Ritual Gunung Kemukus Season II ~ Menuju Puncak (Chapter 17 : Tato Tersembunyi)
Model : Kimaya Agata
Kami segera turun dan membantu anak buah Mang Karta terlihat kewalahan menghadapi orang yang melakukan penyerangan. Ada sedikit kehawatiranku bagaimana kalau ternyata orang yang datang malah menyerang orang Mang Karta karena mereka tidak saling mengenal. Bagaimana cara mereka mengenal kawan dan lawan. Saat aku sedang bingung, tiba tiba salah seorang rombonganku berteriak.
"Jalu....!" suaranya terdengar kencang, aneh kenapa harus berteriak memanggil namaku. Belum sempat aku mengomel ada jawaban susul menyusul dari orang yang sedang berkelahi.
"Narsih..!" disusul jawaban dari beberapa orang. Mungkin ini cara mengenali kawan maupun lawan.
Tanla aba aba orang orang yang datang bersamaku langsung menyerang dengan membawa pentungan. Dalam sekejap terjadi pertarungan antar kelompok.
Aku terpana melihatnya, aku seperti sedang melihat adegan film di layar biokop. Dan sebuah pentungan yang mengarah ke leherku menyadarkanku. Ini bukan adegan film, tapi pertarungan yang sesungguhnya dan aku terlibat di dalamnya.
Reflek aku menghindar dan membalas dengan sebuah pukulan yang tepat mengenai rahangnya. Orang itu terjungkal dan tidak mampu bangun lagi.
Aku ikut merangsek baju. Setiap kali aku berhadapan dengan orang yang bekum aku kenal, aku akan bertanya. Jalu, apa bila dia menjawab Narsih berarti dia anak buah Mang Karta. Ternyata orang yang menyerang markas Mang Karta jumlahnya dua puluh lebih. Anak buah Mang Karta yang tidak siap menghadapi serbuan sudah banyak yang tinggal 5 orang yang masih bertahan dibantu oleh 5 orang yang aku bawa, jadi jumlah kami hanya sebelas orang.
Tiba tiba aku sadar kedatanganku untuk menyelamatkan Rani dan Rini. Aku segera berlari masuk tapi langkahku terhenti oleh dua oranv yang menghadang dan melakukan serangan menggunakan pentungan kayu ruyung. Kayu ruyung itu mengarah ke wajahku, reflek aku menangkisnya sehingga pentungan itu terpental dan saat itulah pentungan ruyung temannya menghantam ke arah tulang rusukku. Dengan cepat aku menghindar ke samping sambil menarik tangan temannya ke samping. Buk, ruyung yang mengarah ke tulang rusukku menghantam temannya sendiri tepat mengenai kepalanya. Orang itu menjerit dan tergeletak pingsan.
Kesempatan yang tidak kusia siakan saat orang yang menyerangku kaget, kakiku menendang selangkangannya dengan telat membuat bergulingan menahan sakit. Dan saat bersamaan temannya yang lain jatuh menimpa kepalanya menyebabkan ke dua orang itu pingsan bersamaan.
Tidak membuang waktu aku masuk mencari Rani dan Rini, aku tidak perlu khawatir dengan pertarungan di depan. Orang yang kubawa ternyata semuanya sangat tangguh. Mereka dalam waktu singkat bisa melumpuhkan orang yang menyerang markas Mang Karta. Sekarang aku fokus menyelamatkan Rani dan Rini sebelum terlambat.
Benar saja, aku melndengar Rani dan Rini berteriak minta tolong. Rani dan Rini terlihat ditarik dua orang. Tanpa berpikir lagi aku segera menyerang salah satu orang yang menarik tangan Rani, pukupanku tepat mendarat di rahangnya. Salah satu bagian tubuh paling lemah. Membuat orang itu terpelanting jatuh dan sebelum orang itu jatuh menyentuh tanah, aku sudah menendang temannya yang lain. Tepat mengenai ulu hatinya. Dalam waktu singkat aku melumpuhkan ke dua orang yang sedang menarik Rani.
Melihat ke dua temannya rubuh, ke dua orang yang sedang memegang Rini segera melepaskan tangan Rini. Mereka berniat melarikan diri. Wajah mereka terlihat pucat mematung melihat ke arah depannya. Ternyata dia sudah dikepung anak buah Mang Karta dan orang yang aku bawa. Sepertinya pertempuran sudah selesai dan dimenangkan oleh pihakku.
"Dengar, semua temanmu sudah kami lumpuhkan. Bawa mereka pergi dari sini." kata orang yang menjadi penaggung jawab markas.
Dengan di bantu anak buah Mang Karta dan Lilis, kami mengangkat para penyerang yang terluka masuk mobil mereka. Sementara sebagian anak buah mang karta segera menolong temannya yang terluka. Saat aku akan membantu, mereka melarangnya dengan alasan ada urusan yang lebih penting yang harus aku kerjakan.
Aku segera mengajak Rani dan Rini masuk rumah yang pintunya rusak karena dibuka paksa. Bahkan pintu kamar tempat persembunyian ke dua gadis itu juga rusak. Untung pintu kamar yang satunya lagi masih utuh, aku mengajak masuk Rani dan Rini ke dalam kamar yang pintunya masih utuh. Hanya ada kasur lantai di kamar ini, tapi masih lebih baik kalau dibandingkan waktu aku masih jualan mie ayam, aku tidur hanya beralaskan kardus bekas untuk penghalang dinginnya lantai.
Aku mengambil air minum dari dapur dan memberikannya kepada dua gadis cantik yang terlihat pucat dan gemetar sekujur tubuhnya karena pengalami peristiwa dahsyat yang menguncang jiwanya.
Suasana terasa hening. Jujur, aku juga sedikit tergumcang dengan peristiwa yang aku alami. Bertarung secara kelompok yang baru pertama kali aku alami. Aku tidak tahu dalam pertempuran tadi apakah memakan korban jiwa apa tidak. Mungkin saja akan ada yang mati. Apakah polisi urusan ini akan berahir di kantor polisi atau tidak.
"Rani takut, A." suara Rani yang bergetar mengembalikan kesadaranku. Mengembalikan misi yang aku terima untuk mengorek keterangan di mana Codet menyimpan semua emas rampokan belasan tahun silam.
"Sudah aman. Mereka hanya menginginkan Emas yang disimpan oleh ayahmu." kataku jujur. Karena aku tidak tahu harus memulai dari mana mengorek keterangan kedua gadis yang sedang terguncang jiwanya, ini.
"Emas?" kami gak tahu menahu soal itu. Ayah cuma meninggalkan kami tabungan dan deposito cukup besar. Sedangkan emas, ayah gak pernah membicarakannya." Rani menjawab. Wajahnya terlihat bingung saat aku menyebut tentang emas. Aku tidak tahu apa Rani berbohong apa tidak. Aku tidak terlalu fokus melihat mimik wajahnya.
"Surat surat tabungan dan deposito kalian disimpan dimana?" tanyaku berusaha fokus melihat mimik wajah mereka. Bisa saja mereka berbohong. Sudah saatnya aku tidak mudah percaya sehingga aku mudah terkecoh.
"Kami tidak tahu tentang surat surat tabungan maupun deposito. Kami hanya diberi no rekening. Setelah situasi aman kami bisa mengambil tabungan dan bunga deposito dari bank dengan membawa no rekening. Semuanya akan diatur oleh pihak Bank." Rani menjawab dengan mimik wajah serius. Aku tidak mengerti tentang nomer rwkening apa bisa digunakan mengambil uang tanpa membawa buku tabungan atau surat lainnya.
Apa mungkin Codet menyimpan emasnya juga di Bank. Itu akan aku tanyakan ke Lilis. Sepertinya dia tahu banyak tentang banyak hal. Aku harus lebih berhati hati pada Lilis sekarang. Dia tidak bisa diabaikan begitu saja.
"Berarti kalia disuruh menghapal nomer rekeningnya?" tanyaku. Aku harus mengorek keterangan di mana emas itu. Tapi aku tidak tahu caranya. Apa aku harus memaksa mereka agar mengaku. Bisa saja mereka benar benar tidak tahu menahu. Bukankah itu artinya aku mengacaukan semuanya.
"Kami gak disuruh menghafal nomernya. Tapi nomer rekeningnya ditato di payudara kami." selesai berkata Rani membuka baju dan juga Bra. Benar saja, di bagian bawah dadanya ada tato angka. Agak tertutup karena dadanya mulai mengendur. Apa bila dadanya tidak dinaikkan ke atas, tato angka itu akan tertutup payudaranya.
"Di payudara Rini juga ada." Rani menoleh ke arah Rini yang tanpa disuruh membuka baju dan Bra, dadanya yang ukurannya lebih besar dari milik Rani mau tidak mau membuatku terangsang.
Tato angka Rini terletak di bagian yang sama dengan yang dimiliki Rani. Sehingga tidak akan terlihat tanpa mengangkat payudaranya ke atas. Benar benar cara yang cerdas. Tapi bagai mana cara ke dua gadis itu membaca angka angka di payudaranya tanpa bantuan orang lain. Apa lewat cermin.
Rani benar benar agresih, dia mendekatkan dadanya ke wajahku sehingga aku bisa mencium wanginya yang memabukkan, kulitnya yang putih dan halus sehingga urat uratnya yang biru terlihat jelas memancing birahiku.
Putingnya menyentuh bibirku, terlalu sayang aku lewatkan begitu saja. Pandangan dan pikiranku teralih dari tato angka yang tertulis di bagian bawah dada indahnya. Aku melahap puting dada yang sudah mengeras dengan lahap sambil meremas payudara montok yang menjadi idaman setiap pria yang merasa dirinya normal.
Rini bukan hanya menyerahkan payudaranya untuk aku eksploitasi, tangannya menurunkan celana dalamnga sehingga memeknya yang berbulu jarang terbuka tanpa perlindungan. Rjni meraih tangan kiriku dan menurunkannya ke memeknya. Tanganku bersentuhan dengan jembut jarangnya dan jariku menyelinap masuk lobang memeknya yang terasa basah.
"Jilatin memek Rini, A..!" Rini mendesah manja saat jariku mengorek ngorek memeknya. Dia segera terlentang dan melepas celana dalamnya. Kemudian pahanya mengangkang lebar mempertontonkan memeknya yang berwarna pink.
Rani terpancing dengan keagresipan adiknya. Dia menarik kaosku lepas melalui kepala. Bahkan celana pangsi yang biasa aku gunakan berlatih silatpun tidak luput dari aksinya. Celana pangsi dan CD ku melorot hingga dengkul melepaskan kontolku dari kandangnya yang pengap.
Rani melahap kontolku sambil mengocok batangnya dengan gemas. Dia ternyata sangat cepat belajar. Tangan dan mulutnya mulai luwes memperlakukan kontolku yang semakin mengeras.
"Kak Rani, Rini pengen dijilatin memeknya." prites Rini melihatku disabotase kakaknya yang terlihat cuek dengan rengekan manjanya.
Rani begutu asik memanjakan kontolku. Setelah kejadian mengangkan tadi, Rani menganggap kontolku sebagai obat yang mampu menenagkan jiwanya yang terguncang.
"Ennak banget sepongan kamu...!" aku memegang kepali Rani yang bergerak mengocok kontolku dengan cepat.
Aku melihat Rini terlihat jengkel melihat Rani dengan sengaja memonopoliku. Rini bangun dan mendorong dadaku tiba tiba sehingga aku hampir terengkang ke belakang. Setelah melihat wajahnya yang memelas, aku merebahkan tubuh ke kasur lantai, sementara Rani terus mempermainkan kontolku dengan liar.
Rini segera berjongkok di atas wajahku, memeknya ditempelkan ke mulutku yang dengan suka rela menjilatinya. Aroma memek Rini yang alami sangat aku suka. Untuk sesaat aku bisa melupakan semua masalah yang sedang aku hadapi. Aku begitu menikmati dimanjakan dua gadis cantik yang secara suka rela menyerahkan tubuhnya untuk kunikmati.
Saat aku fokus memanjakan memek Rini, kurasakan kontolku terbenam dalam lobang sempit yang hangat dan licin. Rupanya Rani sudah memasukkan kontolku ke dalam memeknya, bisa kurasakan pantatnya bersentuhan dengan pinggangku. Rani begutu menikmati gesekan kontolku di dinding memeknya, dia bergerak perlahan diiringi desis kenikmatan.
Aku kembali fokus memanjakan memek Rini yang semakin basah saja sehingga cairan memeknya ada yang menetes masuk mulutku, nikmat sekali rasanya. Apa lagi melihat Rini yang menggeliat keenakan membuatku semakin bersemangat memberinya kenikmatan.
"Kontol A Ujang enak, sampe mentok memek Raniii..!" terdengar perkataan Rani yang asik memompa kontolku. Dia begitu menikmati hujaman kontolku di lobang memeknya.
Ahirnya kurasakan memek Rani berkedut merema kontolku dengan keras, jepitanya semakin terasa.
"Aa, Raniii kelllluarrrrr...?" Rani menjerit lirih merasakan puncak orgasme membawanya ke dalam lingkaran badai kenikmatan, kemudian tubuhnya seperti terhempas kehilangan tenaga saat badai kenikmatan meninggalkan tubuhnya.
"Kak, gantian..!" Rini menoleh ke arah Rani yang masih menduduki kontolku. Kemudian Rini bangkit dari wajahku dan merebahkan tubuhnya di sampingku. Rupanya dia ingin aku yang mengendalikan permainan.
Rani teryawa geli melihat adiknya yang berbaring dengan kaki mengangkang lebar. Rani bangkit dari atas tubuhku membuat kontolku terlepas dari jepitan memeknya. Rani merebahkan tubuhnya di pojok menghadap tembok.
Aku segera merangkak di atas tubuh Rini yang dengan cepat memegang kontolku agar tepat berada di lobang memeknya. Kontolku dengan mudah menyusup masuk lobang sempit yang basah dan hangat. Lobang yang memberikan kenikmatan luar biasa sehingga membuat manusia lupa diri.
"Ennak, Aa..." Rini memelukku, bibirnya mencium bibirku dengan mesra mengiringi hentakan kontolku yang bergerak di dalam memeknya.
Puas menciumi bibirku, Rani menjilati puting dadaku, nikmat sekali rasany. Aku melihat Rani yang tidur menyamping menghadap tembok. Mataku tertuju ke arah lehernya yang agak terbuka sedikit. Aku melihat sebuah tato angka yang terletak tepat di belakang kuping. Bukan, bukan angka. Tapi sebuah tulisan kecil yang tidak bisa aku baca karana jaraknya.
Apakah nungkin ini sebuah petunjuk keberadaan emas yang sedang dicari Shomad. Emas hasil rampokan sepuluh Toko emas terbesar di Jakarta. Aku terus berpikir tanpa berhenti memompa memek Rini yang terasa semakin basah sehingga menimbulkan bunyi cukup nyaring.
"A Ujang, kok liatin kak Rani mulu? A Ujang lag ngentotin Rini, tau..!" Rini menarik wajahku dan kembali berciuman panjang mengayuh badai birahi yang sebentar lagi akan melempar kami ke langit ke tujuh.
"Aa, Rini kelllluarrrrr...!/" Rini semakin erat memelukku, kakinya melingkari pinggangku sehingga aku tidak mampu bergerak memompa memeknya dan aku tidak bisa menahan diri lagi. Kontolku mengeluarkan pejuh ke dasr memek Rini yang terlihat begitu bahagia karena mendapatkan puncak orgasme yang dahsyat.
Beberapa saat kami berpelukan hingga ahirnya badai orgasme kami berlalu. Aku bangun dari atas tubuh Rini, kembali aku melihat ke arah tato di belakang telanga Rani.
Bisa saja itu hanya tato biasa seperti tato kebanyakan. Tapi kenapa tatonya berada di tempat tersembunyi, bukan di tempat yang bisa terlihat seperti orang ditato pada umumnya. Agar mereka bisa memperlihatkan tato kepada setiap orang sebagai sebuah karya seni.
Tato ke dua gadis ini terletak di tempat yang sangat tersembunyi, bahkan pemilik tato sendiri tidak akan bisa melihat atau membacabya tanpa bantuan orang lain. Ini sangat aneh. Dan sangat mungkin sebuah petunjuk yang mengarah ke tempat emas emas itu disimpan oleh Codet.
Aku melihat ke Rini yang tidur terlentang. Matanya terpejam menikmati sensasi dahsyat yang baru saja dialaminya. Perlahan aku menggeser dudukku mendekat ke arah Rani agar bisa membaca tulisan di belakang kupingnya. Sebagian tato itu agak tertutup rambut, perlahan aku menyingkirkan rambut yang menutupi tulisan yang kecil hingga ahirnya aku bisa membacanya. Aku yakin sangat yakin, tato ini menyebutkan di mana emas itu disimpan.
Bersambung.
ليست هناك تعليقات for "Ritual Gunung Kemukus Season II ~ Menuju Puncak (Chapter 17 : Tato Tersembunyi)"
إرسال تعليق