Joe The Click Bag.6 [Out of Control]


“Uaaaghh…..akhirnya kelar juga deh.”, kata Joe sambil meregangkan kedua tangannya ke atas untuk melemaskan otot-ototnya yang terasa kaku. Joe melirik ke arah jam dinding yang tergantung di dinding kamar profesor Suparman yang sekarang di tempatinya.

“Jam dua siang. Wah… ternyata butuh waktu lebih dari tiga jam untuk mengedit rekaman ini.”, kata Joe. Joe baru saja selesai mengedit rekaman adegan hot antara Karina dan Sarah, kakak perempuannya di kamar ini dua hari yang lalu (baca The Click 5). Tapi Joe tersenyum puas dengan hasil editingnya. Berkat kamera-kamera mini milik profesor yang memilki resolusi ketajaman tinggi, Joe berhasil mendapatkan rekaman audio visual yang hot dari berbagai sudut. Kualitas suara yang dihasilkan oleh microphone mini milik profesor juga sangat bagus. Joe menekan tombol eject pada DVD-RW laptopnya, setelah itu dia mengambil kepingan dvd hasil rekaman itu. Joe bangkit dari kursinya lalu membawa kepingan DVD itu ke lemari dan menyimpannya di sebuah kotak yang ada di lemari itu. Setelah itu Joe melompat ke atas ranjang dan berbaring disana.

Baru sekarang Joe bisa meluangkan waktunya untuk mengedit rekaman itu karena kemarin dia ada kencan dengan Nina. Kencan pertama mereka sejak mereka jadian. Joe tersenyum bila mengingat gadis itu. Nina yang pendiam dan pemalu ternyata menyimpan bara api yang besar dalam dirinya. Joe teringat waktu dia mengambil keperawanan Nina dengan bantuan The Click. Gadis itu begitu lugu dan polos.

“Tapi kemarin aahh……”, kata Joe lirih sambil mengenang kencannya dengan Nina kemaren. Candle night dinner yang romantis, Nina yang cantik dan begitu mencintainya, membuat Joe semakin merasa yakin kalo dia tak mengambil keputusan yang salah saat menjadikan gadis itu pacarnya. Cinta Nina yang tulus membuat hati Joe luluh dan jatuh hati pada gadis itu. Usai dinner, Joe pun mengantarkan Nina pulang ke rumahnya. Kedua orang tua Nina sedang pergi keluar kota hingga Nina pun sendirian di rumah hanya ditemani oleh pembantu wanitanya yang sudah tua dan agak budeg yang sudah tidur waktu itu. Joe teringat saat Nina membuka pintu rumahnya dan Joe hendak berpamitan pulang, Nina menggenggam tangannya dan menariknya masuk ke dalam. Nina meutup pintu rumahnya setelah Joe masuk kedalam. Dan sebelum Joe sempat berkata apa-apa, Nina menarik kepala Joe kemudian mencium bibirnya dengan panas.

Joe masih teringat jelas bagaimana Nina dengan penuh gairah mengajaknya bercinta malam itu. Joe benar-benar tak menyangka kalo Nina yang biasanya pendiam dan pemalu itu ternyata bisa sepanas dan seliar itu. Saat Joe menyinggung hal itu, Nina hanya berkata, “you’re the ones who made me like this.”. Mereka bercinta malam itu, dengan penuh gairah yang menyala. Bahkan Joe sama sekali tak memerlukan bantuan the Click. Mereka bercinta di sofa ruang tamu, di kamar tidur Nina, bahkan di tangga yang menuju kamar Nina di atas. Joe menginap di rumah Nina malam itu.

“Mmmm…Nina. Gue bener-bener nggak nyangka kalo loe ternyata bisa se-liar itu.”, kata Joe dalam hati sambil membayangkan peristiwa kemarin malam. Joe jr dalam celana boxer yang dikenakan Joe mulai mengeras saat kelebatan ingatan indah itu mulai berseliweran di benak Joe. Joe masih ingat dengan jelas betapa nikmatnya jepitan vagina Nina pada kontolnya, betapa erotisnya desahan Nina saat Joe mengulek memeknya itu dengan kontolnya dan menyemprotkan maninya ke dalam liang yang seperti hidup itu. Joe masih ingat kalo dia seakan tak pernah bosan mencium bibir Nina yang manis, mencumbu tiap inchi kulit Nina yang putih dan lembut yang membungkus tubuh indahnya. Entah berapa kali mereka bercinta sampai akhirnya merka berdua tertidur sambil berpelukan di kamar Nina malam itu.

Joe tersenyum saat mengingat bagaimana Nina membangunkannya dari tidur keesokan paginya. Joe hanya merasa kontolnya di selimuti oleh benda hangat dan basah. Saat dia membuka matanya tadi pagi, Joe melihat Nina sedang mengulum Joe jr. dalam mulutnya. What a wonderful way to wake up in the morning. Mereka bercinta sekali lagi di kamar mandi sebelum Joe akhirnya pulang kerumah.

“Kak Joe! Kakak dimana?”, suara teriakan itu membuyarkan lamunan jorok Joe.

“Gue di kamar. Masuk aja.”, sahut Joe karena dia hafal betul suara itu. Dugaan Joe tak salah saat beberapa saat kemudian pintu kamarnya terbuka dan Joe melihat seorang gadis yang manis dan imut nongol di pintu kamarnya. Gadis itu adalah Dini, adik perempuan Joe yang masih duduk dibangku SMU. Tampaknya dia baru saja pulang dari sekolah karena Joe melihat dini masih mengenakan seragam putih abu-abunya.

“Met siang kakakku yang baik. Udah siang begini kok masih tiduran sih? Nggak ada kuliah ya kak?”, oceh Dini dengan suaranya yang riang dan manja. Senyuman manis menghiasi bibirnya yang juga manis itu.

“Mmmm…nih anak pasti lagi ada maunya.”, gerutu Joe sambil pura-pura merengut. Dini hanya tertawa melihat kakak laki-lakinya yang merajuk.

“Idih..kak Joe. Kok curigaan gitu sih. Emang nggak boleh kalo seorang adik nanyain kabar kakaknya sendiri?”, kata Dini.

“Udah. Gue udah apal banget sama tingkah loe. Lebih baik loe ngomong aja sekarang.”, gerutu Joe.

“He..he..he..kak Joe bisa aja. Ini nih kak. Tolongin Dini ngetik makalah ini dong kak. Dini sudah bikin pake tulisan tangan, jadi kakak tinggal ngetik aja. Please????”, kata Dini sambil menyunggingkan senyum manisnya. Joe tahu kalo dia tak akan sanggup menolak permintaan Dini kalo adik perempuannya itu sudah tersenyum manis seperti itu.

“Iya.. iya… sini.”, kata Joe sambil bangkit dari tempat tidur lalu duduk lagi di kursi yang terletak di depan meja tempat laptopnya berada. Dini tersenyum girang lalu memberikan setumpuk kertas yang penuh dengan tulisan tangannya yang cukup awut-awutan.

“Tahu ngga Din? Gue yakin loe nantinya pasti bisa berhasil jadi dokter seperti cita-cita loe.”, kata Joe.

“Iya dong. Dini kan pinter.”, jawab Dini bangga. Hidungnya kembang kempis karena bangga.

“Nggak. Bukan karena itu. Tapi karena tulisan tangan kamu sudah mirip kayak dokter yang lagi nulis resep. Kayak cakar ayam, melungker-melungker nggak karuan.”, jawab Joe enteng.

“Yee…yang penting itu isinya bukan tulisannya.”, jawab Dini.

Joe tak menghiraukan Dini lagi karena dia sekarang harus berkosentrasi penuh untuk bisa membaca tulisan Dini yang berantakan itu agar dia bisa mengetiknya. Sementara itu Dini menyalakan cd player milik Joe yang dipasang di kamar itu, mengambil majalah di atas meja, melompat ke atas ranjang, lalu membaca majalah itu sambil tiduran.

Baru sekitar sepuluh menitan Joe mengetik makalah Dini saat pemuda itu mulai merasa nggak bisa fokus dan kosentrasi. Alunan nada hingar bingar yang ceria dari My Chemical Romance dalam Teenager memang terdengar keras memenuhi kamar ini, tapi itu sama sekali bukanlah hal yang bisa mengganggu kosentrasi Joe. Joe sudah biasa belajar atau mengerjakan sesuatu diiringi dentuman musik yang memenuhi telinganya dan itu sama sekali tak pernah mengganggunya. Joe kehilangan kosentrasinya karena di kepalanya sekarang dipenuhi ingatan tentang panasnya percintaannya dengan Nina semalam. Joe ngerasa gairahnya bangkit.

“Dasar otak ngeres. Kenapa aku mikirin hal ginian terus? Hhhmmmm…kayaknya aku bener-bener jatuh cinta sama Nina. Sampai-sampai aku nggak bisa ngilangin dia dari pikiranku.”, pikir Joe dalam hati. Joe berusaha mengusir semua ingatan indahnya bersama Nina dan mencoba berkosentrasi untuk mengetik makalah Dini. Tapi Joe tak berhasil, gairah itu tetap ada malah kian menjadi. Kini tidak hanya ingatan bersama Nina yang menghinggapi otak kotornya, Joe teringat pertarungan panasnya dengan mbak Rita dan Profesor Suparman, juga waktu dia akhirnya menikmati tubuh sexy mbak Rita, ibu muda favorit perumahan ini, sendirian kala suaminya tak ada. Saat dia mengusir ingatan tentang mbak Rita, malah muncul kilasan permainan cintanya dengan cewek yang jadi cinta pertamanya, Karina. Kemudian berganti dengan kelebatan beyangan Karina yang sebenarnya seorang lesbian sedang bercinta dengan Sarah, kakak kandung Joe yang model cantik itu. Joe jr. dalam celananya bagaikan mengamuk, menggeliat tak nyaman.

“Aaaghhh….kenapa aku ini? Kenapa aku jadi gampang horny ini sejak aku memiliki The Click? The Click???! Jangan-jangan……….”, pikir Joe dalam hati saat kemudian sebuah dugaan melintas di kepalanya. Joe teringat akan The Click yang tadi dia letakkan begitu saja di atas ranjang. Joe segera membalikkan tubuhnya dengan memutar kursinya. Kursi yang sedang digunakan Joe memang bisa berputar dengan bebas hingga ia tak perlu bangkit berdiri untuk membalikkan badannya.

Ketika Joe berbalik, dia begitu kaget dengan apa yang dilihatnya. Joe melihat Dini, adik perempuannya itu, sedang tiduran diranjang. Matanya terpejam, bibir manisnya sedikit terbuka. Tangan kiri Dini diletakkan di dadanya sendiri. Baju seragam sekolahnya terlihat agak kusut karena tangan Dini menekan ke arah payudaranya dan menggesek-geseknya walaupun Dini melakukan dengan gerakan tak kentara. Rok abu-abunya agak tersingkap keatas hingga Joe bisa menikmati mulusnya paha adik perempuannya sendiri. Tangan kanan Dini terlihat dia selipkan diantara kedua kakinya. Walaupun Joe tak bisa melihat dengan jelas, tapi dari gerak tangan Dini yang hampira tak kelihatan, Joe dapat menduga kalo Dini sedang bermasturbasi dengan mempermainkan vaginanya dari balik celana dalamnya. Sejenak Joe hanya diam terpana melihat pemandangan yang erotis itu.

“Hey, Din. Ngapain kamu?”, hardik Joe. Walaupun dia terangsang melihat Dini seperti itu tapi hatinya agak merasa risih karena yang dilihatnya itu adalah adik perempuannya sendiri. Dini begitu kaget dengan suara Joe. Dengan cepat Dini mengganti aksinya 180 derajat. Tangannya yang tadinya meremas payudaranyanya sendiri, kini bergerak menepuk dadanya sesuai dengan hentakan irama lagu. Demikian juga dengan tangannya yang tadi bermain di selangkangannya, dengan cepat segera berganti dengan gerakan menepuk pahanya sesuai irama lagu. Tapi perubahan gerak yang tiba-tiba itu jadi tampak kaku dan Dini kelihatan agak salah tingkah.

“Ah nggak. Di..dini nggak lagi ngapa-ngapain kok. Cuman dengerin musik doang.”, jawab Dini agak gugup. Tapi sekarang Joe tak memperdulikan tingkah adiknya itu. Ada hal yang lebih penting mengganjal di pikirannya saat dia tak melihat The Click di ujung tempat tidur tempat tadi dia meletakkannya.

“Din, kamu lihat kotak kecil hitam nggak?”, tanya Joe buru-buru.

“Kotak apaan?”, jawab Dini menatp kakaknya dengan heran. Gadis yang masih duduk di bangku SMU itu bingung kenapa Joe tiba-tiba bertanya seperti itu.

“Itu….mmm…kotak kecil yang warnanya hitam, terus ada tombol hati disalah satu sisinya berwarna merah muda. Kamu lihat nggak?”, desak Joe.

“Oooh….yang itu. Emangnya itu kotak apaan sih? Tadi Dini nemuin di atas ranjang, trus Dini pencet-pencet tombolnya tapi nggak bisa terbuka atau apalah.”, jawab Dini.

“Kamu pencet??! Shit! Trus dimana kotak itu sekarang?”, tanya Joe kuatir karena sekarang dia tahu kalo The Click sudah diaktifkan Dini tanpa sengaja. Itulah sebabnya Joe jadi ngerasa horny kayak gini.

“Hhmm dimana ya?? Tau ah. Dini sendiri lupa Dini naruhnya dimana. Emangnya penting banget ya kak? Kenapa sih?”, kata Dini tak sadar akan tindakannya mengaktifkan The Click tanpa sengaja itu resikonya bisa gawat.

“Udah nggak usah banyak tanya. Sekarang lebih baik loe bantuin kakak nemuin kotak itu. Kalo ketemu lekas kasih ke aku.”, kata Joe sambil bangkit dari duduknya. Joe pun mendekati ranjang dan mulai memeriksa ranjang itu untuk mencari The Click karena terakhir kali dia meninggalkannya disana.

“Iya…iya…Dini bantu cariin.”, jawab Dini. Kakak beradik itu pun sibuk mencari kotak hitam itu di atas ranjang.

“Uuff…untung aja kak Joe nggak tahu kalo tadi aku….mmm…apa dia tahu ya? Aduh, aku alu banget.”, pikir Dini dalam hati. Dini sendiri nggak tahu kenapa dia tadi tiba-tiba merasa gelisah dan gadis remaja itu tiba-tiba saja teringat cerita temen-temen ceweknya tentang pengalaman mereka pacaran. Waktu mereka ciuman, atau pacarnya meraba tubuh mereka. Tita, salah satu sahabat Dini, pernah cerita kalau dia sampai merinding waktu pacarnya meremas payudaranya dan menggesek vaginanya. Dini sendiri belum pernah pacaran, apalagi ciuman atau melakukan hal yang lebih jau dengan cowok. Entah kenapa tadi tiba-tiba Dini ingin mencoba hal yang pernah dilakukan teman-temannya. Awalnya Dini meraba dan meremas lembut payudaranya sendiri. Awalnya Dini merasa biasa aja, tapi lama-lama Dini merasa ada perasaan lain yang membutanya tak menghentikan perbuatannya. Dini memejamkan matanya, pikirannya membayangkan cowok-cowok keren di sekolahnya. Gadis remaja itu membayangkan kalo cowok itu yang meremas payudaranya. Dini merasakan nikmat. Kemudian Dini mulai meraba celana dalamnya dan menggesek-gesek vaginanya lewat kain celana dalamnya yang tipis. “Hhmmm….Tita bener juga. Aku juga merasa merinding. Sstt…tapi enak.”, pikir Dini kala itu. Gadis yang masih duduk di bangku SMU itu pun asyik dengan permainan barunya sampai tiba-tiba kakaknya mengagetkannya.

“Aduh…apaan sih kak?”, kata Dini kesal ketika Joe yang mencari kotak itu sambil kebingungan tanpa sengaja menabrak dirinya hingga kini tubuhnya setengah ditindih kakak lelakinya itu. Joe benar-benar tak sengaja melakukannya. Dia begitu kebingungan hingga hal itu pun terjadi.

Entah kenapa mereka berdua tetap diam dalam posisi itu. Joe tiba-tiba merasa mencari The Click itu di ranjang bersama Dini merupakan ide yang sangat buruk. Kini dia begitu dekat dengan adik perempuannya itu. Wangi tubuh Dini terasa menggoda hidungnya. Tanpa sadar Joe pun menyorongkan wajahnya dan menempelkan hidungnya dekat sekali dengan leher Dini, adik perempuannya itu.

“Mmm…kamu wangi banget Din. Kamu pake parfum?”, kata Joe lirih. Hidungnya mengendus wangi tubuh Dini pada leher gadis remaja itu. Wangi tubuh Dini membuat Joe merasa nyaman hingga ia tetap mendekatkan wajahnya di leher Dini yang mulus itu.

“Ngg…nnggak kok. Dini cuman pake deodorant body spay doang.”, jawab Dini dengan suara agak bergetar. Dini merasa bulu tengkuknya meremang karena tindakan yang dilakukan Joe. Nafas kakak lelakinya itu terasa hangat di lehernya memberikan gadis remaja itu sensasi baru yang sebelumnya tak pernah ia alami. Dini merasa nyaman hingga ia membiarkan saja kakaknya mengendus lehernya. Dini tak sadar kalo sekarang gairah birahinya meningkat.

“Dini sudah tumbuh jadi gadis yang cantik. Pasti sebentar lagi mama akan kerepotan ngadepin cowok-cowok yang bakal ngantri untuk ngapelin Dini.”, komentar Joe dalam hati dan mengagumi kecantikan adik perempuannya yang beranjak dewasa itu. Dia tak lagi mengendus leher Dini. Joe hanya menatap wajah Dini yang manis dan imut itu dari dekat. Dini juga balik menatapnya dengan pandangan sayu dan agak aneh. Nafasnya terdengar agak berat.

Entah siapa yang mulai, tiba-tiba saja bibir mereka berdua sudah melekat dan kakak beradik itu pun segera terlibat dalam ciuman yang panas dan penuh gairah.

“Mmmpp……mmmpppp….”, gumam mereka berdua dalam ciuman itu. Bibir Joe melumat bibir Dini yang manis mengemaskan itu. Bibir Dini mengingatkan Joe pada artis remaja yang sedang naik daun, Chelsea Olivia. Bibir itu begitu manis dengan bagian atas yang agak sedikit meruncing, hingga bibir itu selalu kelihatan menggoda. Bukan meruncing monyong, hanya sedikit saja mempunyai garis lekuk yang jelas dan membuat laki-laki manapun selalu ingin melumatnya.

Dini sendiri begitu menikmati ciuman yang boleh dibilang ciuman pertamanya itu. Dii bisa merasakan bibir kakaknya yang mengecup lalu melumat bibirnya. Dini begitu menikmati ciuman pertamanya itu dan gadis remaja itu pun membalas ciuman Joe dengan insting alaminya sebagai seorang gadis. Dini merasa lidah Joe berusaha menyeruak masuk ke dalam mulutnya. Kemudian lidah itu mengait-ngait seakan mengajak lidah Dini untuk bercanda. Dini pun menanggapinya dan mulai menggunakan lidahnya dalam ciuman yang panas itu. Dini merasa Joe menciumnya dengan hangat dan sabar, seakan memberi petunjuk pada Dini bagaimana caranya berciuman. Dini pun mengikuti gerakan bibir dan lidah Joe.

“Mmmmppp….inikah rasanya ciuman itu? Pantes aja banyak temen Dini yang suka ngelakuinnya sama pacar mereka. Ini asyik banget mmmppp….”, pikir Dini dalam hati sambil terus meladeni ciuman kakak lelakinya itu. Gadis remaja yang baru duduk di bangku SMU itu pun larut dalam gairah yang baru dialaminya itu. Dini seakan tak memperdulikan kalo yang diciumnya itu kakak kandungnya sendiri. Pikiran gadis remaja itu kini hanya dipenuhi keinginan untuk merasakan pengalaman baru yang sebelumnya hanya pernah ia dengar dari temen-temennya itu.

Joe kini sudah larut dalam gairah birahinya yang menyala karena pengaruh The Click. Joe seakan tak ingat lagi kalo yang sedang dicumbunya itu adik kandungnya sendiri. Kalaupun hal itu sempat melintas di pikirannya, pengaruh The Click tampaknya sudah benar-benar merasuki Joe hingga ia malah menganggap hubungan tabu ini malah semakin menyalakan api gairahnya. Bibirnya terus melumat bibir Dini, adik perempuannya itu. Bahkan kini tangan Joe mulai ikut beraksi. Jari-jarinya dengan lincah mulai melucuti kancing seragam SMU yang dikenakan Dini.

“Aaaahhh…kak Joe mmmm……”, desis Dini saat Joe mulai mendaratkan cumbuan biirnya ke leher gadis itu. Gairah yang baru kali ini Dini rasakan itu semakin membutakan mata gadis remaja itu. Bahkan Dini sedikit mengangkat tubuhnya saat Joe mulai mencoba melucuti seragam sekolahnya hingga kakak lelakinya itu dengan mudah segera bisa melepas seragam sekolah Dini lalu melemparnya entah kemana. Dini juga seakan memberi akses pada Joe untuk melepaskan bra yang dikenakannya juga. Tentu saja pemuda yang sudah gelap mata itu pun tak menyia-nyiakan kesempatan hingga tanpa waktu lama bra Dini pun ikut melayang mengikuti seragam putihnya.

Sejeanak Joe menghentikan cumbuannya untuk menikmati indahnya tubuh bagian atas Dini, Adik perempuannya itu yang sudah telanjang. Payudara Dini yang ranum dan belum mekar sepenuhnya itu memiliki keindahannya sendiri buat Joe. Tentu saja Joe tak bisa membandingkan payudara Dini dengan wanita-wanita lain yang pernah tidur dengannya karena perbedaan usia mereka. Bukit payudara itu masih tampak seperti gundukan kecil saja tapi bentuknya indah dan kencang. Putingnya terlihat imut dan kelihatan sedikit malu-malu karena masih tersembunyi dalam gundukan bukit mungil itu. Tapi payudara itu sudah memperlihatkan kekencangan dan kelembutan kulitnya walaupun Joe belum memegangnya.

“Toket kamu oke juga Din cup…cup…mmmhhh…..”, puji Joe lalu pemuda itu mulai mencumbui bukit mungil itu. Joe menciumi payudara Dini mulai dari belahan tengan kedua bukit itu, lalu bergerak mengitari bukit mungil itu. Joe seakan ingin menelusuri tiap mili dari payudara Dini.

“Mmmpp….kak.”, desah Dini menikmati cumbuan Joe. Baru pertama kali ini payudara Dini disentuh oleh lelaki lain. Joe begitu sabar dan semakin pintar mencumbu wanita. Joe sengaja mencumbu seluruh bagian payudara Dini selain putingnya. Hal ini dilakukannya untuk membangkitkan gairah Dini. Dini merasa payudaranya mengencang dan putingnya perlahan mulai mengeras dan mulai mencuat muncul dari tempat persembunyiannya. Gairah Dini makin meningkat dan Dini merasa penasaran, putingnya seperti iri hati dengan bagian payudara yang lain dan meminta untuk dicumbu juga.

“Sstt…kak Joe…”, desisi Dini sambil tangannya memegangi kepala Joe. Joe bisa merasakan kalo tangan Dini berusaha mengarahkan cumbuan Joe ke arah putingnya. Joe masih menggoda Dini, adik perempuannya itu dan tetap tak mencumbu putingnya. Tapi tak lama kemudian di saat yang tak disangka-sangka Dini, Joe tiba-tiba saja melumat dan menghisap putting Dini dengan bibirnya.

“Aaaaghhh…..kak Joe…….”, jerit Dini sambil melengkungkan tubuhnya agak keatas. Dini bagaikan tersengat listrik. Getar-getar kenikmatan yang mengalir dari putingnya itu seakan menjalar keseluruh tubuh belianya. Dini tersentak dengan perasaan ini, tapi gadis remaja itu juga menikmatinya. Desahannya semakin keras saat Joe mulai mencumbu total seluruh bagian payudaranya. Kedua payudaranya yang ranum dan begitu sensitif itu tak henti-hentinya menerima rangsangan dari Joe, kakak lelakinya itu. Bila mulut Joe mencumbu payudaranya yang kanan, maka yang sebelah kiri akan dipermainkan jemari kakaknya yang nakal, diremas bukit payudaranya serta dipermainkan putingnya.

Tangan Joe mulai bergerak ke bawah dan berusaha melucuti rok seragam abu-abu yang dikenakan Dini, adik perempuannya itu sambil terus mencumbu payudaranya dengan mulutnya. Dini seakan tak keberatan dengan aksi Joe, karena gadis belia itu bahkan sedikit mengangkat pantatnya agar kakaknya bisa melucuti seragamnya dengan mudah. Rok abu-abu itu pun segera menyusul teman-temannya yang lain, melayang entah kemana.

“Ssstt…kak Joe…..”, desah Dini terdengart begitu erotis di telinga Joe. Joe menurunkan cumbuannya kebawah. Melalui perut Dini yang langsing rata dan terus kebawah. Joe menatap celana dalam Dini dan melihat ada bagian yang mulai basah disana. Tak sabar lagi Joe pun segera melepas celana dalam putih bergambar hello kitty yang dikenakan Dini itu.

“Wah..memek kamu bagus banget Din.”, kata Joe sambil memandangi memek Dini, adik perempuannya itu yang kini terbuka bebas. Memek Dini terlihat indah dengan dihiasi bulu lembut yang jarang disana-sini. Belahannya masih tampak sangat rapat dan berbentuk seperti garis lurus. Dini tersenyum manis mendengar pujian kakak kandungnya itu.

Perlahan Joe mulai membuka belahan memek Dini dengan jemarinya. Terlihatlah dinding memek yang berwarna merah muda dan begitu segar, berkilauan karena air kegairahan Dini. Di tempat yang agak tersembunyi di bagian atas bibir vaginanya, menyembul sebuah klitoris imut milik Dini.

Ssluurrpp…..mmmmm….

“Aaaaghhh…kkkakkkk….aahhh…..”, desah Dini terdengar makin keras saat gadis belia itu merasakan lidah kakaknya yang basah dan kasar menjilati belahan vaginanya. Permainan lidah Joe seakan mengirimkan kenikmatan yang baru kali ini Dini rasakan. Dini hanya bisa menggeliatkan tubuhnya karena kenikmatan yang diberikan kakak kandungnya itu.

“Wah..memek kamu sempit banget Din. Jepitannya terasa kuat di jari kakak.”, komentar Joe ketika dia mulai memasukkan satu jarinya ke dalam memek adik perempuannya itu. Joe mulai mengeluar masukkan jarinya itu dalam memek Dini, tapi dia menjaga agar jarinya tak menusuk terlalu jauh sampai ke selaput dara Dini.

“Uuggh….sstt…aahhh…..”, Dini hanya bisa mendesah menikmati sensasi kehadiran benda asing di vaginanya untuk pertama kalinya. Dini bisa merasakan memeknya menjepit erat jari kakaknya itu dan dinding-dinding memeknya mulai mengalirkan sensasi rasa baru ke arah otaknya. Dini ternyata begitu menikmati sensasi itu, apalagi Joe juga mulai menjilati klitoris mungil Dini dengan lidahnya sambil terus memainkan jarinya.

Joe terus mengerjai memek adik perempuannya itu selama lima menit lebih saat dia merasakan tubuh adiknya mulai menggeliat liar dan desahannya makin keras. Sebentar lagi Dini akan menikmati orgasme pertama dalam hidupnya dan orgasme itu dia dapatkan dari permainan lidah dari kakak lelaki kandungnya sendiri pada memeknya yang banjir oleh cairan kenikmatan gadis belia itu.

“Aaaaaghhhhh…kkkaakkk……Dddiin…Dini aaaghhh…..”, jerit Dini saat gelombang kenikmatan itu menyapunya. Tubuhnya bergetar hebat, pantatnya sampai terangkat keatas, tapi ditahan oleh Joe yang terus menjilati memeknya berusaha menghisap tiap tetes cairan kenikmatan adik perempuannya yang menyemprot dari vaginanya yang perawan.

Hampir satu menitan Dini mengalami sensasi orgasme yang begitu luar biasa itu. Dini pun hanya bisa berbaring lemas dan memejamkan matanya sambil telentang di ranjang itu. Joe bangkit dan menyeka mulutnya yang belepotan cairan kenikmatan Dini. Kontolnya sudah mengacung keras sekali dan nafsu Joe sudah naik sampai kepalanya. Perlahan Joe mengambil posisi misionari diantara selangkangan Dini. Kaki Dini diangkatnya sampai lutut gadis itu ada di sebelah payudaranya. Joe menuntun tangan Dini untuk memegangi kedua kakinya. Dini menurut dan mulai membuka matanya. Gadis belia itu paham akan apa yang sebentar lagi dilakukan Joe terhadapnya. Tapi saat ini Dini tak memperdulikan masalah moral dan sebagainya. Yang ada dalam pikirannya adalah dia ingin merasakan kenikmatan itu lagi. Tubuhnya terasa panas oleh gairah yang masih terus menyala dalam dirinya.

Joe menempelkan ujung kontolnya ke belahan memek Dini dan dia pun menatap Dini seakan meminta persetujuannya. Dini tersenyum manis pada Joe, matanya menatap sayu penuh dengan gairah yang sama. Perlahan Joe pun mulai menekan ujung kontolnya untuk memasuki belahan memek Dini. Awalnya Joe agak kesulitan untuk melakukannya, tapi dengan kegigihannya akhirnya Joe berhasil juga. Perlahan kepala kontolnya mulai masuk ke dalam memek Dini yang sempit itu.

“Aauughh…ppeellaan..kak.”, desis Dini agak merasa kesakitan.

“Iya Din. Uughh…punya kamu sempit banget Din.”, kata Joe merasakan jepitan memek Dini pada kepala kontolnya. Joe pun mencium bibir Dini dengan penuh gairah, tangannya mulai bermain lagi pada payudara mungil Dini untuk memberikan Dini kenikmatan agar gadis belia itu bisa melupakan rasa sakitnya.

“Ssstt…aaahh….”, desis Dini yang mulai merasakan nikmat di samping rasa perih yang mendera selangkangannya karena Joe mulai menggerakkan kepala kontolnya keluar masuk secara perlahan. Joe tetap menjaga kedalaman penetrasinya hingga tak sampai menjebol selaput dara Dini dulu. Dia menunggu saat yang tepat.

Beberapa menit, Joe terus melakukan hal itu sampai dia merasakan cairan kenikmatan Dini mulai membasahi kontolnya. Tampaknya memek Dini sudah mulai bisa beradaptasi dengan benda asing yang ada di dalamnya. Joe terus mencumbu Dini di bagian tubuhnya yang lain. Bibirnya yang manis, leher dan bahunya, payudara mungil dan putingnya yang mengeras itu terus mendapat rangsangan dan cumbuan Joe hingga Dini hanya bisa mengeluarkan desahan erotis. Selain itu Joe sengaja lebih menggesekkan kepala kontolnya ke bagian atas dari belahan vagina Dini hingga kepala kontolnya itu terus menggesek klitoris Dini dengan konstan.

“Mmm…ahhh…ssttt….kak….Dini….aahhh”, akhirnya Din mulai merasakan gelombang itu akan datang lagi menerpanya. Joe pun mengetahui hal itu dari kontraksi memek Dini yang begitu liar menjepit kepala kontolnya dan sebagian kecil batangnya. Joe tahu inilah saatnya. Berbarengan dengan orgasme yang menerpa Dini, Joe langsung melesakkan kontolnya sedalam-dalamnya ke dalam memek adik perempuannya itu, menembus selaput daranya dan mentok sampai ke dasar liang memeknya.

“Aaaaaghhh…….mmpphh…mmpp..”, Dini berteriak tapi bibir Joe segera menyekap bibirnya dengan ciuman yang penuh nafsu. Joe membiarkan kontolnya tak bergerak didalam sana. Joe harus bertahan agar dia tak keluar dulu karena kontraksi memek Dini yang begitu luar biasa saat gadis remaja itu orgasme. Hal ini juga dilakukkannya untuk memberi kesempatan pada Dini untuk membiasakan diri setelah kehilangan keperawanannya. Mereka berdua hanya berciuman sambil berpelukan selama beberapa menit.

“Mmmpp….kamu cantik Din.”, puji Joe saat melepaskan ciumannya.

“Makasih kak Joe. Mmm…Dini seneng banget, kakak jadi lelaki pertama yang bikin Dini jadi wanita dewasa.”, kata Dini yang menatap Joe dengan wajah polos imutnya itu. Joe menganggukkan kepalanya dan tersenyum pada adik perempuannya itu.

“Nnngg…kata temen-temen Dini, kalo ML pertama kali rasanya pasti sakit banget. Tapi tadi nggak sakit-sakit amat kok, malah Dini nggak ngerasain sakit waktu selaput dara Dini ditembus sama titit kakak.”, kata Dini.

“Memang seharusnya rasanya sakit tapi kalo kita tahu bagaimana melakukannya, rasa sakit itu bisa dikurangi.”, jelas Joe.

“Ohh gitu ya.”

“He eh. Eh Din, punya kakak ini bukan titit namanya tapi kontol.”

“Ah, kak Joe jorok.”, jawab Dini sambil memukul pelan dada Joe.

“Eits, siapa yang jorok? Titit itu cuma buat anak kecil. Dini kan udah gede sekarang, jadi harus nyebutin kontol. Dan kontol kakak sekarang seneng banget bisa ada dalam memek Dini.”, goda Joe. Dini tak bisa menjawab hanya tersenyum malu dan jengah mendengar kata-kata jorok kakaknya itu. Tapi entah kenapa kata-kata jorok itu membuat gairah Dini makin naik. Perlahan dia mulai memutar pantatnya.

“Mmm..kamu sudah nggak sabar ya Din he..he..”, goda Joe saat merasakan gerakan pantat Dini. Joe pun segera memulai aksinya. Kontolnya dia pompa perlahan dalam memek Dini. Dini pun meresponnya dengan mendesah nikmat. Kedua bersaudara itu kini larut dalam permainan tabu itu. Mereka bercinta dengan penuh gairah.

“Aahh….aahhh….sstt…..aahhh…..”, Dini hanya bisa mendesah tak karuan menikmati persetubuhan pertamanya itu. Memeknya terasa penuh akan hadirnya kontol Joe yang bergerak lincah di liangnya. Dinding vaginanya yang tergesek oleh gerakan kontol kakak lelakinya itu seolah mengirimkan sinyal-sinyal kenikmatan ke otaknya dan seluruh tubuhnya. Apalagi klitorisnya juga ikut terjepit dan tergesek oleh gerakan kontol Joe yang memompanya hingga membuat gadis remaja itu merasakan sensasi kenikmatan yang terlena. Tak hanya itu, Dini juga suka sekali saat Joe menciumnya bibirnya dengan panas, menciumi leher dan bahunya hingga belakan telinganya pun tak luput dari seangan Joe. Payudaranya yang tertekan dan bergesekan dengan dada bidang kakak lelakinya itu juga makin mengeras, apalagi saat Joe kadang menciumi dan meremasnya gemas.

“Oh my God. Inikah nikmatnya seks itu? Uughh….enak banget. Kenapa aku tak melakukannya dari dulu?”, pikir Dini dalam hati.

“Uuughh….Din. Memek kamu enak. Jepitannya terasa banget aaaahhh….”, desis Joe yang merasakan nikmatnya memek Dini, adik perempuannya sendiri itu, yang ternyata begitu sempit dan nikmat rasanya. Bahkan Joe merasa kalo memek Dini adalah memek paling sempit yang pernah dia rasakan. Dia harus bertahan sekuat mungkin agar tak keluar lebih dulu daripada Dini.

Moral dan etika sama sekali tak terpikirkan oleh dua bersaudara yang sedang dimabuk kenikmatan tabu itu. Mereka terus berpacu dengan gairahnya mencoba menggapai puncak kenikmatan mereka berdua. Joe terus menggenjot tubuh belia Dini dengan penuh nafsu. Kini dua kaki Dini dikaitkannya di bahunya hingga Joe bisa lebih leluasa menggenjot memek adik perempuannya itu. Joe juga meningkatkan tempo permainannya hingga suara desahan mereka berdua berpadu dengan suara tumbukan pantat dan pinggul mereka serta kecipak memek Dini yang dibombardir pusaka Joe.

Lebih dari sepuluh menitan mereka berpacu saat Dini merasakan gelombang itu datang lagi padanya. Bahkan kali ini lebih dashyat dari sebelumnya. Gadis SMU itu memeluk erat kakak kandungnya yang terus menggenjot memeknya dan mendesah makin keras.
“Kkkaaakk….Dini mau …sstt…laaggii aaagghhhh….”, jerit Dini saat puncak kenikmatan itu menerpanya. Tubuh belianya menggeliat tak karuan dalam pelukan Joe. Memeknya berkontraksi dengan kuat dan menyemprotkan cairan kenikmatan yang membasahi kontol Joe yang bersarang di dalamnya.

“Ooohhh…DDdiinii aaaaghhh…..”, dengus Joe yang tak bisa bertahan lagi. Jepitan memek adiknya saat orgasme begitu luar biasa dan seakan memaksa dan meremas kontolnya kuat-kuat untuk memeras segala isi batang kontolnya itu. Joe pun menyemprotkan spermanya ke dalam memek Dini yang menggila itu. Tak terpikirkan kalo dia bisa saj membuat adik kandungnya sendiri hamil. Dini merasakan semprotan mani hangat dari kontol Joe yang menghantam dinding vaginanya dan rahimnya, mengantarkan gadis itu mencapai orgasme susulan.

Joe dan Dini berpelukan sambil menikmati orgasme mereka berdua. Kontol Joe masih bersarang di liang kenikmatan adik kandungnya itu.

“Mmmpp…. kamu cantik sekali Din.”, rayu Joe sambil mencium bibir manis Dini Dini membalas ciuman kakak lelaki nya itu dengan gairah yang tak kalah panasnya.

“Mmm…terima kasih kak. Dini seneng karena kak Joe sudah membuat Dini jadi wanita dewasa.”, kata Dini.

Joe pun mencium bibir Dini lagi. Kemudian Joe menggulingkan tubuhnya dan Dini tanpa melepaskan kelaminnya dari vagina Dini, hingga kini Dini yang ganti berada di atas. Perlahan Joe mulai menggerakkan pinggulnya lagi dan menggenjot Dini dari bawah. Joe dan Dini masih tetap berpelukan dan berciuman mesra. Desisan mereka berdua kembali terdengar. Mereka tetap dalam posisi ini selama beberapa saat. Kemudian Joe mendorong tubuh Dini hingga kini Dini duduk diatas tubuh Joe dengan bertumpu pada kedua lututnya yang ada di samping kanan dan kiri Joe, memek Dini masih bersatu dengan kontol Joe.

“Nah, Din. Sekarang ganti kamu yang ambil kendali. Kamu gerakin pantat kamu naik turun.”, perintah Joe pada adik perempuannya itu. Dini pun menuruti kata-kata Joe dan mulai menunggangi Joe.

“Sstt…kak…..aahhh….’, desah Dini sambil menggerakkan pantatnya naik turun, tangannya bertumpu di dada Joe.

“Yeah…gitu Din mmpp… terussss……sambil digoyangin pantatnya sayang….biar lebih enak…Yak kayak gitu aagghhh….”, Joe menikmati permainan adik kandungnya itu sambil terus memberi petunjuk pada Dini. Dini pun menuruti petunjuk Joe, dan dibantu dengan insting alaminya, tak lama kemudian Dini terlihat sudah cukup mahir menunggangi kontol kakak lelakinya itu.

Kakak beradik itu terus berpacu dalam gairah birahi mereka. Mereka tak ingat lagi kalo perbuatan mereka itu adalah hal yang tabu. Yang ada dalam pikiran mereka hanyalah kenikmatan yang mereka rasakan sekarang. Suara desahan mereka bersahutan diirangi kecipak pertemuan dua kelamin berlawanan jenis itu. Dini asyik memacu tubuhnya diatas tubuh Joe. Pantatnya bergerak lincah dengan kedua tangannya bertumpu di dada Joe. Joe pun tak mau ketinggalan. Payudara Dini yang mungil dan bergoyang indah di depan matanya segera diremasnya dengan kedua tangannya. Putingnya dijepitnya dengan jari dan dipilin-pilin, membuat Dini makin mendesah tak karuan dan gerakan pantatnya makin liar.

Beberapa menit kemudian, Joe merasa gerakan Dini makin tak beraturan. Goyangan pantatnya dipercepat dan bergerak liar.

“Aaaagghh…kak Jooeee….”, teriak Dini sambil tubuhnya menggeliat liar di atas tubuh Joe. Vagina gadis belia itu berdenyut kencang menjepit kontol Joe. Joe merasakan cairan kenikmatan Dini yang menyembur dan membasahi kontolnya. Joe merasakan kenikmatan yang luar biasa selama Dini orgasme. Untung saja Joe tadi sudah keluar hingga dia masih bisa bertahan dari kontraksi memek Dini yang ugal-ugalan itu. Hampir dua menitan Dini orgasme sampai akhirnya tubuh gadis remaja itu pun lemas dan Dini pun jatuh ke depan dan bersandar di dada Joe.

Joe yang belum mencapai puncaknya sendiri segera melepaskan diri dari pelukan Dini. Kemudian Joe menyuruh Dini agar duduk di ranjang, sedangkan dia sendiri segera berdiri di atas ranjang. Dini yang masih lemas menurut saja. Joe kemudian mengarahkan kontolnya ke bibir Dini.

“Mulutnya dibuka dong Din. Kakak pengen ngerasain sepongan kamu.”, kata Joe. Dini menurut dan membuka bibirnya. Gadis belia itu sebetulnya belum pernah melakukan blow job, dia hanya pernah mendengar cerita temennya. Sebenarnya Dini agak jijik saat disuruh menjilati kontol Joe yang berlumuran cairan kenikmatannya sendiri. Tapi Dini ingat kalo tadi kakaknya juga menjilati memeknya dan tak merasa jijik, dan Dini pun merasa harus membalas perbuatan Joe tadi. Perlahan Dini mengulurkan lidahnya dan menjilati kontol Joe.

“Mmm….yeah…terus Din.”, desis Joe yang merasakan kenikamatan saat lidah Dini bergerak menyapu batang kontolnya.

“Mmm… rasanya lumayan. Not bad.”, pikir Dini sambil terus melanjutkan perbuatannya. Bahkan kini Dini mulai memasukkan kontol Joe ke dalam mulutnya dan menghisapnya seperti menghisap permen lolipop. Dini mencoba mengingat apa yang pernah diceritakan teman-temannya tentang blow job, lalu mempraktekannya pada Joe.

“Aaahhh….terus Din. Kamu pinter banget sstt…. enakkk….”, desah Joe menikmati sepongan Dini. Hati Dini senang mendengar desahan kenikmatan kakak lelakinya itu. Entah kenapa, setiap desahan Joe membuat Dini bangga karena bisa memberikan kenikmatan pada kakaknya dan Dini merasa makin bergairah seiring desah Joe yang keenakan.

Sementara itu Joe hanya bisa mendesah keenakan saat merasakan bibir adik perempuannya yang hangat dan basah. Joe tahu kalo Dini baru pertama kali in melakukan blow job, tapi tampaknya adiknya cukup berbakat dalam hal ini. Yang Dini perlukan cuma sedikit latihan. Kedua tangan Joe memegang kepala Dini, mengelus rambutnya. Pinggulnya bergerak maju mundur hingga kontolnya seakan mengentot mulut Dini. Joe sedikit menengadahkan kepala Dini hingga dia bisa melihat wajah Dini. Wajah Dini yang cantik, imut dan terlihat polos, dan bibirnya yang manis itu asyik menjepit kontolnya yang keluar masuk, merupakan permandangan erotis yang membakar gairah Joe.

“Uughh…terus Din. Dikit lagi aaagghhh…….”, teriak Joe saat kontolnya menyemprotkan banyak sekali mani ke dalam mulut Dini. Dini merasakan semprotan cairan Joe dalam mulutnya, dan gadis itu pun menelannya.

“Mmm…rasanya boleh juga ssluurppp…”, pikir Dini sambil asyik menjilati sperma yang tersis di kontol Joe yang mulai melemas.

Joe berusaha mengatur nafasnya. Sebenarnya Joe sudah merasa lelah, tapi gairah itu masih menyala dalam dirinya. Apalagi Dini masih asyik melumat kontolnya walaupun kontol Joe sudah melemas. Perbuatan Dini perlahan membuat Joe jr. bangkit lagi.

“Shit. Aku harus cepat menemukan alat itu. Kalo tidak aku bisa bercinta seharian denganDini.”, pikir Joe dalam hati. Tapi nafsu Joe terlanjur bangkit. Kontolnya sudah berdiri lagi dengan gagahnya dan sekarang menuntut penyelesaian.

Joe pun segera turun dari ranjang dan berdiri di tepi ranjang. Lalu Joe menyuruh Dini untuk menungging dengan posisi seperti bayi merangkak, hingga pantatnya tepat didepan pinggul Joe. Dini merangkak bertumpu pada dua tangannya dan lututnya. Tanpa buang waktu, Joe segera melesakkan kontolnya ke dalam memek Dini dari belakang.

“Ugggh…kak Joe.. sstttt….aaaahhh…”, desis Dini yang tenggelam dalam birahi lagi.

Plokkk…plokkk….

Suara benturan pinggul Joe dan pantat Dini mengiringi desahan kenikmatan dua bersaudara itu. Kembali mereka memacu gairah birahi yang terlarang itu. Pantat Dini diremas Joe dengan gemas dan dijadikan pegangan untuk memacu tubuh gadis belia itu lebih kencang dan lebih keras.

Sedang asyik-asyiknya Joe memacu tubuh adik kandungnya sendiri itu, tiba-tiba matanya tertumbuk pada suatu benda yang tergeletak di dekat kaki ranjang.

“Brengsek. Ternyata benda itu ada disitu.”, pikir Joe dalam hati saat dia tanpa sengaja melihat The Click yang tergeletak di kaki ranjang. Tampaknya Dini tadi tanpa sengaja menjatuhkan The Click disitu. Pantas saja saat dia mencari di atas ranjang nggak ketemu.

Joe sadar kalo dia harus segera mematikan The Click. Tapi gairah birahinya sudah terlanjur terbangun dan menuntut penyelesaian. Maka dari itu Joe pun meneruskan permainan cintanya dengan Dini. Memek Dini terus digenjotnya dengan penuh nafsu, membuat adik perempuannya itu melenguh dan mendesis tak karuan.

Sekitar sepuluh menit berlalu, saat Joe makin mempercepat irama kocokannya karena dia merasa hanya akan bisa bertahan sebentar lagi sebelum orgasme itu menerpanya.

“Kak Joe, Dini dapet lagi aaahhh……”, desis Dini sambil menggeliat tak karuan. Rupanya gadis belia itu yang tak kuat duluan. Cairan kenikmatannya membanjir membasahi kontol Joe. Memeknya meremas kontol Joe, berusaha memeras keluar mani dari sana. Joe pun tak sanggup lagi bertahan.

“Din ssttt…aaahhh….”, dengus Joe yang lupa untuk menarik kontolnya hingga maninya pun muncrat membanjiri rahim adik kandungnya itu. Semprotan mani Joe dalam rahimnya membuat Dini mengalami orgasme lagi. Kakak beradik itu pun mendesis nikmat bersama-sama dalam puncak kenikmatan mereka berdua.

Tubuh Dini pun jatuh telungkup setelah orgasme itu usai. Tubuhnya terasa lemas. Joe pun demikian, tapi pemuda itu segera bergerak mengambil The Click yang tergeletak di dekat kaki ranjang, lalu mematikan alat itu. Setelah itu baru Joe berbaring lemas di sebelah adiknya. Joe menoleh ke arah Dini adik tirinya. Rasa bersalah menghinggapi hatinya. Tapi Joe melihat Dini yang tersenyum manis padanya. Tampaknya Dini tak menyesali kejadian barusan.

“Maafin kakak, Din.”, kata Joe pelan.

“Nggak apa-apa kak. Dini sayang kakak.”, sahut Dini sambil tersenyum manis. Joe merasa lega karena Dini tak menyesali kejadian barusan. Rasa bersalahnya agak berkurang. Dia melihat Dini memejamkan matanya. Tampaknya gadis itu kelelahan setelah bercinta dengannya. Tangan Joe mengusap lembut rambut adik perempuannya itu.

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *

“Uuggh…panas banget siang ini. Huh…kenapa sih Joe pake acara tinggal di rumah Profesor Suparman segala. Jadi gue deh yang kena getahnya. Mama juga. Pake nyuruh gue nganterin makan siang si Joe. Si gebleg itu kan bisa pulang sendiri. Kalo gini kan gue yang repot.”, keluh Sarah sambil berjalan di jalanan komplek perumahan ini di tengah teriknya sinar matahari. Gadis itu melangkah santai sambil membawa rantang makanan. Walaupun Sarah saat ini hanya mengenakan kaos oblong dan celana aerobik dan dia juga sedang tak berada di atas catwalk, langkah gadis itu tetap terlihat menggoda dan sensual. Mungkin karena kebiasaan dalam pekerjaannya sebagai model atau juga karena pada dasarnya tubuhnya memang sexy hingga berjalan biasa saja, tiap orang yang berpapasan dengannya pasti memandang Sarah dengan kagum.

Tak sampai lima menit perjalanan, Sarah sudah sampai di bangunan tua yang letaknya di pojokan komplek perumahan itu. Rumah yang cukup besar itu milik seorang professor paruh baya yang aneh yang kebetulan bersahabat dengan Joe, adik laki-laki Sarah. Sampai sekarang Sarah masih juga tak mengerti bagaimana bisa Joe, adiknya itu bisa bersahabat dengan professor aneh itu, padahal perbedaan usia mereka cukup jauh. Bahkan Suparman, Profesor aneh itu begitu percaya pada adiknya hingga Joe disuruh menempati rumahnya selama Suparman pergi. Sarah melangkah memasuki halaman rumah Profesor, dan menuju ke pintu depan rumah itu. Sarah langsung saja mencoba membuka pintu itu karena dia tahu Joe sedang ada disana. Gadis cantik itu bisa melihat mobil Joe yang sedang diparkir di depan rumah Profesor Suparman. Sarah langsung saja masuk kedalam rumah setelah dia membuka pintu depan yang tidak dikunci itu.

“Uuff….panas banget.”, kata Sarah sambil duduk si sofa ruang tamu setelah meletakkan rantang makanan yang dibawanya di atas meja. Sarah mengusap peluh didahinya sambil beristirahat di sofa. Gadis cantik itu tak melihat Joe, adik laki-lakinya itu. Tapi Sarah yakin Joe sedang berada dikamar Profesor karena gadis itu bisa mendengar suara musik yang samara-samar terdengar dari celah pintu kamar yang tertutup itu.

“Gila banget tuh anak. Dinding kamar tidur si prof kan ada lapisan karpetnya gitu. Jadi boleh dibilang kamar itu ada peredam suaranya. Tapi gue masih bisa denger suara musik dari sini walaupun samar. Sekenceng apa tuh si gebleg nyetelnya???”, komentar Sarah dalam hati.

“Mas Joe! Mas. Mas Joe!”, terdengar teriakan seorang laki-laki dari luar rumah lewat pintu depan yang masih dibiarkan Sarah terbuka. Sarah pun terpaksa bangkit dari duduknya dengan malas. Perlahan gadis itu berjalan menuju pintu untuk melihat siapa yang datang. Sarah mengintip melalui celah pintu yang terbuka. Dia melihat Mang Dudung, suami pembantunya yang sering juga bantu-bantu di rumah. Mang Dudung datang bersama seorang lelaki lain yang berbadan gemuk dan berwajah berantakan. Matanya juling, hidungnya pesek dan mulutnya agak monyong ke depan kayak Tukul.

“Ada apa Mang?”, Tanya Sarah masih dari balik pintu.

“Eh..neng Sarah. Joenya ada Neng? Tadi Joe telpon Mamang katanya minta dipanggilin tukang servis mobil buat ngebenerin mobilnya. Nah, nih die orangnya neng. Namanya Jalal. Jelek-jelek gini, dia jago masalah mobil he..he…he..”, kata Dudung.

“Sialan, loe Dung. Pake ngatain gue jelek segala.”, kata Jalal.

“Ya, udah. Biar saya panggilin si Joe , Mamang tunggu aja dulu disini.”, kata Sarah lalu gadis itu pun masuk kembali ke dalam.

Awalnya Sarah mau memanggil si Joe tapi niatnya itu ia urungkan saat gadis cantik itu ngeliat kunci mobil Joe yang tergeletak di meja. Sarah lagi males teriak buat manggil adiknya dan gadis itu mengambil inisiatif untuk menyerahkan kunci mobil itu ke mang Dudung, Dan dua orang itu pun bisa langsung memperbaiki mobi Joe. Berpikir demikian, Sarah pun segera mengambil kunci itu.

Saat Sarah hendak keluar, tiba-tiba muncul ide gila di benak gadis itu. Sarah masih ingat bagaimana dua orang lelaki yang ada di depan itu menatap tubuhnya bagaikan ingin menelanjangi dia.

“Hmmm…kalo gue godain mereka dulu kayaknya asyik nih.”¸ kata Sarah dalam hati. Sarah sangat sadar kalo dirinya cantik dan mempunyai tubuh yang indah dan sexy. Dan gadis itu memang memiliki sedikit sisi ekhibisionis dalam dirinya. Sarah sangat menikmati kalo ada lelaki yang menatap dirinya dengan kagum.

BONUS BOKEP KLIK TOMBOL DIBAWAH


0 comments:

Post a Comment