Prank Call (Episode 8: Dita dan Kurir Paket Film Bokep)

 


Keesokan harinya kami bangun kesiangan. Pergulatan tadi malam membuat kami tertidur dengan lelap. Kami baru terbangun pada saat Bi Indri datang untuk bekerja di rumah.

“sayang bangun! Siap-siap ke kantor”

“hmmmm”

Suamiku masih merasa malas untuk bangun dari tempat tidurnya. Dia malah memeluk tubuhku.

“ih sayang, aku mau buka pintu gerbang dulu, ada Bi Indri kayaknya tuh udah dateng”

Setelah membuka kan pintu untuk Bi Indri aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Tadi juga aku sudah mengecek ke kamar Keanu dan dia masih tertidur. Setelah mandi aku berniat menyiapkan sarapan pagi untuk suamiku.

“tadi malem enak banget sih sayang. Kamu beda dari biasanya”

“masa sih. Enggak ah, sama aja” aku ngeles.

“Bisa kewalahan nih aku kalo terus dihajar oleh “kamu” seperti semalem”

“ye.. dasar, ada juga aku yang kewalahan. Hahahhaaaa” aku remas penisnya.

“ih apaan sih, kok udah berdiri aja burungnya. Masih pagi loh Yah. Kamu harus pergi ke kantor ya, nanti telat”

“iya sayang, bentar aja, jilatin kayak semalem dong”

“Huh dasar”

Aku lepas handuk yang melilit tubuhnya, lalu aku blowjob penisnya. Slurp slurp. Posisiku kini berjongkok dan menatap wajah suamiku yang sedang menahan rangsangan kenikmatan. Aku kulum penisnya, sesekali aku sedot penisnya yang membuat eksperi wajah suamiku sedikit meringis.

“udah ah” aku mengeluarkan penisnya dari mulutku. Aku usap sedikit tetesan air liur yang mengalir lewat bibirku.

“enak banget, makasih banget ya sayang. Kalau tiap pagi kayak gini, enak nih yang”

“dasar, keenakan di kamu” aku cubit pahanya.

“Aw, iya ampun sayang”

Setelah suamiku pergi ke kantor, aku melanjutkan aktivitas seperti biasanya. Membersihkan rumah dan merawat anak. Hari itu aku pikir, penelepon gelap itu akan menelepon lagi. Tapi ternyata tidak. Tak ada telepon darinya seharian penuh. Begitu pula keesokan harinya, hari setelahnya, dan 3 hari setelahnya. Aku sudah tidak menggunakan alat sex semenjak penelepon itu menghilang. Ada sedikit perasaan kehilangan dan sepi yang ditinggalkan ketika telepon itu lama tidak berdering. Aku terkadang memandang telepon rumah dan berharap ada panggilan masuk.

19 April telepon rumah berdering. Dengan tergesa aku angkat telepon itu, berharap itu telepon darinya. tapi ternyata bukan, itu adalah telepon dari bank yang menawarkan kartu kredit. Aku sedikit kecewa. Aku alihkan pikiranku dengan melakukan pekerjaan rumah, chating, dan mengurus Keanu. Aku melihat chat di grup ada notifikasi.

“Jangan lupa, datang reuni SMA kita hari Sabtu tanggal 27 April”

Oh iya aku sampai lupa ada agenda reuni akbar SMA angkatan aku. Tanggal 27 berarti minggu depan. Aku sampai lupa.

“kalian pada dateng kan?” aku ketik pesan di grup itu.

“Yoi” Selly membalas.

“pasti lah” Wahyu.

“kuy” Fahri.

“gas” Gladys.

Satu orang lagi anggota grup belum membalas. Tapi aku baca notifikasi pesannya sudah terkirim dan sudah terbaca. Apa dia tidak datang ya. Entahlah.

Ini adalah grup inner circle ku di SMA. Teman-teman terdekat yang menghiasi hari-hariku di SMA. Dulu aku termasuk murid yang berprestasi, selalu menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti berbagai ajang kompetesi. Suatu ketika ada perlombaan debat bahasa inggris tingkat SMA, terpilih lah dua kelompok yang akan mewakili sekolah. Kelompok pertama terdiri dari Gladys, Selly, dan Wahyu. Kelompok kedua terdiri dari aku, Fahri, dan Ivan.

Setiap hari kami berlatih, jadi sering ketemu. Kemana-manapun selalu bareng. Jadi kehidupan SMA ku tidak jauh dari mereka berlima. Sekarang semuanya sudah punya kehidupan masing-masing. Jadi pasti seru sekali kalau di reuni nanti kami bertemu dan saling bertukar cerita.

“hadir” tiba-tiba ada chat masuk dari Ivan. Dia juga akan hadir. Berarti nanti lengkap berenam, kami akan menghadiri reuni SMA. Aku sudah tidak sabar menantinya.



Senin, 22 April. Satu minggu lebih setelah telepon terakhir kali, dia menelepon kembali.

“halo sayang, apakah kau merindukanku? Hahahahhaa”

Aku diam saja.

“pasti kau sangat merindukanku kan? Pasti kau sudah lama tidak bermasturbasi, dan ingin kembali merasakan kenikmatan benda itu?”

“apa yang kamu bicarakan? SUDAH HENTIKAN. AKU SUDAH TIDAK MEMAKAI BENDA ITU LAGI”

“Hahahahhaaa.... jangan malu-malu sayangku. Mari kita bersenang-senang lagi”

“AKU TIDAK MAU. CUKUP! JANGAN TELEPON LAGI!”

“Ahh....ahh.... enaaaak.....!!”

“ooohh...ohhhh... eeeennaaak”

Bzzbbzzzbz....bzzzzz....

“Aahhhhhhhhhhhhhh!!”

Aku mendengar suaraku sendiri dari balik telepon. Suara waktu aku masturbasi.

“kamu tidak mau kan rekaman suara ini sampai ke suami kamu?”

“SIALAN. Bagaimana bisa?”

“aku selalu merekam semua sesi enak-enak kita sayang. Suara desahanmu terlalu enak untuk dibiarkan begitu saja”

Aku tidak mungkin membiarkan orang ini mengirim rekaman itu ke suamiku. Aku tidak mau melukainya, dan merusak pernikahan kami. Aku tidak bisa berkata-kata lagi, jika aku menolak, pasti si penelon itu akan mengirimkan rekaman itu ke suamiku. Dan si penelon itu paham, bahwa aku tidak bisa menolak dan hanya bisa terdiam.

“Mulai sekarang, kita tidak akan bermain dengan dildo dan teman-temannya. Kita akan mencoba sesuatu yang baru”

“GAK USAH MACEM-MACEM DEH” aku hanya menggertak, gertak sambel. Yang bahkan tidak digubrisnya.

“Mulai sekarang kamu harus meninggalkan pakaian dalam”

“maksudnya?”

“kamu tidak boleh pakai celana dalam dan bra, di rumah atau pun di luar rumah”

“GILA KAMU! AKU TIDAK MAU”

“Ingat sayang! Jika kamu menolak, konsekuensi akan sangat fatal sekali.. hahahhahaha” dia tertawa dengan keras. “dan jangan coba-coba melanggar kesepakatan ini, aku akan tau jika kau melanggar”

“ta.....”

Dia menutup teleponnya.

Bagaimana ini. Terjadi pergolakan batin di dalam pikiranku sendiri. Tak pernah terbayang olehku untuk tidak memakai celana dalam sama sekali. Walaupun di dalam rumah, tetap saja, rasanya sungguh aneh untuk tidak mengenakan celana dalam ataupun tidak mengenakan bra. Tapi dorongan untuk tidak mempermalukan suami dan nama baik keluarga, memaksaku untuk berani menyetujui pemikiran itu. lagi pula di rumah hanya ada Keanu dan bi Indri, jadi tidak terlalu bermasalah. Diriku mulai melakukan rasionalisasi atas ide gila si penelon itu.

Kepalaku masih pusing memikirkan apa yang harus aku lakukan. Mungkin sedikit rebahan di atas kasur dapat mengembalikan mood dan pikiran jernihku. Aku pergi ke kamar dan menghempaskan diriku di atas kasur, tanpa terasa aku malah terlelap.

Aduh, sudah berapa lama aku tertidur. Aku lihat jam, sudah menunjukan pukul 13.04, cukup lama juga aku tertidur. Aku mencoba mengingat-ngingat kejadian sebelum aku tidur tadi, rasanya aneh tiba-tiba bisa tertidur begitu saja. Oh iya, aku ingat, sebelum tidur, aku mendapat telepon dari orang sialan itu, dan membuat kesepakatan untuk tidak memakai celana dalam mulai sekarang. Sebenarnya bukan kesepakatan, lebih tepatnya aku dipaksa untuk melakukan itu. setelah meraih kesadaran, aku berusaha bangkit dari atas tempat tidur, dan berdiri di tengah kamar ku sendiri. Aku lepaskan celana dalam dan bra yang aku kenakan. Maaf saja, tapi aku terpaksa melakukannya.

Aku kini melenggang ke seluruh penjuru rumah tanpa pakaian dalam. Tubuhku hanya ditutupi rok pendek dan atasan kaos tipis. Rasanya aneh aja sih, kayak ada yang kurang. Apalagi di bagian dadaku, rasanya putingku mengeras, karena bergesekan dengan kaos setiap kali aku bergerak.

“hari ini masak apa bi?”

Aku menghapiri bi Indri yang tengah mencuci peralatan sehabis memasak.

“masak semur ayam bu”

Bi Indri melihatku sebentar, tapi kemudian menundukan pandangannya segera. Apa mungkin dia melihat sedikit tonjolan putingku dan menyadari kalau aku tidak pakai apa-apa lagi di baliknya. Ada sebuah perasaan yang tidak aku mengerti. Aku seperti senang dan bahagia ada orang lain yang melihat keindahan bagian tubuhku yang selama ini tidak aku perlihatkan secara terbuka. Ada dorongan untuk memperlihatkanya kepada orang lain, tapi secara langsung. Aku malah menyukai, bahkan menikmati aksi ini. Bahkan hanya dilihat oleh Bi Indri, bagaimana rasanya jika dilihat oleh laki-laki yang tidak aku kenal, atau aku berada di keramaian dengan pakaian seperti ini. Pasti aku akan menjadi pusat perhatian bagi mereka, seperti gula yang dikerubuni semut, atau madu yang dikelilingi banyak lebah.

“aku makan dulu ya Bi”

“i...ya Bu”



Selasa, 22 April

Ada seorang kurir yang datang ke rumahku, tapi kebetulan bi Indri sedang pergi ke warung untuk membeli bumbu dapur, aku terpaksa keluar rumah untuk mengambilnya. Aku masih mengikuti aturan si penelepon gelap dan berjalan ke luar rumah tanpa pakaian dalam.



“Permisi paketnya b.......u., mbbaa...k” kurir itu kaget melihat tampilanku, ngomongnya gelagapan.

“iya mas” aku mengambil paketnya. Sementara kurir itu masih terpesona melihat rok seksi yang aku kenakan dan aku yakin dia dapat melihat tonjolan putingku dibalik kaos ketat yang aku kenakan.

“.....” kurir itu masih diam

“tanda tangannya mas?” aku memberinya senyuman.

“ehh.. iyaaa” kurir itu sangat grogi, mencari ke dalam tas, tapi tidak ketemu juga.

Aku lihat ternyata pulpennya terselip di saku celananya, aku juga dapat melihat ada tonjolan dibalik celananya.

“itu mas di celananya” aku cekikikan

“oh iya, lupa. Maaf mbak”

Aku mulai menikmati permainan ini. Aku sandarkan paket ke dinding, lalu menandatangi tanda terima di atasnya. Dengan posisi itu, pantatku yang hanya tertutup rok pendek, tempampang dengan jelas jika si kurir itu mau membungkuk sedikit saja. Tapi dari posisinya sekarang dia hanya dapat melihat betapa putih dan mulusnya paha atasku.

“makasih ya mas” aku menyerahkan kembali tanda terimanya.

“saya yang makasih mbak... hehehehe” dia cengengesan

“sama-sama” aku malah menimpalinya

Aku yakin burung miliknya sudah kesakitan dibalik celananya dan ingin dibebaskan. Tapi itu bukan urusanku, biar saja menjadi urusannya sendiri. Palingan dia onani kalau belum beristri. Padahal aku saja masih masturbasi walau sudah punya suami.

Di dalam rumah aku buka paket itu. tak ada nama pengirim ataupun alamat si pengirim. Aku yakin ini pasti kiriman dari si penelepon gelap. Ada sebuah tulisan di kertas, aku membacanya.

“have fun”

Aku buka lagi isi paket itu, dan aku menemukan sebuah flash disk. Aku penasaran dengan isinya, jadi aku nyalakan laptopku. FD itu berisi banyak film, aku putar salah satunya. Alangkah kagetnya, ternyata isinya adalah film porno. Aku tutup layar laptopku karena kaget dengan apa yang aku lihat barusan. Seumur hidup aku belum pernah sekalipun menonton film bokep. Sebenarnya aku tidak ingin melanjutkan menonton film itu, tapi rasa penasaranku malah mengalahkanku. Toh udah nikah ini, kan gak boleh kalo belum nikah.

Dalam adegan film itu aku melihat seorang kakek yang sedang menggenjot seorang wanita muda yang sangat cantik dalam posisi doggy. Awalnya wanita itu menolak, tapi lama kelamaan dia menikmatinya juga, malah desahannya semakin keras. Aku kecilkan volume laptopku, takut ada yang denger. Penis kakek tua itu sangat besar dan panjang. Entah kenapa aku merasa tubuhku menjadi panas dan selangkanganku menjadi gatal. Ini pasti akibat aku tidak memakai pakaian dalam dan malah menggoda kurir paket itu. aku jad mudah terangsang. Atau mungkin karena aku baru pertama kali menonton film bokep.

Aku raba vaginaku, sudah sangat basah. Aku masih mengusapnya pelan, sambil menonton tiap adegan di depan layar. Aku melihat ekspesi wanita itu sangat menikmati sekali. Sepertinya sangat enak digagahi oleh penis yang besar dan panjang. Aku jadi teringat abah Ono, penisnya yang menantang bak tiang listrik itu selalu membayangi pikiranku.

Aku tidak kuat lagi, aku masturbasi dengan hebat menggunakan semua sex toys yang diberikan si penelepon gelap. Aku merangsang hampir semua lubang yang ada di tubuhku. Vagina, anus, dan mulutku secara bergantan dan simultan mendapat rangsangan yang membahagiakanku. Aku tonton habis semua adegan dalam film itu.

“ahhhaahh... Oohhhhh..Ohhhhhhhhhhh”

Crot....CROT...crot

Bersambung

BONUS BOKEP KLIK TOMBOL DIBAWAH


0 comments:

Post a Comment