaku terasa didekap dalam kenikmatan, sang waktu pun seolah berhenti untuk merayakan kelezatan persanggamaan liar kami bertiga malam ini. Helaan napasku terus terburu ketika menyadari penis Dhika masih begitu keras dan perkasa di dalam anus Annastasia.
“Ha! Ha! Ha! Ha!” Annastasia tertawa lepas, tampak nada mayor kepuasan terlontar dari lisannya.
Kucabut penisku dari liang sanggamanya.
Dhika pun melakukan hal yang sama.
Tubuh lunglai Annastasia langsung jatuh, telungkup di atas ranjang besar ini. Kutinggalkan tubuhnya di sana, ia masih menikmati derai berahinya, sambil tertawa dengan begitu puas.
Dhika memandangku, ia lalu pergi ke kamar mandi untuk membasuh pelirnya yang meskipun tidak sedikitpun terdapat feses Annastasia. Sementara Annastasia malah menaikkan lagi pinggulnya menunjukkan keindahan liang sanggamanya yang gemuk dan gundul.
Keindahan itu semakin luar biasa saat kedua liangnya melelehkan maniku dan mani Dhika, ia bahkan menggoyang-goyangkan lagi pantatnya dalam posisi bersujud.
“Memek Lonte Annastasia masih belum puaaash Beeebh.”
Tidak lama, Dhika yang keluar dari kamar mandi, menunjukkan bahwa penisnya yang masih perkasa sudah bersih, langsung menuju ke arah Annastasia, mengarahkan pelirnya ke liang sanggama istriku dan mulai menekan-nekan lagi pinggulnya.
“Masih sempiiiiith Taaaanth!” Dhika melenguh saat pelir perkasanya masih saja belum berhasil menembus, merekahkan lubang kencing Annastasia yang sudah enam kali orgasme.
Kuhela napas, tersenyum menyaksikan Dhika yang masih berusaha menzinahi lagi istriku seraya duduk di sofa dekat sana dan menikmati pemandangan perzinahan Dhika dan Annastasia.
Sungguh, aku menyukai ini, sangat menyukai tubuh istriku dinikmati orang lain. Bahkan hal-hal gila mulai memenuhi kepalaku.
“Kalo udah gak kuat, bilang sama Om,” ujarku seraya menghela napas, “kita gilir memek lonte Annastasia sampe puas.”
Dan nafsu binatang itu pun saling beradu, menuntaskan berahi yang begitu meletup membahana dalam desahan penuh kenikmatan yang terlontar dari lisan-lisan pendosa mereka.
BONUS BOKEP BARAT KLIK TOMBOL DIBAWAH
ููุณุช ููุงู ุชุนูููุงุช for "My Slutty Wife Annastasia A Cuckold Story (BAGIAN 3)"
ุฅุฑุณุงู ุชุนููู