Ritual Gunung Kemukus Season II ~ Menuju Puncak (Chapter 21 : Serigala Berbulu Domba)

Model : Deby  Fitriani



Semua yang melihat terbelalak kaget melihat seorang wanita tiba tiba masuk ke gelanggang pertarungan dan menyerang Shomad. Mereka terfokus pada pertarungan itu sehingga tidak menyadari kehadiran seorang wanita yang mencari kesempatan untuk menyerang Shomad dan kesempatan itu datang saat Shomad terjatuh. Kesempatan yang tidak disia siakannya. Wanita itu menyerang Shomad dengan sebilah golok, tapi Shomad bukanlah jawara mentah. Dia seorang jawara yang sudah sangat berpengalaman dan bisa melihat serangan yang datang tiba tiba. Reflek menanggkis senjata wanita itu hingga terpental dan membalas serangannya dengan sebuah tusukan tepat mengarah perut wanita itu. Tusukan mematikan tanpa sempat melihat siapa yang menyerangnya.

Tubuh wanita itu jatuh menindih Shomad yang tidak bisa menghindar karena goloknya menancap hingga menembus punggung. Saat itulah Shomad melihat wajah wanita yang menyerangnya, reflek dia melepaskan goloknya dan membalikkan tubuh wanita yang sedang meregang nyawa itu terlentang.

"Anissssss...!" Shomad meraung menangisi Anis yang sedang meregang nyawa. Menangisi wanita yang sedang mengandung anaknya, anak yang sangat dinantikannya sejak puluhan tahun lamanya.

Kesempatan buat Gobang untuk mengahiri dendam puluhan tahun. Dendam yang berimbas kepada anaknya yang tidak tahu menahu urusanya. Dengan sekali serangan mematikan akan mengahiri semuanya. Cukup satu serangan, maka Shomad akan menjadi mayat. Cukup satu kali serangan yang menikam jantung, maka semuanya akan berahir dan dia bisa hidup lebih tenang.

Tapi Gobang bukanlah seorang pengecut. Gobang adalah seorang jawara yang mempunyai harga diri yang tinggi, seorang jawara yang angkuh dan merasa dirinya hebat tidak tertandingi. Seorang yang memegang teguh jiwa Satrua, seseorang yang memegang teguh filosofi pendekar silat aliran Cimande. Pantang baginya menyerang musuh dari belakang.

Gobang tetap berdiri melihat Shomad menangisi wanita yang ahirnya dia kenal sebagai Anis, wanita yang pernah menyerahkan keperawanannya dalam sebuah ritual Sex di Gunung Kemukus belasan tahun yang lalu. Tidak ada keinginannya menyerang Shomad yang membelakanginya sambil memeluk mayat Anis yang tewas seketika.

Gobang terkejut melihat Japra meloncat mendekati Shomad dengan senjata terhunus siap memenggal leher Shomad tanpa ampun. Ini adalah pertarungan antar jawara tidak boleh dinodai oleh tipu muslihat licik yang akan mencoreng namanya.

"Japra, hentikan..!" Gobang bergerak menarik pundak Japra. Reflek Japra membalikkan badannya dan sebuah kejadian tidak terduga yang tidak pernah terbersit di pikiran Gobang terjadi. Golok Japra menusuk tepat di jantung Gobang yang terbelalak kaget.

Gobang adalah jawara yang sudah sangat berpengalaman. Gerak refleknya sudah terasah lewat latihan puluhan tahun. Reflek Gobang membalas dengan sebuah tusukan mematikan tepat mengarah perut dan Japra yang sudah bersiap bisa menghindar dengan mudah, Gobang yang sekarat terjatuh ke depan, senjatanya menusuk punggung Shomad yang berada di depannya. Gobang meregang nyawa dengan mata melotot di atas punggung Shomad, senjatanya tembus menusuk ulu hati Shomad. Ke dua jawara tua yang tidak pernah menyangka akan mengahiri hidupnya dengan tragis.

******

Dhea menyambut kedatangan Japra tanpa beranjak dari kursi empuk yang didudukinya. Kursi yang didapatkannya dengan menghalalkan segala cara bahkan dengan melenyapkan nyawa ayahnya sendiri yang telah menjualnya ke setiap lelaki hidung belang yang berani membayar mahal untuk mendapat kehangatan tubuhnya di atas ranjang. Di meja kerjanya bertebaran berkas yang sedang dikerjakannya. Berkas yang berisi pelimpahan kekuasaan dari Gobang ke dirinya. Dia yang sekarang menjadi big bos. Bukan karena kehebatan bertarungnya, tapi kehebatan otaknya.

"Bagaimana?" tanya Dhea tegang menanti jawaban Japra.

"Semuanya sudah berjalan baik. Gobang dan Shomad sudah mati. " Japra menjawab tenang. Senyum licik terlihat jelas di bibirnya.

Dhea tertawa kecil, ahirnya dia bisa melenyapkan semua penghalangnya, yang tersisa hanyalah kerikil kerikil kecil yang bisa dilenyapkan kapan saja. Bukan sebuah ancaman berbahaya.

Dhea melangkah mendekati Japra yang berdiri. Tanpa bicara Dhea berjongkok di hadapan Japra, tangannya mengelus kontol yang masih tersembunyi di balik celana pangsi, dengan satu kali gerakan celana yang dikenakan Japra melorot ke bawah membebaskan kontolnya dari tempat perlindungannya.

Jari lentik Dhea membelai kantong peler Japra, menggodanya agar kontolnya yang masih tidur bangun menunjukkan keperkasaannya. Lidahnya mulai menjilati batang kontol yang masih tertidur. Perlahan kontol Japra mulai terusik godaan liar lidah wanita cantik yang secara sembunyi sembunyi sering memberinya kenikmatan. Tapi sekarang tidak perlu lagi melakukannya dengan sembunyi sembunyi. Penghalang terbesar sudah tewas menjadi mayat. Tidak ada lagi yang perlu dihawatirkan.

Dhea melahap kontol Japra dengan bernafsu berusaha membuatnya semakin tegang maksimal agar bisa memberikan yang juga maksimal. Dhea berubah menjadi seperti pelacur yang berusaha memberikan pelayanan maksimal kepada Japra yang sudah menjalankan rencananya hingga berhasil.

Kontol Japra yang tertidur menjadi semakin tegang hingga batas maksimal, tidak kalah dengan milik Gobang. Kontol yang selalu mampu memberikannya kepuasan maksimal dan meraih multi orgasme yang berkesinambungan. Japra menggerakkan pinggulnya mengocok mulut Dhea dengan kasar, sesuatu yang sangat disukai oleh Dhea.

Japra menarik Dhea bangun, tangannya yang kekar mengangkat tubuh Dhea ke dalam kamar yang berada di ruang kerja. Kamar kecil yang hanya digunakan untuk beristirahat setelah lelah bekerja.

Japra membaringkan Dhea di atas ranjang yang diperuntukka untuk satu orang. Dengan tergesa gesa Japra menelanjangi Dhea. Dhea hanya tertawa melihat Japra yang begitu beringas menelanjanginya. Japra yang dianggapnya sebagai boneka yang bisa digerakka sesuka hatinya.

Dhea membiarkan payudaranya menjadi mainan Japra, pria kasar yang sama saja dengan pria lain yang menganggap tubuhnya sebagai pemuas nafsu. Yang menganggap dirinya tidak lebih dari seorang pelacur. "Tapi aku adalah pelacur yang menjadi Ratu." gumam Dhea. Gumaman samar yang tidak terdengar oleh Japra yang begitu asik menciumi sekujur tubuhnya.

Dhea merintih nikmat saat kepala Japra terbenam di selangkangannya. Lidahby begitu liar menjilati memeknya dibarengi jari Japra yang mengorek ngorwk memeknya. Entah kenapa Dhea sangat menikmati diperlakukan kasar seperti itu. Bahkan Dhea mendapatkan orgasmenya dengan cepat. Tubuhnya melenting mengiringi kenikmatan dahsyat yang membuatnya ketagihan.

"Kang Japra, entot Dhea sekarang. Sodomi Dhea..!" tidak perlu menunggu perintah kedua, dengan hanya membuka celana, Japra menindih Dhea, kontolnya menerobos masuk memeknya hingga dasar terdalam.

Japra langshng mengocok memek Dhea dengan brutal membuat ranjang ikut terguncang. Saking basahnya memek Dhea, terdengar bunyi keras saat kontol Japra menerobos masuk.

"Memek kamu enak banget. Pantes si Gobang doyan memek kamu." Dhea hanya mencibir mendengar ocehan Japra yang begitu melecehkannya.

Dhea sudah terbiasa mendengar pujian pria hidung belang yang memuji kenikmatan memeknya. Kata kata yang akan terdengar kasar dan melecehkan apa bila didengar wanita baik baik. Yapi dirinya tidak lebih mantan pelacur bahkan hingga kinipun dia tetaplah seorang pelacur dengan imbalan yang tidak main main. Dan kematian Gobang dan Shomad adalah imbalan yang wajar demi posisi big bis dunia hitam. Imbalan yang tidak ada artinya dibandingkan dengan penderitaannya selama ini.

Dan untuk kedua kalinya Dhea mendapatkan orgasmenya, dia tidak perduli perlakuan Japra yang menganggapnya sebagai pelacur murahan yang terus memompa memeknya dengan kasar. Rasa sakitnya berubah menjadi kenikmatan tiada taranya bahkan mengantarkannya pada orgasme yang terus menerus.

"Kang, entot bool Dhea. Sodomi Dhea..!" Dhea mendorong Japra dari atas tubuhnya. Dhea menungging mempersiapkan lobang anusnya dioles dengan jelly khusus pelumas anus.

"Buruan, Kang." tanpa belas kaaian Japra memasukkan kontolnya ke dalam anus.

Dhea melenguh nikmat. Rasa sakinya tidak sebanding dengan rasa nikmat yang membuat sekujur tubuhnya merinding. Sodokan kontol Japra membuat tubuhnya berguncang dengan keraa. Sesekali Japra menampar pantatnya dengan keras meninggalkan warna merah. Dhea berteriak histeris menikmati rasa sakit yang mampu membuatnya orgasme berulang ulang.

Hingga ahirnya Japra tidak mampu lagi bertahan, Japra menyemburkan pejuhnya ke dalam lobang anus Dhea. Orgasme terhebat yang dialaminya setelah membunuh Gobang.

"Kita harus berhati hati dengan, Lilis. Dia sangat cerdas. " Dhea berkata setelah badai orgasmenya reda. Dhea sangat mengenal Lilis jauh sebelum mengenal Ujang. Lilis bisa membahayakan posisinya.

********

"A, makan bubur dulu ya!" Ningsih berusaha membujukku untuk makan bubur buatannya. Terpaksa aku memakannya. Benar benar tidak enak rasanya selama beberapa minggu harus makan bubur karena dokter melarangku makan nasi dan yang keras keras. Bahkan aku belum boleh ngopi dan juga merokok hingga kesehatanku pulih.

"Lain kali A Ujang harus hati hati. Itu sebabnya Lilis selalu nyuruh orang buat ngawal A Ujang. Karena Lilis hawatir kejadian buruk menimpa A Ujang. Lilis gak mau harus kehilangan A Ujang." perkataan yang sudah diucapkan puluhan kali oleh Lilis.

Setelah kejadian penusukan aku baru tau, orang yang menusukku ternyata sudah dipecat oleh Lilis. Waktu aku bertanya kenapa Lilis memecat orang itu? Lilis hanya menjawab, orang itu sudah berhianat.

Lalu siapa orang yang sudah berniat membunjhku. Siapa otak di balik semua inj. Apakah orang yang sama dengan orang yang mencelakai Mang Udin dan mengadu domba ayahku dan Mang Karta? Apakah orang itu adalah Shomad.

Sudah saatnya aku membuat perhitungan dengan, Shomad. Tapi bagaimana caranya? Ssdangkan menurut cerita Mang Karta dan Ibu, ayahku sendiri tidak mampu menghadapinya. Apakah aku bisa mengalahkan Shomad? Hal yang rasanya mustahil. Aku terlalu hijau untuk bisa menghadapi jawara tangguh yang sudah sangat berpengalaman.

Lalu aku harus bagaimana? Berdiam diri saja. Itu artinya aku akan menjadi mangsa yang mudah dihabisi. Aku harus melawan sebelum dia menghabisi nyawaku bahkan mungkin nyawa keluargaku. Ya, apapun yang terjadi aku harus melawan.

Saat aku berpikir keras tentang langkah yang harus aku ambil, bel pintu terdengar nyaring mengagetkanku. Lilis segera ke depan membuka pintu. Tidak lama Lilis sudah kembali lagi.

"A, ada tamu. Katanya dia bernama Japra...!" kata Lilis.

Japra, bukankah dia disebutkan dalam buku Diary Pak Budi. Bahkan aku juga mendengar namanya dari Pak Tris.

Bersambung

Jangan lupa tanggapannga dan komentarnya. Siapa tau ada ide buat dijadiin cerita.

No comments for "Ritual Gunung Kemukus Season II ~ Menuju Puncak (Chapter 21 : Serigala Berbulu Domba)"