Ritual Gunung Kemukus Season II ~ Menuju Puncak (Chapter 16 : Lilis Sang Ratu)
Aku terkejut saat nama Anis disebut, ini adalah musibah yang menghancurkan hidupku. Aku bisa kehilangan istri yang kucintai. Aku berusaha mengendalikan diri dan seribu kebongan melintas di pikiranku. Satu satunya cara untuk menyelamatkan keutuhan keluargaku.
"Anis siapa, Lis?" tanyaku dengan mimik wajah kubuat seheran mungkin. Aku sangat jarang berbohong dan aku tidak tahu kebohonganku akan berhasil atau tidak. Tapi yang jelas aku harus bisa mempertahankan keutuhan rumah tanggaku.
"Anis keponakannya Pak Shomad..!" Lilis menjawb dengan mimik wajah yang sangat meyakinkan. Mimik wajah yang terlihat sangat marah.
Aku menoleh ke arah ibu dan Mang Udin, meminta pertolongan yang bisa mereka berikan. Pertolongan yang mampu menyelamatkanku.
"Maksud Lilis keponakan Shomad yang dari Karawang?" tanya Mang Udin terlihat tegang.
"Iya,.!" jawaban yang hanya satu kata dan mengandung ancaman yang tidak main main.
"Si Shomad benar benar bajingan. Dia tidak bisa menyentuh Kang Gobang, sekarang dia mau menghancurkan rumah tangga keponakanku. Shimad....!" wajah Mang Udin tiba tiba menjadi pucat, tangannya mendekap dadanya pas di bagian yang terluka.
"Mang, kenapa?." Lilis menjerit maget melihat Mang Udin yang kesakitan. Perhatian kami teralihkan ke Mang Udin yang menahan sakit.
Aku memapah Mang Udin ke kamar dan merebahkannya di atas kasur busa yang digelar di atas lantai. Tidak ada ranjamng, has para perantau.
Ibu segera mengambil obat penghilang sakit. Diberikan ke Mang Udin dengan segelas air putih. Mang Udin langsung meminumnya. Kami menunggu gelisah reaksi obat yang agak lama. Bahkan terasa lama. Kami semua terdiam dengan pikiran kami masing masing membuat suasana semakin mencekam.
15 menit ahirnya Mang Udin terlihat tenang. Rasa sakitnya mungkin sudah berkurang jauh terlihat dari wajahnya yang mulai bisa tersenyum. Kami menarik nafs lega.
"Lis, kamu tahu siapa Shomad dan Anis?" tanya Mang Udin menatap keponakannya dengan lembut. Keponakan yang sudah menjadi yatim piatu saat berusia 1 tahun. Sejak itu Lilis dirawat oleh uwanya yang belum mempunyai anak.
"Anis katanya istri Ujang. " suara Lilis kembali ketus menahan kemarahan yang bisa meledak kapan saja. Sama seperti kemarahanku kepada Anis yang sudah mengingkari janjinya untuk tidak merusak rumah tanggaku.
Mungkin bukan masalah buatku keluar dari rumah Lilis. Aku bisa membawa ibuku, tabungan yang diwariskan Pak Budi cukup membuat hidupku bergelimang harta, apa lagi aku sempat melihat tabunganku bertambah secara misterius. Entah berasal dari mana, ada sejumlah uang yang sangat besar ditransfer ke rekeningku. Ditambah dengan emas batangan yang terimpan di Gunung Kemukus.
Bukan masalah harta yang menjadi persoalan. Tapi aku tidak mau kehilangan wanita yang paling aku cintai, istriku. Apa lagi sebebtar lagi anakku akan lahir. Aku akan mempertahankan keluargaku apapun yang akan terjadi.
"Shomad adalah orang yang menghancurkan keluarga Ujang." lalu Mang Udin mulai menceritakan kejadian yang menimpa keluargaku karena ulah Shomad. Bahkan Mang Udin juga menceritakan bahwa yang meracun ayahku adalah Anis atas perintah Shomad.
"Jadi Anis disuruh Shomad buat menghancurkan kiya semua?" tanya Lilis terkejut. Lilis menatapku, tatapan yang aku kenal. Tatapan yang penuh cinta.
"Maafin Lilis A, udah nuduh A Ujang yang bukan bukan." Lilis memelukku sebagai permintaan maaf. Aku melihat wajah ibuku terlihat aneh melihat Lilis memelukku. Aku tidak tahu kenapa wajah ibuku menjadi seperti itu.
"Lilis pulang dulu, sepertinya sedang ada pembicaraan serius." Lilis mencium tanganku dan sekali lagi aku melihat wajah ibuku yang terasa semakin aneh. Lilis bergantian mencium tangan ibu dan Mang Udin lalu meninggalkan kami.
"Ada hubungan apa kamu sama Lilis?" nada suara Ibu terdengar tajam, tatapan matanyapun terasa tajam dan dingin.
Baru aku sadar arti tatapan ibuku. Perlahahan aku menjelaskan rencana pernikahanku dengan Lilis setelah melahirkan. Aku tidak menceritakan bahwa anak yang dikandung Lilis adalah anakku, karena itu adalah aib almarhum Pak Budi, biarlah itu tetap menjadi rahasia kami.
"Tidak boleh, Lilis itu kakak ipar kamu. Haram hukumnya menikahi saudara kandung dan seayah istrimu
" bentak ibu membuatku terkejut. Ibuku sangat jarang marah apa lagi membentakku.
"Ningsih dan Lilis bukan saudara seayah maupun seibu. Lilis itu anak adiknya Imas yang meninggal waktu bayi, sedangkan ayah Lilis meninggal sebelum Lilis lahir. Sejak itu Lilis dirawat oleh Imas yang belum punya anak. Jadi Ujang bisa menikah dengan Lilis." Mang Udin menerangkan ke Ibuku tentang hubungan Ningsih dan Lilis.
"Kok bisa kamu mau menikahi Lilis? Bagaimana dengan Ningsih?" ibuku menarik nafas lega setelah mengetahui hubungan Lilis dan Ningsih.
"Ningsih ngedukung, Ambu dan Abah juga sudah menyetujui." kataku setelah lepas dari semua masalah yang tiba tiba datang dan pergi secepatnya. Aku menarik nafas lega, urusanku sekarang hanya dengan Shomad.
*******
Aku membuka brankas di kamar Pak Budi, aku akan berusaha mencari petunjuk yang lebih detil. Mungkin ada sesuatu yang aku lewatkan. Entajlah aku sendiri tidak tahu apa yang kucari.
Sedang asik aku memeriksa semua isi brankas terutama berkas berkas yang tidak kutahu fungsinya. Lilis masuk dan ikut berjongkok di sampingku.
"Nyari apa, A?" tanya Lilis memperhatikan wajahku yang terlihat bodoh karena tidak tahu apa yang kucari.
"Petunjuk..!" kataku singkat. Karena hanya satu kata itu yang kutahu dan selebihnya aku tidak tahu.
"Petunjuk apa? Keterlibatan almarhum dengan bisnis haramnya?" Lilis menatapku tanpa sedetikpun berpaling dari wajahku membuatku sedikit jengah.
"Hihihi, A Ujang diliatin gitu aja langsung merah mukanya." Lilis menciumku mesra. Lilis mengambil buku agenda Pak Budi, di dalamnya ada secarik kertas bukti transfer dari Komar dengan jumlah yang sangat besar dan juga bukti tranfer Pak Budi untuk Mas Gatot dengan jumlah sama dengan yang diterima Pak Budi.
"A Ujang tahu siapa Komar?" Lilis bertanya sambil memperl8hatkan nama Komar.
Hampir saja aku menggeleng, tapi tiba tiba aku teringat sesuatu. Bukankah Komar adalah nama asli Codet. Berarti Codet terlibat dengan rencana ritual di Gunung Kemukus. Aku menatap Lilis, berusaha mencari kebenaran yang sebenarnya.
"Tujuan Lilis ke Gunung Kemukus murni buat ritual dengan A Ujang." Lilis menerangkan, dia bisa menebak pikiranku.
"Aa liat ini..!" Lilis mengambil buku Diary Pak Budi dan membuka halaman yang ternyata sudah ditandai oleh Lilis. Aku tidak tahu maksud Lilis memperlihatkan halaman yang sudah ditandai. Tidak ada hal yang istimewa. Pak Budi hanya menulis keinginanya memberikan cucu ke orang tuanya.
"Halaman ini disobek beberapa lembar dan Lilis menemukan sobekannya di tempat sampah. Lilis menemukannya di tempat sampah dan menyimpannya." kata Lilis, lalu berjalan ke arah brankasnya dan membukanya. Lilis mengambil 4 lembar kertas yang ternyata sobekan buku diary Pak Budi. Lilis menyerahkannya kepadaku.
Hebat, kembali aku menyadari kecerdasan calon istriku ini. Aku tidak pernah menyangka dia akan berbuat sejauh dan seteliti ini. Entah alasan apa yang membuatnya menjadi begitu.
Lembar pertama.
Dear Diary, sekarang aku sudah sampai di Gunung Kemukus seperti yang sudah kurencanakan, aku bertemu dengan Wati dan Ujang. Kami akan bertukar pasangan biar aku bebas menjalankan misiku mencari keberadaan Gobang seperti yang disuruh Shomad melalui Codet.
Berarti aku mempunyai dua misi, misi pertama adalah mencari Codet. Aku akan memancingnya keluar dari tempat persembunyiannya dengan menjadikan anaknya sebagai umpan agar dia mau keluar dari persembunyiannya.
Misi ke dua tentu saja aku sangat berharap Lilis hamil dalam ritual ini. Hamil oleh pemuda culun, sungguh ironis membayangkan istriku akan hamil oleh pemuda tolol yang diam diam dicintai istriku. Membuatku cemburu.
Lembar ke dua.
Aku dan Wati berkeliling mencari Gobang. Kami sengaja mengajak Wati berpencar agar kemungkinannya semakin besar menemukan Gobang. Belum lagi kami berpencar, aku melihat Japra Aku bersorak kegiranngan. Aku yakin itu Japra. Di mana ada Japra pasti ada Gobang.
Aku mengikutinya hingga Gemolong bersama Wati. Sampai Gemolong aku menyuruh Wati kembali ke Gunung Kemukus agar aku bisa lebih leluasa mengutit Japra.
Shit, aku kehilangan jejak.
Lembar ke tiga.
Ada seseorang yang berhianat, dia tahu tujuanku mencari Gobang. Aku mulai mencurigai Dhea sebagai kaki tangan Gobang.
Satu satunya harapanku menyelamatkan bisnisku yang mulai mendekati kehancuran adalah menemukan Gobang, Shomad menjanjikanku uang yang bisa menyelamatkan bisnisku.
Lembar ke empat.
Kurang ajar, ternyata Codet menipuku. Bukan hanya aku yang tertipu, tapi juga Shomad. Codet ternyata kebih licik dari Shomad. Emas hasil rampokan ternyata disimpan olehnya. Gobang hanya mendapatkan sebagian saja.
Kalau ini aku sudah tahu, yang tidak aku tahu adalah Codet menyimpan sebagian besar emas hasil rampokan. Dari mana Pak Budi mengetahuinya. Ada sesuatu yang aneh di sini.
Aku menatap kagum dengan kecerdasan Lilis. Kecantikannya berpadu dengan kecerdasannya. Kombinasi yang sempurna.
"Bisnis hitam Shomad sedang sekarat, makanya dia mencari ayah A Ujang untuk mendapatkan emas hasil rampokan, tapi dia sendiri sudah tertipu oleh Codet yang menyimpan emas hasil rampokan yang lebih besar." kata Lilis menerangkan dengan tenang. Dia begitu yakin dengan analisanya yang brilian.
Apakah itu sebabnya Shomad menyingkir ke Cirebon, karena bisnisnya sudah hancur. Aku berusaha menganalisa keadaan yang saat ini sedang kuhadapi. Aku baru sadar, musuh yang aku hadapi berada di tempat tersembunyi dan aku tepat berada di tengah tengah lapangan terbuka menjadi sasaran empuk.
"Lalu A Ujang harus bagaimana?" tanyaku nyaris putus asa dengan situasi yang aku hadapi. Situasi yang tidak pernah aku inginkan.
"A Ujang harus nengorek keterangan dari anak Codet sebelum orang orangnya Shomad menadapatkan ke dua gadis itu. Kalau itu sampai yerjadi, Shomad mendapatkan emas itu, dia akan dengan mudah menghabisi kita semua." Lilis terlihat tenang, seolah apa yang dikatamannya sudah dipikir matang matang.
Aku tidak habis pikir bagaimana dia bisa nengetahui semuanya sedangkan aku masih meraba harus melakukan apa. Lilis sudah mengambil kesimpulan dan juga mengambil keputusan yang menurutku sangat sulit.
"Sekarang A, jangan ditunda lagi. Aa akan ditemani oleh bekas anak buah Pak Budi yang paling loyal dan sekarang mereka dibawah komando Lilis." suara Lilis terdengar tegas membuatku sadar dari lamunanku.
"Tapi, Lis?" aku tidak meneruskan perkataanku. Bukankan mengorek keterangan dari ke dua anak gadis itu bisa kulakukan besok. Sekarang justru aku ingin mendengar cerita Lilis bagaimana dia bisa mengetahui semuanya. Bagaimana wanita seanggun dia bisa mendapatkan informasi yang aku sendiri baru mengetahuinya sekarang.
"Gak ada tapi tapian, tadi Anis nelpon. Lilis curiga itu cuma untuk mengalihkan perhatian kita." kata Lilis tegas. Kelembutannya hilang. Dia terlihat seperti Ratu yang perintahnya adalag mutlak harus dilaksanakan.
Aku segera berganti pakaian yang lbisa membuatku bergerak lincah kalau harus menghadapi pertarungan yang bisa terjadi kapan saja. Yernyata benar, di depan sudah ada 5 orang bertampang sangar menungguku. Kami segera berangkat ke markas Mang Karta dengan membawa mobil.
Ternyata apa yang ditakutkan Lilis benar benar terjadi. Markas Mang Karta ada yang menyerang. Di dalam terjadian perkelahian tidak seimbang. Beberapa anak buah Mang Karta bergelimpangan terluka. Bahkan pagar besar sudah hampir rubuh.
Bersambung
No comments for "Ritual Gunung Kemukus Season II ~ Menuju Puncak (Chapter 16 : Lilis Sang Ratu)"
Post a Comment