Prank Call (Episode 5: Dita dan Mainan Barunya)

 

Aku sampai harus berbohong kepada Bi Indri kalau waktu itu perutku sakit parah, saking tak tertahankannya aku sampai teriak dan kepalaku menengadah ke atas. Dengan sigap Bi Indri mengambilkan obat sakit mag, setelah aku bilang mungkin karena sakit mag ku kumat. Aku harap dia tidak mencium bau cairan vaginaku yang membajiri celana dalamku di bawah sana.

“terima kasih ya Bi Indri”

“iya Bu, istirahat aja”

Setelah itu aku istirahat karena memang sudah lemas gara-gara squirting dan orgasme.

Keesokan harinya penelepon gelap itu mengirimku hadiah baru lagi, sebuah Butt Plug, bentuknya seperti ujung pada bidak seluncur. Dia memerintah aku untuk menancapkan benda itu di lubang anusku. Awalnya terasa sakit, benda itu seperti merobek lubang anusku yang sangat sempit. Alat itu begitu gemuk sedangkan lubang anusku begitu kecil, berbeda dengan rangsangan yang diberikan dildo, walaupun dildo juga bisa merangsang anusku, tapi ukurangnya jauh lebih kecil dibanding butt plug ini. Sulit sekali ternyata, karena lubang anus tidak seperti vagina yang mengeluarkan cairan jika dirangsang. Lubang pantat ini seret sekali.

“olesi pakai hand body atau baby oil dulu sayang” suara si penelepon gelap

Aku mengambil baby oil dan kemudian mengoleskannya pada butt plug. Setelah siap, aku masukan ke lubang anusku dan bles, alat itu masuk sekali tusukan. Ada sensasi kurang nyaman pada pantatku, lubang anusku terasa penuh. Otot-otot yang biasa mendorong tokai keluar, kini mengapit alat itu dengan kencang. Selain di pantat, aku juga merasakan rasa tidak nyaman di perut. Yang lebih parah adalah sensasi gatal yang aku rasakan di vaginaku. Aku tidak tahu ternyata rangsangan pada lubang anus dapat begitu membuatku terangsang hebat. Aku ingin digagahi. Maka aku ambil segera dua alat favoritku, dildo dan vibrator. Langsung aku masukan ke dalam vaginaku dan aku kocok-kocok. Vaginaku begitu banjir sekali mendapat rangsangan dari ketiga alat sex itu. aku cabut dildo itu, terlihat banyak cairan yang menempel disana, aku arahkan dildo itu ke mulutku, langsung aku santap dengan nikmat. Aku mengulumnya seperti anak kecil yang sudah lama tidak makan ice cream. Aku jilat, kocok, maju-mundur, putar-putar, pelintir, bahkan aku paksa masuk sampai dalam. Hal itu membuatku batuk-batuk dan hampir muntah. Tapi sensasi yang aku rasakan begitu enak. Aku orgasme tiga kali hari itu.

“Sayang”

“i..ya”

“Mulai besok pagi, selepas bangun tidur, dan seterusnya sampai aku menelepon, kamu harus menancapkan butt plug itu di lubang anusmu!”

Aku sudah tidak bertenaga, aku tidak mengerti perkataannya, aku hanya menjawab iya.



Rabu pagi, aku menyiapkan sarapan untuk suamiku. Kali ini aku membuat Sandwich telur keju dan susu.

“mah tau gak? Ibu Yuli, bagian marketing di kantorku kemarin baru aja ketipu”

“Ketipu gimana Yah?”

“Kata dia sih kayak dihipnotis gitu. Ada orang telepon tiba-tiba bilang anaknya kecelakaan. Dengan nada panik dia bilang kalau sekarang anaknya lagi di UGD dan harus segera diambil tindakan medis, tapi pihak rumah sakit tidak mau sebelum urusan administratifnya dibayar dulu. Ujung-ujungnya dia minta transfer Rp30 juta.”

“trus?”

“Karena panik mungkin, Bu Yuli langsung pergi ke Bank dan transfer uangnya. Dia baru sadar pas balik kantor lagi, dan langsung nangis di kantor, hampir pingsan juga”

“kasian ya Yah bu Yuli, gimana kalau kejadiannya ke aku ya?”

“Iya Mah, hati-hati makanya sekarang mah, jangan mudah percaya kalau tiba-tiba ada orang yang nelepon.”

Degh, padahal aku juga bisa dibilang korban tapi dari sisi lain.

“Iya Yah, mamah hati-hati, gak mudah tertipu oleh tipu daya si “penelepon gelap”, apapun modusnya!”

Suamiku tersenyum.

“Dari tadi mamah berdiri terus, apa gak pegel?”

Pegel sayang, aku ingin bilang itu. ini semua gara-gara benda yang dari tadi pagi sudah menancap di anusku, aku tidak bisa duduk dalam kondisi seperti ini. Aku mendekati suamiku, berdiri dibelakannya, dan memeluknya dari belakang.

“Nggak dong Yah, mamah cuman mau nyiapin kebutuhan Ayah di pagi ini, dan memeluk mesra Ayah sepeti ini.”

“Owhhhh, kamu memang istri paling romantis”

Mendapat perlakuan seperti itu dari suami, membuat hatiku merasa senang. Aku peluk dia semakin erat, sehingga dadaku semakin menempel di punggung suami. Posisiku kini sedikit menungging, jika rok pendeku di singkapkan ke atas maka akan terlihat butt plug menancap anusku, walau masih terhalang celana dalamku. Momentum ini membuat vaginaku basah, sekarang aku jadi mudah terangsang. Ini juga pasti gara-gara benda sialan itu yang aku pasang dari semenjak bangun tidur.

Aku cium suamiku, ciuman terganas yang pernah aku lakukan di pagi hari. Suamiku sampai kaget.

“sayang.. hmmpp,... enak sekali. Tumben pagi-pagi ciumannya udah ganas begini, pasti karena semalam gak dapet jatah ya?” sambil bercanda dia meledeku

“Iyaaa yah” aku meracau manja

“yaudah, tunggu ntar malam yah, Ayah pergi nguli dulu, nyangkul nyari sebongkah berlian. Hhahhaha” dia tertawa

“oke deh, jangan telat loh”

“Iya sayang”

Kami kembali berciuman. Lalu setelah itu, suamiku pergi ke kantor diantar Pak Maman. Sedangkan aku kembali ke rutinitas pagi hari, membersihkan rumah. Dimulai dari meja makan sehabis dipakai sarapan. Ternyata sangat sulit melakukan aktivitas rumah dengan benda asing menancap di pantat. Aku harus menyesuaikan langkah dan menahan rangsangan, vaginaku terasa berdenyut-denyut, dia sudah merindukan dildo kesayangannya.

Beberapa kali aku harus menghentikan aktivitasku karena vaginaku berdenyut atau keluar cairan. Aku tidak ingin Bi Indri curiga dengan kondisiku. Beberapa kali dia memasang wajah penuh tanya, seakan menerka-nerka kondisiku sekarang, mungkin dia mengira mag ku kambuh lagi.

“Ibu masih sakit?”

“Nggak bi, tenang aja, lanjutin aja beres-beresnya”

Dengan penuh perjuangan menahan rangsangan akhirnya aku selesai membereskan rumah. Tepat pukul sepuluh lewat sepuluh telepon rumah ku berbunyi.

“Bagaimana sayang, suka”

“ii..ya”

“aku tau kamu pasti terangsang hebat, dan vaginamu sudah meronta untuk dipuaskan. Sekarang ambil dildonya dan puaskan dirimu, aku tidak tahan ingin mendengar desahanmu”

Aku mengambil dildo dari lemari penyimpanan rahasiaku. Aku baringkan tubuhku di atas kasur, aku tarik rok ke atas, dan ku turunkan celana dalamku yang sudah basah dengan cairan vagina. Aku buka lebar-lebar kakiku dan aku kocokan dildo itu ke dalam liang vaginaku.


Ahhh a... hahahaha.. AHAHH... HHHHHHhhaaaaa....

Ooohhh... ooooooh... OOOOOhhhHHHHhhh....

Ahhh a... hahahaha.. AHAHH... HHHHHHhhaaaaa....

Aku kocokan dildo itu semakin cepat, sementara si penelepon masih menikmati suara desahanku. Aku ganti posisiku, sekarang tubuhku miring ke kanan. Tangan kananku masih mengocok dildo itu dengan liar, sedangkan kakiku aku angkat ke atas agar vaginaku terbuka lebar di posisi itu, memberikan keleluasan bagi dildo untuk keluar masuk. Tidak hanya tanganku yang aktif mengocok dildo itu, ternyata pinggulku juga menyambut sodokan dildo itu, tubuhku bergerak seirama dengan hentakan dildo. Tubuhku menyambut dildo itu dengan penuh gairah.

Ahhh a... hahahaha.. AHAHH... HHHHHHhhaaaaa....

Ooohhh... ooooooh... OOOOOhhhHHHHhhh....

Rok dan celana dalamku entah aku lempar ke mana, hanya tinggal menyisakan kaos tipis di badanku. Aku gulingkan badanku ke sebelah kanan. Kini posisiku menelungkup di atas kasur. Aku angkat pantatku ke atas, sehingga sekarang posisiku nungging. Sementara dildo masih menancap di dalam vagina dan butt plug di anus.


Aku kocok dildo itu makin cepat, aku sangat suka posisi ini. Dildo terasa mengoyak-ngoyak dinding vagina yang tidak terjamah jika dilakukan di posisi lainnya. Pantatku naik turun, maju mundur, mengikuti irama sodokan dildo, seakan ingin memilih bagian mana yang hendak dirangsang. Efek dari menancapnya butt plug di lubang anus adalah otot vaginaku semakin kencang mencengkram dildo, sehingga semakin memberikan sensasi nikmat luar biasa. Tak terasa, sudah hampir satu jam aku masturbasi dengan berbagai gaya, memuaskan biarahi yang terpendam sejak dini hari. Aku makin cepat mengocok dildo itu, desahanku pun semakin keras dan liar, aku meracau tak terkendali.

AHHHHH... OOHHHHH... E..NAAAAAk..

Teruss,,, masukin... sodok yang keras,...

Yang kencang,,

Ya... begitu...

Ahh... ahahah. Ohhhh.. Ohhhh

Teruuuuuss sayaaaamg, jangan berhenti,,, sebentar lagi aku mau keluar...

Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

Crot..crot crot... aku orgasme hebat.

“Kamu wanita hebat sayang”

“tee...rima kasih”

Si penelepon itu kemudian menutup telepon.

---------------------------------------------------------------

Tok.. tok ... tok

“Bu, makan siangnya sudah siap”

Aku melirik jam, sudah jam 12 siang. Aku tertidur setelah meraih kenikmatan sebagai seorang perempuan.

“iya Bi, nanti aku makan”

Tubuhku terasa lemas dan pegal. Sudah seminggu ini aku mendapat orgasme berkali-kali, ditambah peran sebagai seorang ibu dan seorang istri, membuat tubuhku tampaknya tidak mampu berkompromi. Siang itu, aku tidak mandi, hanya membersihkan daerah vagina.

“Keanu bagaimana bi?”

Kalau aku tidak sedang pegang Keanu, otomatis Bi Indri akan menjaganya.

“tadi udah dikasih susu formula bu, sekarang lagi tidur siang”

“oh iya, makasih ya bi”

Aku makan siang dengan lahap, untuk mengisi tenaga yang habis terkuras.

“Bu Dita kayaknya kecapean, mau saya pijitin bu atau saya panggilkan tukang pijit, di kampung saya ada Mbok Sarinah yang jago pijit”

“jangan deh bi kalau bi Indri kan banyak kerjaan di rumah, kalo dipanggilkan tukang pijit boleh deh bi, kayaknya saya kecapean nih, badan pegel semua.”

“baik bu, nanti saya telepon Mbok Sarinah”

“makasih ya bi”

“sama-sama bu”

“eh, tapi bilang sore aja ya pijitnya!”

“baik bu”


Sore hari

“Permisi!”

Ada suara bapak-bapak dari luar rumah. Aku tidak tahu ada keperluan apa, mungkin mau minta sumbangan atau keperluan lainnya. Aku pergi ke luar dan berdiri di depan pagar rumah.

“Ya, ada apa pak?”

“Permisi neng, katanya manggil abah buat pijit”

“hah?”

Bersambung

BONUS BOKEP KLIK TOMBOL DIBAWAH


0 comments:

Post a Comment