BUDI HARTAWAN The TRILOGY (Perspektif Budi 2)
Model : Cathrine ernawati
Satu yang masih mengganjal dan jadi keinginan kuatku sejak hari itu adalah menikmati tubuh Budhe Anah, kepala asisten rumah tangga ibuku!
Bodynya yang baru akhir-akhir ini sering kuperhatikan, walau sesaat, bukanlah body biasanya perempuan desa, apalagi di usia yang tak lagi terbilang muda, Budhe Anah ternyata tak sama sekali menunjukkan gejala tak sedap lagi untuk dinikmati secara birahi. Sebaliknya, Budhe Anah yang setahuku berusia 6-7 tahun lebih tua dari Bu Hesti dan Bu Siska, masih terlalu banyak menyisakan pesona seksual (sex appeal) bagi setiap lelaki penikmat STW seperti aku. Kulitnya yang putih bersih cenderung kuning langsat dan cerah tampak sangat mulus terawat. Dari sekelebat pengelihatanku saat ia tadi berciuman dengan Bu Hesti aku juga bisa menebak kira-kira seperti apa mulusnya badan Budhe dari penampakan kulit punggung lehernya. Pun ketika ia menyajikan hidangan santap siang kami hari ini, diam-diam kutatapi wajah manisnya sambil menilai seberapa menggiurkan ‘dalaman’ badan yang sering berbungkus pakaian kebaya itu melalui tangan dan jemarinya. Ah, kuyakin sekali, tubuh dan memek perempuan paruhbaya ini tak kalah molek dan merangsangnya jika dibanding ibuku dan Bu Hesti! Maka kuputuskan mulai saat ini aku akan berusaha mendapatkan kesempatan memasukkan dan menjejalkan kontol besarku kedalam memeknya yang pasti tak kalah tembem dari memek Bu Siska!
Hari itu dan hari-hari selanjutnya sampai hari keenam, kegiatan kami tak lebih dari ngentot, tidur dan makan. Lebih sering ngentot bertiga tapi diselingi ngentot berdua saat salah satu dari Bu Hesti atau ibuku terlalu lelah untuk melanjutkan. Aku lebih sering main berdua dengan ibuku, karena disamping staminanya lebih kuat dari Bu Hesti, aku juga benar-benar serius ingin menghamili ibu angkatku sekaligus calon mertuaku dan juga istri gelapku ini... Masalah bagaimana dengan Rani itu urusan belakang, nanti ibu yang akan mengatur segala sesuatunya. Pokoknya tugasku hanya bercumbu, bercinta, mengentoti dan menghamilinya!
Pengalaman pesta seks di villa itu membuatku punya obsesi baru, ngentot di alam terbuka! Disamping tentunya obsesi untuk bisa menikmati tubuh montok Budhe Anah. Itu gara-gara Bu Siska seringkali minta disetubuhi di halaman belakang villa yang luasnya mencapai 1 hektar lebih! Dengan tembok keliling yang tingginya 3,5 meter, tentu apa yang kami lakukan disana jadi tak tampak oleh orang lain yang berada diluar komplek villa. Juga demikian halnya dengan perumahan pekerja villa yang memang berlokasi di tempat sama di sisi paling belakang halaman, antara taman luas dan perumahan itu terpisah tembok tinggi dengan pintu masuk yang hanya dipegang oleh Budhe Anah. Itu juga tadinya aku sempat bertanya-tanya yang akhirnya kutahu ternyata Budhe Anah sebenarnya adalah orang ke 3 yang sangat tahu hubunganku dengan Rina, ibu dan Bu Hesti. Suatu ketika, ibu memang menceritakannya padaku bahwa sejak lama Budhe Anah adalah satu-satunya orang tempat ia sering curhat di rumah. Ibu bilang, ia sudah merasa seperti adik Budhe sehingga seringkali Budhe menjadi orang tempat ia menumpahkan kesedihan tatkala ibu bertengkar dengan Om Jimmy. Tentu sebelum aku dan ibu jadi ‘suami istri’ seperti sekarang. Dan meski Bu Hesti, sahabat terdekat ibu itu kini hadir dalam kehidupan sehari-harinya dan menjadi tempat curhat bahkan berbagi kenikmatan, karena mereka berdua sama-sama wanita karier yang sibuk, di waktu luangnya, ibu tetap saja lebih sering ngobrol berlama-lama dengan Budhe Anah. Baginya, Budhe Anah adalah kakak yang bijak dan sangat perhatian.
Setelah mengerti benar kedekatan ibu dengan Budhe Anah, aku tak canggung lagi bermesra-mesra bahkan mencabuli ibu di depannya, disamping karena aku sering tak tahan menyaksikan pantat ibu dari belakang saat ia memasak di dapur, mencumbui ibu di depan Budhe Anah juga kumaksudkan agar perempuan bersusu besar itu ikut terangsang! Dengan kenyataan diatas maka tak aneh pula bila ibu tak sama sekali keberatan akan hal ini, ia tanpa malu-malu membalas kecabulanku di depan Budhe.
Seperti yang terjadi pagi ini di hari terakhir kami berada di villa. Ibu sedang asik memasak, aroma seafood dari sup sayur bercampur udang yang sedang dibuatnya itu mengundangku berjalan dari arah kamar menuju dapur. Sampai disana kulihat ibu sedang mengaduk masakan, sementara Budhe Anah sedang mencuci piring-piring kotor sisa makan kami semalam. Mereka berdiri saling membelakangi.
Aku masuk ke dapur dan langsung mendekati ibu, memeluknya dari belakang lalu langsung menjilat dan mencium permukaan lehernya persis diatas punggung.
“Heeeeehhhhhh.... kamu sudah bangun rupanya....,” kata ibu setengah mendesah.
“Gimana tidurnya sayang?” lanjutnya bertanya sambil menggerakkan tangan kearah belakang, meraba dan langsung meremas kontolku dari luar celana kolor yang kukenakan.
“Enak lah Bu, tidur sambil netekin susu Bu Hesti.... hehehe...” jawabku, sengaja dengan suara agak keras agar terdengar jelas oleh Budhe yang ada persis di belakang kami.
“Duuhhhh ini barang cepat banget bangunnya....” ujar ibu merasakan kontolku yang memang sudah keras sejak bangun tidur tadi.
Aku merabai pantat ibu, masih dari luar daster tipis yang ia kenakan. Kuremas dengan cukup keras menggunakan tangan kiri, sementara tangan kananku kedepan badannya dan meraih susu ibu, lalu meremas juga.
“Auuuhhhh sssss hhhhh” desah ibu tanpa menoleh kebelakang, kulihat matanya terpejam menikmati rabaan di pantat dan remasan di susunya. Kuyakin Budhe Anah pasti sedang memelototi kelakuan kami saat ini.
“Ada Budhe Anah tuh, gak malu apa.... mbak ini loh, anakku ini nakal banget sih, ibunya lagi masak kok digangguin begini....” Kata ibu, sekarang dia menoleh kearah Budhe yang masih mencuci piring. Akupun ikut menoleh kearahnya, Budhe tersenyum saja... tapi tatapan matanya padaku membuat kuberpikir bahwa perempuan itu sepertinya iri dan tergiur ingin juga diperlakukan sama dengan nyonya bossnya...
“Iya ih den Budi... masa ibu sendiri diusilin gitu.... hihihi.... nakal banget anak laki nyonya...” kata Budhe akhirnya bersuara.
Kulihat pandangan mata Budhe tertuju pada tanganku yang tengah meremas-remas pantat ibu.
Remasan dan rabaan pada pantat dan susunya rupanya membuat ibu jadi tak tahan, terbukti saat aku mencoba menyusupkan tangan ke celah bagian atas daster yang ia kenakan, lalu menjepit puting susunya yang sudah terasa keras, ibu mendesah tanpa malu-malu...
“Auuuhhhhh sayaaang..... ayo di kamar....” ujar ibu sambil menarik tanganku, kami berjalan menuju ruang tengah.
Sebelum keluar dapur ibu sempat bilang ke Budhe Anah.
“Mbak, aku tidurin si nakal ini dulu ya? Biar gak rewel gini... hihihi” Kata ibu
“Njih Nyah.... kasi pelajaran dia Nyah, dijewer aja.... hehehe” sahut Budhe Anah.
Sebelum keluar dari pintu dapur, kusempatkan mengedipkan mata kearah Budhe, tatapan mata kami bertemu, meski sebentar, tampak ia tersenyum sambil menggeleng... matanya seperti berkata padaku “kapan giliran Budhe, deennnnn???”
“Aden nakal....” katanya padaku sambil pura-pura mendelik. Kujulurkan lidah tanda mencandainya....
“Budhe mau ikutan?” kataku sambil terus berjalan mengikuti langkah ibu.
“Hussshhh ngawur aja... anak nakal!” Katanya. Budhe membalikkan badan dan kembali asik dengan pekerjaan dapur. Kuyakin setelah ini, Budhe pasti akan berlari ke kamarnya, mencolok-colok memeknya dengan terong atau buah pare, bermasturbasi sambil membayangkan aku menindihnya! Hehehe....GR banget sih gue???
Sementara, sesampai di ruang tengah, ibu langsung membantingku ke tempat tidur luas bersprei putih bersih itu. Ditariknya celana kolor yang kukenakan, lalu tanpa meminta persetujuan, ibu langsung menyedot kontolku yang sudah tegang itu dengan mulutnya.
Aku balas meraih kepala itu, menjambak rambutnya dan menekan-nekan kepalanya sehingga kontolku jadi terasa membentur dinding bagian terjauh dalam mulut atau ujung atas tenggorokannya, mungkin itu yang dinamakan deep throath! Mulutnya tampak sesak dijejali kontol besarku, Ibu sampai tersedak dan mengeluarkan penis yang sudah tegang itu, ia terbatuk 2 kali. Tapi sesaat kemudian ia kembali menjilat, mengulum dan menyedotnya berulang-ulang.
Maka bermainlah kami satu ronde sebelum sarapan pagi, Bu Hesti masih tidur di kamar, aku dan ibu ngentot di kasur ruang tengah yang terletak di pinggir kolam indoor tempat kami ngentot bertiga pada hari pertama.
Diawali gaya missionaris, aku memompakan kontol ke memek ibu dengan keras, ibu berteriak, ganti gaya nungging, ibu semakin histeris, ganti lagi gaya miring sambil berbaring, ibu menjerit. Sampai 15 menit kemudian, kutuntaskan birahi wanita stw yang juga ibu angkat dan calon mertuaku itu sampai 5 kali ia orgasme!
Aku belum! Dengan tergesa-gesa aku mencabut kontol dari memeknya dan berjalan kearah kamar tidur, Bu Hesti rupanya sudah bangun, tanpa pemanasan sedikitpun, langsung kutindih dia dan mengangkangkan kedua kakinya kearah kiri kanan, memeknya terbuka, kuludahi sedikit bibir memek yang masih tampak tertutup itu agar tak perih saat nanti dimasukin kontolku, ditambah juga kontolku masih belepotan lendir dari memek ibu sehingga tak terlalu susah saat kumasukkan kedalam memek Bu Hesti.
Sreeeeppppp Bleessssss!!!! Aku langsung bergoyang turun naik, mengocok kemaluan sempit dosenku itu. Mulanya ia sekedar mendesah keenakan, namun jadi berteriak kemudian saat ritme kocokan kontolku di memeknya kunaikkan semakin cepat, ia berteriak panjang, pahanya terasa merapat ke tubuhku, kemaluannya terasa menjepit didalam sana, aaahhh... baru 300an kali kocokan saja dosenku itu sudah menggelepar meraih orgasme!
Aku belum, dan ini terasa tanggung karena sebetulnya aku sudah menjelang puncak juga, maka aku kembali keluar kamar menuju ibu yang masih tergolek di tempat tidur samping kolam. Kuentot lagi ia dengan mesra disana, aku menggenjot kuat, ibu kembali mendesah dan menjerit. Hampir hampir hampir dan.... bersamaan setelah orgasme kelima baginya itu, aku juga melepas spermaku dalam rahimnya! Yesssss!!! Nambah lagi bibit anakku! Ibupun melepas untuk kali kelima pagi ini. Kami puasss!
BONUS BOKEP KLIK TOMBOL DIBAWAH
ููุณุช ููุงู ุชุนูููุงุช for "BUDI HARTAWAN The TRILOGY (Perspektif Budi 2)"
ุฅุฑุณุงู ุชุนููู