My Slutty Wife Annastasia A Cuckold Story (BAGIAN 6)

 Model : Sherli


PLEASURE OF PLEASURE​
Deg! Deg! Deg!

Sedikit gemetar, aku pun memutar media, ditranslasikan dalam bentuk gambar gerak yang begitu jernih melalui layar Super Retina XDR OLED berukuran enam-koma-lima-inci dengan resolusi 1.242 x 2.688 piksel.

Bukan pemandangan yang sebenarnya kuharapkan menyentuh indra penglihatanku saat ini.

Alih-alih empat-lima-enam laki-laki asing sibuk menyetubuhinya, menuntaskan berahi mereka di dalam liang sanggama, mulut, bahkan anus istriku. Ia hanya bermain cinta dengan keponakannya saja.

Annastasia tampak menikmati tikaman demi tikaman pelir Dhika yang tampak berasyik-masyuk menzinahi liang sanggama istriku. Wajah cantik itu terlihat amat menggairahkan ketika tubuhnya bergerak aktif memanjakan pelir Dhika yang tampak menikmati pijatan liang sanggamanya.

Wanitaku saat ini bersanggama dalam posisi Lead Cowgirl dengan masih mengenakan hijab lengkapnya. Bahkan kacamata Wellington miliknya juga dikenakan saat itu. Sungguh sebuah hal yang tidak lazim untuk seorang Annastasia.

Hal itu terus berkelakar di kepalaku, karena aku dan Annastasia bukanlah pemuja seks dengan kostum, preferensi kami lebih menyukai sentuhan kulit ke kulit langsung. Entah mengapa segalanya terasa berubah kini.

Sekejap seluruh berahi itu langsung memuncak, meletup begitu dahsyat tatkala video tersebut semakin lama terputar, betapa jalangnya istriku ketika bersetubuh dengan laki-laki lain.

“Enaaakh Diiikh!” lenguh Annastasia, terdengar sayup dari loudspeaker ponsel ini.

Tubuhnya benar-benar bergerak, memanjakan pelir Dhika yang tertutup oleh gamis panjangnya yang masih dibiarkan terjuntai.

Sementara payudara super besarnya dibiarkan tergantung, menyembul dari ritsleting yang hanya dibiarkan terbuka hanya untuk mengakomodasi sepasang kelenjar susu itu untuk memamerkan keindahannya.

“Memek Tantee the beeest,” balas Dhika, seraya menikmati tarian pinggul Annastasia, “tetek Tanteeee jugaaaaa.”

“Aaah! Aaah! Aaah!” Annastasia masih melenguh, pinggulnya yang montok tampak masih sibuk bergerak naik dan turun.


“Om gak cemburu?” Tania mengagetkanku, lisannya yang lembut seolah mengutarakan perasaannya saat ini.

Kuanggukkan kepalaku pelan, “boong Tan kalo aku gak cemburu.”

Aku lalu menghentikan media yang belum rampung terputar, dan menyerahkan kembali ponsel tersebut ke Tania.

Ia lalu tersenyum seraya menerima ponsel ini, “kalo gitu, kenapa Om Alfa malah bolehin pacar aku ngentotin dia?”

Kuhela napas panjang, kupimpin langkah menjauhi dirinya, “kalo itu ngebuat pasanganmu bahagia, kenapa enggak.”

Wanita itu sontak mengikutiku, derap langkah ringannya terhenti tepat di sebelahku, “aku paham, Om.”

Jemari lembutnya memagut tanganku, begitu erat, sejenak lalu seluruh imaji di kepalaku terputar tentang sosok Tania yang saat ini di sebelahku.

“Kamu bahagia kan sama Dhika?”

Ia mengangguk pelan, “bahagia,” ujarnya lalu memandang ke arahku, “aku niat banget buat dinikahin sama Dhika.”

“Tapi apa mungkin, setelah apa yang kita lakuin, Dhika masih cinta sama Tania?”

Helaan napasnya terasa begitu berat, melantunkan elegi tentang kesenduan hatinya saat ini. Ia bahkan menyandarkan kepalanya di pundakku, membangkitkan romansa yang telah kutinggalkan dua tahun yang lalu.

“Kenapa Kak Alfa ada di sana?”

“Kenapa Kak Alfa cegah itu semua?”

Kugelengkan kepala, “aku cuma numpang lewat Tan.”

“Boong,” dengusnya singkat, “jujur sama Tania.”

Pagutan jemarinya terasa semakin erat, retorika di atas alunan romansa hatinya bahkan terasa begitu berdesir, ditranslasikan dalam bentuk kehangatan yang sekejap langsung membius segenap asa ini.

Deg!

Sungguh begitu sesak dada ini saat lisan yang tertahan di kerongkonganku bergejolak. Meletupkan benih samara yang sudah kutimbun rapat-rapat kepada Tania.

“Let me say,” ujarku pelan, “I never done that thing to someone that I am not loving at.”

Ia sedikit terhentak, sorot matanya memandangku dengan tidak percaya. Wajahnya berangsung memerah seraya bibirnya yang merah muda sedikit terbuka.

“I think,” ujarnya pelan, “I think that’s not what I expected.”

Ekor matanya terus mengarah kepadaku, masih menatap dengan air wajah yang tidak percaya.

“I love you, Tania,” ujarku pelan, “tapi aku gak mungkin nikahin kamu.”

Sejurus tubuhnya langsung menerjangku, memagut lekat-lekat raga ini dengan alunan syahdu nada minor yang aku tidak pernah rasakan sebelumnya dari sosok Tania.

Ya, aku berzinah dengannya. Tapi bukan karena semata ia menarik secara fisik. Dan jujur, Tania adalah wanita kesekian selain istri sahku yang kujajah liang sanggamanya.

Aku mencintai wanita yang pernah sekali meraih perhatianku di masa dua-tiga-tahun yang lalu, ketika ia masih duduk di bangku SMA.

Ah, terlalu panjang jika aku harus menarikan jemariku di atas keyboard dan menceritakan bagaimana aku bisa bertemu Tania, dan akhirnya hati ini bisa terpagut oleh pesona wanita itu.

“Kak,” panggilnya, “lagi,” pintanya manja.

Kali ini kugelengkan kepalaku pelan, “jangan sekarang Tan.”

“Tapi Kak,” ujarnya pelan, “aku sengaja minta Papi buat kasih jadwal kosong ini buat kita ngentot.”

Deg!

Entah mengapa dadaku terasa begitu sesak. Susah payah aku menghindari Tania agar ia bisa bahagia dengan Dhika, wanita ini justru malah memilih menjerumuskan dirinya ke dalam perzinahan haram yang tiada pernah kuduga akan terjadi.

Kuhela napas, “swinger aja bareng sama Annastasia, gimana?”

Ia mengangguk setuju, “jadi Tante Anna sama Dhika, terus aku sama Kak Alfaah.”

Aku menganggukkan kepalaku, “okay, put your dress on.”

Kupimpin langkahku mendekatinya, “without an underwear.”

Tania sedikit terhentak, wajahnya memerah sejurus senyuman kukembangkan ke arahnya. Tiada lisan untuk menegasikan instruksi yang kulafalkan kepadanya, hanya anggukan ringan sebagai tanda afirmasi dan senyuman penuh makna dipenghujungnya.

*****​

Tania kini bertransformasi menjadi sosok wanita salihah.

Ya, semenjak peristiwa dua tahun yang lalu itu, ia berjanji kepadaku untuk mengubah penampilannya saat bepergian ke luar.

Tania menepatinya.

Siang ini, sosoknya mengenakan gamis ungu muda harmonis bersama hijab panjang yang senada dengan warna pakaiannya. Tidak lupa kacamata Wellington yang tetap setia menemani, membuat kecantikannya semakin terpancar.

Namun dibalik itu semua, ada tubuh polos penuh dosa yang bahkan belum menuntaskan mandi wajib setelah perzinahan haram yang kami lakukan tadi. Senyum ayunya seolah menjadi semboyan kebinalan yang menjebak berahiku untuk menggaulinya lagi.

Ah Tania.

Mengapa seluruh syahwatku sekejap membuncah?

Ingin rasanya aku menggauli Tania dalam posisi ini. Masih dalam pakaian salihahnya.

Sungguh, aku tidak pernah suka menyetubuhi seluruh wanitaku dalam pakaian yang menjaga kehormatannya. Namun segalanya berubah sejak perzinahan istriku semalam, imajiku mulai berkelakar di kepala.

Seruan ablasa tampak terus menggodaku dengan segenap janji dan muslihat kenikmatan duniawi yang tiada bisa tertolak.

Sekali lagi imanku kembali runtuh, aku bertekad untuk menyempurkan ambisiku, menikmati perzinahan haram istriku dengan laki-laki lainnya.

Entahlah, aku begitu tergila-gila ketika sosok Annastasia yang kujaga bisa disetubuhi orang lain. Rasanya onani saja cukup, onani saat menikmati alunan simfoni berahi dua-tiga-empat-lima laki-laki menggagahinya.

“Kak,” panggil Tania pelan, sekejap membuyarkan lamunanku.

“Maaf Tan,” ujarku pelan, aku pun segera memimpin langkah, mengusir lekas-lekas imaji tentang berzinah dengan Tania lagi.

Tujuannya lurus, beronani di depan Dhika dan Annastasia.

*****​

Tania kuberikan kesempatan untuk mengendarai kendaraan J-Segment besutan Toyota ini. Bukan karena aku malas menyetir, tapi aku ingin menikmati media yang tersimpan di ponsel Tania.

Sudah bukan rahasia lagi, aku diberikan akses lebih dalam kepada Tania ketimbang Dhika yang merupakan kekasihnya sendiri.

Wanita ini bahkan mempercayakan ponselnya dioperasikan olehku sementara ia tetap berkonsentrasi menyetir seraya sesekali melirik ke arahku.



Entah pekerjaan siapa, tetapi meletakkan ponsel di posisi ini, benar-benar memberikanku sudut pandang yang luas tentang apa yang dilakukan oleh sepasang tante dan keponakan dalam merayakan cinta di luar hubungan pernikahan yang sah.

Perzinahan panas itu terus berlanjut tatkala Dhika dengan lancangnya menjamah sepasang payudara Annastasia yang menggantung indah, di saat ujung-ujungnya melelehkan susu yang masih deras mengalir dari dalamnya.

“Emuuuth Dhiiiik! Iseeeep susunyaaah!”

Dengan sedikit tergopoh, Dhika mengarahkan payudara Annastasia dengan tangannya ke mulut kotornya untuk menghisap kedua puting Annastasia yang dihimpitkan.

Istriku tampak begitu menikmati hisapan Dhika yang sibuk menguras air susu yang mengalir deras dari dalamnya.

“Aaah! Hmmmmph! Hmmmmmph! Teruuuuush Dhiiikh!”

Annastasia menggigit sendiri bibir bawahnya, menyuratkan betapa ia menikmati perzinahan yang tengah berlangsung saat ini.

Sekejap, Dhika lalu menghentikan hisapannya. Sementara Annastasia masih terus menggerakkan pinggulnya, menikmati setiap milimeter rangsangan kejantanan Dhika di dalam liang sanggama yang ia nistakan sendiri.

“Doggy Taanth! Di jendelaaa!” Dhika melenguh, sepasang tangan kekarnya menahan pinggul Annastasia.

Sejurus, Annastasia langsung menguarkan batang kenikmatan Dhika, “aaaaaaaaaaaaaah!”

Saat wanitaku akan berjalan, keponakannya menarik gamisnya, seolah memerintahkan sosok binal Annastasia untuk melepas gamis dari tubuhnya.

Dan ia menurutinya.

Tubuhnya sudah dikusai oleh syahwat, imannya sudah runtuh akibat godaan ablasa yang jauh lebih menggendalikan berahinya yang tiada pernah terbendung.

Gamis biru pirus itu tumbang, mendeklarasikan hancurnya harga diri Annastasia Nadia yang kini hanya tinggal serpihan tanpa jejak. Menyisakan hijabnya yang masih menutupi kepalanya dan kacamata Lexington, menggantikan kacamata Wellington yang dilepasnya barusan.

Annastasia menjadi sosok berhijab namun telanjang. Tubuh indahnya yang benar-benar putih terpampang begitu nyata.

Wanitaku lalu mengambil ponselnya seraya ia berjalan menuju ke jendela, menunjukkan bahwa laki-laki yang menikmati visual tubuhnya tadi pagi berada di bawah sana.

Seutas senyuman penuh kepuasan teruntai, tatkala kamera ponselnya zoom in ke arah wajahnya dan akhirnya menjauh, diletakkan di sudut serong empat-puluh-lima derajat.

Menyorot tubuh pendosa Annastasia yang sudah ternoda oleh berahinya sendiri, dizinahi oleh keponakan perkasanya, dan disaksikan oleh orang asing yang tampak juga menikmati persanggamaan itu.

Dhika menempelkan tubuh Annastasia di jendela, kedua tangan istriku bahkan kewalahan menahan hentakan perkasa keponakannya, sejurus menekan sepasang payudaranya ikut menempel di jendela.

Butuh tujuh kali hunusan kuat sampai pelir Dhika benar-benar disambut riang gembira oleh liang sanggama tantenya.

“Masih rapeeetth Taaaanth!” Dhika melenguh seraya menggenggam lekuk pinggul Annastasia.

“Aaaah! Enaaaaakh Dhiiiikh!”

“Ewein lonteeh Anaaah sepuasnyaaaah!”

Cploook! Cplooook! Cplooook!

Orkestra persanggamaan itu langsung mengalun, begitu mayor. Suaranya berasal dari tumbukan kulit mereka, diamplifikasi oleh basahnya vagina Annastasia yang kuyakin sudah dibuahi oleh benih cinta Dhika lebih dari sekali.

“Lonteeeh Annnaaah! Puasiiiin kontooolmu! Pakeee lonteeeh Annaaah sepuasnyaaah!” Annastasia meracau seraya gerakan Dhika semakin tak beraturan.

“Perek kayak lo dibayar berapa! Haaaah!” Dhika menghina istriku dengan kata-kata kasarnya.

“Goceeeeng ajaaaaaah! Aaaah! Puasin kontolmu Dhiiiik! Jangaaaan dipakeee pelaaaan!”

Cploook! Cplooook! Cplooook!

Tubuh Annastasia yang hanya ditutupi hijab panjang berwarna biru pirus itu tampak tidak karuan, ia berulangkali bergetar, tampaknya puncak kenikmatanya sudah akan meledak.

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!” Annastasia berteriak, ia menekan-nekan pantatnya ke arah Dhika.

“Pereeeek! Siapa suruuh orgasme! Bego!”

Plaaak! Plaaaak! Plaaaak! Plaaaak!

Dhika menampar sepasang bongkah pantat Annastasia, meninggalkan rona kemerahan di atas kulitnya yang begitu putih.

“Aaah! Hukuuumh lagi Dhiiik! Hukuuuum lonte iniiiih!”

Cploook! Cplooook! Cplooook!

Dhika menambah kuat hujaman pelirnya di liang sanggama Annastasia. Seraya tubuh berdosanya kembali bergetar.

“Siapa suruh lo orgasme anjing!”

Plaaak! Plaaak! Plaaak! Plaaak! Plaaak! Plaaak!

Begitu cepat rangsangan itu tercipta tatkala tangan kekar Dhika terus menampar pantat Annastasia seraya gerakan rekursif pinggulnya terus menjajah liang sanggama istriku.

“Makan peju gueeee lonteeee Annastasiaaaaaaah!”

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!” hentakan pinggul Dhika langsung terharmonisasi oleh menggelinjangnya tubuh Annastasia.

Begitu panjang.

Begitu lama.

Sungguh istriku amat menikmati dizinahi oleh keponakannya. Hingga di akhir punca kenikmatan mereka, Dhika langsung mencabut pelirnya, membiarkan Annastasia terjauh dari posisinya.

Namun, apa yang dilakukan Annastasia membuatku terkejut. Ia merangkak ke arah Dhika, lalu menjilati tiap milimeter kejantanan keponakannya yang masih dilumuri cairan dan benih cinta sisa persanggamaan mereka.

Annastasia tampak begitu menikmati itu, seraya lelehan benih cinta Dhika mengalir dari liang sanggama Annastasia.

Bukan hanya dari liang sanggama.

Tapi juga dari anusnya.

Benih cinta itu meleleh.

Amat sangat banyak.

Terus menerus mengalir, sangat banyak.

Layaknya Annastasia sudah dizinahi lebih dari satu laki-laki.

“Om Alfa, sekarang tau kan betapa lontenya tante Annastasia?”

Wanitaku langsung ambruk dalam posisi bersujud, sementara Dhika tampak bersiap kembali menzinahi tubuh Annastasia yang sudah tiada berdaya.

Kamera tampak terbang secara ajaibnya, mendekati tubuh Annastasia yang penuh dengan peluh dan juga beberapa semburan benih cinta yang sudah mengering.

Kamera lalu terbang kembali menunju ke kedua liang sanggama Annastasia yang benar-benar melelehkan banyak sekali benih cinta.

“Another round dear,” suara laki-laki terdengar, dan itu bukan suara Dhika.

Video ini pun berhenti seraya gelak tawa beberapa pria terdengar di akhirnya.

“Hahahahahahahaha!”

Deg! Deg! Deg!

Tanpa sadar, selama video tersebut terputar, tanganku terus bekerja sendiri, merangsang pelirku yang amat keras.

Sungguh betapa aku menikmati perzinahan istriku dengan keponakannya barusan. Dan mungkin beberapa lelaki yang tidak muncul di kamera.

Annastasia sudah sepenuhnya menjadi pelacur, wanita jalang yang mementingkan egosentris berahi liarnya di atas apapun.

Namun itu semua membuat berahiku juga begitu memuncak. Tatkala aku tersadar bahwa kendaraan ini berada dalam kondisi stasioner.

Sekejap aku menyadari raga ini berada di lokasi yang belum pernah kutapaki sebelumnya. Tiada penjelasan apapun dari Tania kecuali jemarinya yang begitu lincah menggantikan gerakan rekursif tanganku.

“Kakak mau make memek Tania?” ia bertanya seraya memasang wajah sange yang jelas menggoda syahwatku kini.

Tubuhnya sudah tidak berbusana, hanya tinggal hijab panjangnya dan kacamata Wellington yang masih tersemat menghiasi cantik wajahnya.

Mataku langsung terasa amat buram, berahi itu sekejap menguasai tubuhku. Dengan cepat kulucuti celanaku sendiri, “buka power back door.”

Seolah paham dengan apa yang kuinginkan, Tania lalu membuka bagasi dengan tombol elektrik yang berada di kanan bawah lingkar kemudi.

Berahiku sungguh mengusai tubuhku kini


ู„ูŠุณุช ู‡ู†ุงูƒ ุชุนู„ูŠู‚ุงุช for "My Slutty Wife Annastasia A Cuckold Story (BAGIAN 6)"