Prank Call (Episode 2: Dita dan Lamunan Pak Fery)

 


Malam harinya suamiku kembali dari kantor. Dia sebenarnya bisa makan di luar, tapi dia tetap berusaha agar bisa makan di rumah untuk menjaga keharmonisan rumah tangga dia bilang. Aku sudah menyiapkan makan malam di atas meja, menyambut suamiku dengan riang gembira. Aku tidak menceritakan kejadian tadi siang, biarlah hanya aku saja yang tahu, aku tidak mau mengganggu suamiku yang pasti sudah sangat terbebani dengan pekerjaannya.

“Makanannya enak sayang” puji suamiku

“Kan di masak pake cinta” aku mengerlingkan mata

“Cieee yang masaknya pake cinta, emang bisa hidup pake cinta doang?”

“yee kan tadi pagi kamu yang bilang, dasar”

“Iya sayang, jangan cemberut gitu dong, nanti manisnya ilang loh. Kalo ilang kan aku jadi syeediih”

“hmmm.. kamu emang ya. Ayo itu dimakan dulu keburu dingin loh.”

“Iya peri cintaku. Gimana kabar si baby?”

“Baik yah. Hari ini tumben dia gak rewel. Biasanya tuh nangis seharian, tapi tadi angteng-anteng aja dia Yah.”

“Baguslah. Hari ini di kantor juga gak ada masalah berarti.”

Suamiku terus bercerita mengenai kegiatannya seharian di kantor, sementara pikiranku melayang ke kejadian
tadi siang. Si penelepon gelap itu sungguh keterlaluan. Aku merasa dilecehkan sebagai wanita. Tega-teganya
dia bilang aku menjadi bahan onani para tetangga. Aku tidak bisa membayangkan Pak Fery tetangga sebelah
rumah meremas payudaraku. Tangannya yang berotot dan besar pasti sangat keras mencengkram payudaraku.
Lalu tangan satunya lagi menjamah pantatku yang seksi.

Dia remas-remas pantat sintalku, sesekali dia masukan
jarinya ke anusku, lalu ke vaginaku. Lalu tangannya naik ke atas pinggulku, dia merangkulku, kembali lagi
menjamah pantatku. Ohhh.... tangan kanannya masih meremas payudaraku, dia putar-putar seperti gerakan memijat,
semakin keras dia tekan dan pijat-pijat. Tak lupa dia pilin putingku yang sudah mengeras terhalang baju dan bra.

“Aku sudah selesai sayang”

Suamiku membuyarkan lamunanku. Untung dia tidak curiga sama sekali. Aku tidak tahu mengapa tiba-tiba
aku teringat ucapan si penelepon gelap itu. awas aja nanti, kalau dia telepon lagi, akan aku laporkan pada polisi.

“Ya udah, mandi dulu sana gih. Nanti baru istirahat di kamar”

Suamikupun pergi untuk membersihkan dirinya di kamar mandi. Sedangkan aku harus merapikan meja makan.
Bi Indri hanya bertugas sampai sore hari. Dia tidak menginap di sini. Rumahnya dekat, di perkampungan sebelah,
jadi setelah bekerja dari pagi sampe sore, dia akan pulang. Begitu pula dengan Pak Maman, pagi dia mengantar
suamiku kerja ke kantor, malamnya setelah mengantar suamiku sampai rumah, dia juga pulang ke rumahnya
di kampung sebelah. Jadi tidak ada yang membantuku mengurus rumah jika malam hari.

Sambil memcuci piring aku terus membayangkan ucapan si penelepon gelap itu. kali ini aku melihat diriku dilecehkan
oleh tukang sayuran yang sering lewat depan rumah. Aku sedang memilih sayuran di gerobaknya, tiba-tiba tangannya
meremas pantatku, padahal saat itu keadaan sedang ramai, ada ibu-ibu lain yang juga sedang memlilih sayuran.
Aku tepis tangannya. Berhasil. Dia merapikan dagangannya sambil ngoceh tentang harga murah.
Aku juga kembali memilih sayuran. Tapi kemudian tangannya kembali meremas bokongku. Kali ini lebih keras
dari sebelumnya. Dia remas bokong sebelah kananku, lalu jari tengahnya menelusuk vaginaku. Hmmpp aku menggigit
bibir bawahku. Aku mencoba menyingkirkan tangannya, tapi dia tidak menghiraukannya, dia malah semakin
kuat meremas pantatku. Aku berusaha semakin keras mendorong tangannya, tapi tanggannya lebih kuat.

“Ini berapaan ya mas?”

“oh, itu 5 ribu tiga bu” untung ada ibu-ibu yang bertanya ke si mas penjual sayur. Kesempatan itu aku gunakan
untuk pindah menjauh dari si mas-mas jelek ini. Kalau berdiri di sebelah sini aku tidak akan diganggu olehnya.
Aku liat dia sekilas, dia juga melihatku, kami saling bertatapan, dan dia tersenyum penuh kebejatan.
Aku benci senyuman itu, udah gitu giginya tonggos lagi. Apalagi bibirnya mancung banget, bukan idungnya
yang mancung, tapi bibirnya.

Aduh membayangkannya, aku malah jadi horny. Cepat-cepat aku selesaikan cucian ini agar segera bisa ke kamar.
Aku sangat ingin bercinta malam ini. Aku raba vaginaku, basah sekali. Bahkan sampai membasahi celana dalamku.
Sesampainya di kamar, aku ganti pakaian tidur model lingerie yang menerawang. Aku sangat ingin dipuaskan
malam ini. Celana dalam yang basah tadi aku masukan ke laundry, malu jika sampai ketahuan suamiku. Aku pakai
celana dalam yang baru. Aku lihat diriku di cermin, aku melihat lekuk tubuh indah. Payudara yang masih kenyal
walaupun punya anak satu, pantat yang menonjol. Pantas saja jika banyak orang yang mengagumi tubuhku,
tapi aku tidak berpikir jika ada orang yang menjadikanku bahan onani.

“Udah, cantik sayang”

Suamiku sudah selesai mandi, masih di balut handuk.

“eh sayang, aku setelah melahirkan anak pertama, tidak tambah jelek kan sayang?”

“tidak dong sayang, malah makin seksi, dadanya makin gede tuh, liat aja” suamiku meremas payudaraku

“Hmppp .. sayang”

Eeaaaaaaaaaaa. Tiba-tiba Keanu menangis.

“Si Baby bangun tuh sayang”

“Iya sayang” aku berusaha menidurkan kembali anak ini. Dia agak susah tidur kalau udah kebangun kayak gini.
Aku pergi ke dapur untuk membuat susu formula. Aku memang memberinya asi eksklusif sampai 6 bulan,
baru sebulan kemarin aku menyapihnya. Jadi sekarang dia hanya minum susu formula dan makananan bayi.
Itu aku lakukan agar payudaraku tidak terlalu kendur, biar tetap kenyal. Aku beri dia susu tapi masih tetap rewel.
Sampai akhirnya 30 menit berlalu, baru aku bisa membuatnya tidur kembali. Saat aku kembali, suamiku sudah terlelap.
Aduh aku horny banget lagi.

“sayang” aku coba membangunkannya

“hmmmm” dia balik badan.

Aku mematikan lampu dan tidur.

Keesokan Harinya

Hari ini berajalan seperti biasanya. Suamiku pergi ke kantor dan aku membereskan rumah bersama Bi Indri.

“kemarin saya dengar ibu marah-marah di telepon, penipu ya bu?” Bi Indri bertanya

“Iya Bi, telepon penipuan, saya maki-maki aja. Malah saya ancam akan melaporkannya ke polisi jika masih telepon.”

“iya, hati-hati aja bu. Suami ibu udah tau?”

“nggak bi, saya belum cerita. Gak penting juga, biar suami saya fokus kerja aja”

“iya deh bu. Mohon maaf saya tinggal sebentar ya bu, jam segini biasanya tukang sayuran lewat depan rumah,
saya beli keperluan buat makan siang dulu”

“oh iya Bi, silakan”

Kring.. Kring.. Kriiiing

Degh. Dengan enggan aku angkat telepon itu “Halo selamat pagi!”

“Selamat pagi Ibu” suara dia lagi

“KAMU LAGI? SUDAH HENTIKAN”

“tunggu sebentar, jangan ditutup dulu, aku punya hadiah untukmu”

“hah?”

“sebentar lagi kurirnya akan datang, aku yakin kau akan menyukainya hehehehhe. Sampai jumpa”
dia menutup teleponnya.

Apa maksudnya. Hadiah apa yang akan diberikannya. Aku takut, tapi juga penasaran. Pikiranku tidak karuan,
dari pada pusing, lebih baik aku bermain bersama anaku. Bi Indri juga sudah selesai berbelanja dan kembali
ke dapur. Kalau dia mengirimku paket, berarti dia tahu alamat rumahku. Siapa sebenarnya orang ini.

“Bi Indri”

“iya Bu”

“kalau nanti ada kurir paket datang bilang saya ya, biar saya yang ambil”

“baik bu”

Sejam kemudian kurir itu datang. Aku pergi ke luar. Membuka pagar depan rumah.

“dengan Ibu Dita?” kurir itu bertanya

“iya saya sendiri”

dia melihat aku dari ujung rambut sampai ujung kaki.

“hmmm”

“ehh maaf bu, ini ada paket kiriman”

Aku ambil paketnya

“silakan tandatangan di kertas tanda terima nya bu”

Aku tanda tangani, setelah itu aku serahkan kembali ke kurir itu. pada saat menyerahkan pulpennya,
si kurir sengaja menyentuh tanganku dan sedikit mencoleknya. Dasar kurang ajar. Bukannya minta maaf
malah dia memasang muka mesum. Aku langsung menutup pagar dan masuk ke dalam rumah. Aku duduk
di sofa dan membuka paket itu, alangkah kagetnya aku, ternyata isi paket itu adalah dildo.

Bersambung

BONUS BOKEP KLIK TOMBOL DIBAWAH


0 comments:

Post a Comment