Anak Badung Season 2 Bagian.03 [Curhat ke Kakak]
NARASI FAIZ
Aku dan Vira masuk ke ruang UKS. Pandu masih belum sadar. Ada seorang dokter di dalam ruang UKS ini. Sekolah ini memang mempunyai dokter cewek yang bertugas kalau-kalau ada siswanya yang sakit. Namanya Dr. Dhana. Dia masih muda, berusia 27 tahun. Karena ini sekolahan elit jangan pernah tanya berapa honor sang dokter cantik ini. Pastinya tidak sedikit. Dan pasiennya jangan pernah tanya, pasti berebut. Dr. Dhana ini masih muda. Dan ia juga kadang sering menggoda anak-anak cowok di sekolahan ini.
Begitu aku masuk Dr. Dhana segera tahu.
"Selamat pagi pangeran mahkota, saudaramu sudah siuman," kata Dr. Dhana.
"Oh ya?" aku pun gembira.
Vira mengikutiku dari belakang. Kami kemudian sampai di ruang perawatan. Di sana tampak Pandu sedang main game di ponselnya.
"Hei kunyu! Udah sadar nggak kembali ke kelas malah main game," kataku.
"Rese' ah, suka-suka gua dong," katanya.
"Ayah tadi ke sini," kataku.
"Hah? Masa', trus dia kemana?"
"Udah pergi lagi."
Pandu melihat Vira. Ia buru-buru meletakkan ponselnya.
"Pandu, kau tak apa-apa?" tanyanya.
"Hai, Vir. Eh, maaf. Kusangka Si Jabrik ini sendirian," kata Pandu.
"Pan!" aku berkata sambil mengangkat tangan kananku untuk tos. Pandu pun membalasnya. Tapi aku tangkap tangannya. "Lu menang! Jaga dia baik-baik. Awas kalau lu sampai nyakitin dia!"
Aku meninju bahunya. Pandu nyengir. Ia tak mengerti maksudku. "Apaan sih?"
"Aku tinggal dulu," kataku.
"Woi, mau kemana?" tanya Pandu.
"Aku lagi sakit hati, jangan tanya kemana. Ya balik ke kelas-lah!" kataku.
Vira kemudian maju ke arah Pandu.
"Vira, kamu...?" kata Pandu.
"Iya, aku sudah bilang ke Faiz. Aku menerimamu, Aku mencintaimu Pandu," kata Vira.
Fuck....sakit hatiku mendengar itu. Dadaku bergemuruh.
"Faiz,...jadi...itu...," Pandu mulai mengerti.
Suasana ruang perawatan itu hening. Aku pun bergegas pergi meninggalkan ruang UKS. Tampak Dr. Dhana sedang membersihkan kukunya.
"Dasar, anak muda. Nggak di mana aja, kalau sedang ada masalah cinta hadeeeh," katanya.
"Faiz, makasih," kata Pandu.
Aku melambaikan tanganku.
"Faiz tak apa-apa?" tanya Vira. Dia tahu perasaanku sekarang sedang hancur.
"Ah, nggak apa-apa. Kami sudah berjanji koq. Siapapun yang dipilih olehmu, kami akan menerimanya walaupun sakit," kata Pandu.
Masalahnya, akulah yang memberikan Vira kepadamu Pandu. Karena aku terlalu sayang kepadamu.
***
Seminggu setelah kejadian itu, aku jadi jutek di rumah. Makan ndak nafsu, mau ngapa-ngapain bete. Tiap hari melihat Vira dan Pandu bersama, apalagi sambil gandengan tangan. Bikin aku ilfil. Tapi aku mencoba untuk senyum. Mungkin hanya Vira yang tahu arti dari senyumanku. Ia tahu aku sangat sakit. Tapi aku tak bisa berbuat banyak dengan ini semua. Kegembiraan di wajah Pandu pun membuatku makin bisa menerima nasib.
Ternyata kegundahanku selama ini diketahui oleh Kak Putri. Aku duduk di ruang keluarga nonton tv sendiri sampai larut. Nonton Masih Dunia Lain. Ngelihat orang-orang kesurupan. Heehh....nggak ada kerjaan emang. Saat itu rupanya Kak Putri terbangun dari tidurnya dan langsung duduk di sebelahku.
"Ngapain?" tanyanya. "Lagi galau ya?"
"Sok tahu," kataku.
"Udah deh, aku tahu kalau kamu lagi galau. Gebetan direbut orang? Kalah dari Pandu?" gila, langsung tepat dia.
Aku terdiam.
"Hahahaha, ternyata bener. Ceweknya yang mana sih? Kasih tahu dong!" pintanya.
Aku mengambil ponselku dan membuka gallery. Di sana ada foto Vira. Aku kasih ke Kak Putri.
"Cakep banget. Sialan kalian ini seleranya tinggi-tinggi ya?" puji Kak Putri.
"Iyalah," kataku.
"Udah deh. Jangan sedih gitu," katanya.
"Gimana lagi ya kak, dia cinta pertamaku. Aku sebenarnya nggak rela sih. Tapi, ketika ayah bilang Pandu kena penyakit itu, rasanya aku tak tega. Aku mengalah dari dia," kataku.
"Kamu sih bego!" kak Putri menoyor kepalaku.
"Lho?"
"Dalam kehidupan ini kau boleh mengalah kecuali tiga hal, pertama kamu nggak boleh mengalah dalam soal makanan, kalau kamu nggak makan bisa mati soalnya, kedua kamu nggak boleh mengalah dalam soal nyawa. Soalnya nyawamu cuma satu, dan yang terakhir, kamu nggak boleh mengalah dalam hal cinta. Sebab kalau kamu ngalah maka hati kamu yang mati!"
Aku menunduk.
"Ah, sialan. Pake pasang muka nggak berarti gitu. Udah dong ah. Udah terlanjur mau gimana lagi? Move on aja!"
"Enak kakak bilang move on, gampang banget. Sakitnya tuh di sini!" kataku sambil menunjuk ke dada.
Kak Putri tersenyum. Dia merebut remote tv dan mematikan tv. Tanganku lalu ditarik olehnya.
"Sini, ikut kakak!" katanya.
"Apaan sih?"
"Udah ikut aja!" katanya.
Aku digiring ke kamarnya. Setelah aku masuk, eh dianya langsung mengunci pintu, aku lalu didorong dan dipeluknya. Aku ambruk di atas ranjang dan bibirku pun dilumat olehnya. Kenapa kak Putri ini? Aku mendorongnya.
"Apaan sih kak?"
"Denger ya, aku ngelakuin ini biar kamu nggak sedih. Aku nggak pengen adikku ini sedih terus soal cewek. Biar aku menghiburmu," katanya.
"Maksudnya? Ini kakak mau ML ama aku?"
"Ah, cerewet, udah tahu nanya."
"Tapi, kita kan saudara!?"
"Persetan Iz, aku udah horni dari tadi."
Dan setelah itu....eng-ing-eng, terjadilah. Aku awalnya agak terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Kak Putri, tak tahu kalau dia seagresif itu melumat bibirku. Dalam sekejap pakaianku sudah dilucutinya. Hingga aku cuma tinggal pakai celana dalam saja. Kak Putri pun melepas T-Shirtnya. Kini dia cuma memakai bra dan CD.
Dengan lembut kak Putri mencium pipiku, bibirku, lalu ke leherku dadaku, dan dia menjilati putingku. Perutku diciuminya sampai ke celana dalamku. Ia usap-usap pusakaku itu.
"Gila Iz, punya lu. Gede amat ya?" katanya.
"Jangan ngaco ah, itu ukuran orang Indonesia. Standar!" kataku.
"Nggak, beneran. Apa pacarku yang impoten ya?" katanya.
"Kak Putri ngelakuin ini ama pacar? berarti udah nggak perawan dong?"
"Iya, kurang lebih setahun lalu," katanya enteng. "Aku buka ya?"
Tanpa mendapat persetujuanku ia sudah melepaskan celana dalamku.
"Anjir ini sih ukuran nggak normal Iz! Ukuran cowokku aja cuma sejari telunjuk. Ini lebih! Panjang banget! Gede lagi. Ini belum on beneran kan?" tanyanya.
"Belum," jawabku enteng.
Tiba-tiba ia menciumi dan menjilati ujung penisku. OWwwuhh....aku baru kali ini digituin perempuan. Biasanya cuma coli doang. Hap...kepala pusakaku sudah dikulum oleh Kak Putri. Kak Putri ini cukup seksi, kulitnya putih dan aku bisa tebak ukuran branya 34B. Ketika mengulum dan membiusku dengan oral sexnya ia membuka sendiri kaitan branya. Menggantunglah dua buah bongkahan susu bergizi itu. Ia meremas-remas telurku sekarang, membuatku makin keenakan. Sekarang punyaku benar-benar tegang.
"Duh, gemes aku ama kontolmu," katanya. Dia bisa juga bicara penis pake kata kontol.
Dia mengocok-kocok punyaku sambil sesekali menghisapnya. Aku hanya bisa melihat dia memperlakukan penisku seperti mainan. Kadang dia jilat, kadang ia ciumi dengan hidungnya. Ia kemudian berbaring di sampingku sambil melepaskan celana dalamnya.
"Gantian dong Iz!" kata kak Putri.
Aku kemudian mencium bibirnya lagi. Aku sebenarnya tak pernah membayangkan bisa ikut horni juga dengan kakak sendiri. Ciumannya juga cukup maut. Berkali-kali kami french kiss. Aku kemudian mencium lehernya. Apa yang aku lihat di film bokep aku praktekkin semuanya. Aku kemudian menyusu ke dia.
"Lu yakin nggak pernah ML?" tanyanya.
"Nggak lah, lihat bokep sih berkali-kali," kataku.
"Ohh...Izz...enak banget. Empengin aku...iya...gitu...ohhh....putingku gatel banget," katanya.
Aku menjilati dan mengenyotnya. Ia gelagapan sekarang. Ia ingin lagi dan lagi. Aku remas dadanya itu, entah apa yang ia rasakan. Tapi yang pasti dia keenakan. Aku kemudian menciumi perutnya, pusarnya, lalu ke selakangannya.
"Iiiizzz....ohhh...!!" ngeluhnya.
"Kakak nggak apa-apa?" tanyaku.
"nggak apa-apa, terusin! Terusin!" katanya.
Aku melihat bagian privasinya sekarang. Rambutnya sedikit, tapi memeknya sungguh sangat indah. Bibirnya berwarna pink, tak ada cacat. Aku mencium bau aneh. Sedikit amis. Dan di situ lendirnya banyak. Aku penasarn dengan rasanya. Aku pun menjilati bibir memeknya. Tiba-tiba pantat kakakku gemetar.
"Izz...kamu apain itu koq enak banget?" tanyanya.
"Aku cuma giniin koq kak," aku ulangi perbuatanku.
"OHHHH.....iizzz, aku keluaarrrr.....!!!" katanya.
Pahanya menekan kepalaku dan pantatnya terangkat ke atas. Bergetar tubuh Kak Putri untuk beberapa saat. Setelah itu aku duduk di sampingnya.
"Lakuin sekarang Iz!" pintanya.
"Kakak yakin?"
Kak Putri menatapku sayu dengan tampang memohon. Ia lalu mengangguk. Aku kemudian menekuk kakinya, aku berlutut, memposisikan senjataku tepat di lubang kemaluannya. Baru ujungnya yang bertemu Kak Putri sudah menjerit.
"Aaahhh....Izz...nikmat banget. Kontolmu itu diapain sih?? enak banget," katanya.
"Cuma disunat doang kak, nggak ada apa-apa," kataku.
Kedua kakinya kini berada di pinggangku. Aku kemudian mendorongnya perlahan-lahan. Aoouuuhhh..mulai masuk, memeknya udah becek. Gila baru setengahnya aja rapet banget. Kak Putri melengkungkan badannya. Aku kemudian menarik kemaluanku, kemudian kudorong lagi, tarik dorong, tariikk dorooong.....akhirnya semuanya masuk. Batang kemaluanku benar-benar seperti diremas-remas. Entah sengaja atau tidak kak Putri menggeliatkan badannya kiri atau kanan. Aku kemudian ambruk ke atas tubuh Kak Putri. Aku bertumpu dengan kedua tanganku sambil memeluknya. Tanganku kini ada di punggungnya.
"Iz...penis lo, uuhhh..penuh banget. Sampai nyentuh rahimku...ouuuhh!" katanya.
"Enak banget kak, seperti diremas-remas," kataku.
"He-eh, goyang dong. Yang lembut ya, aku ingin merasakan semuanya," katanya.
Entah kegilaan apa ini, yang jelas kami berdua bercinta dan benar-benar ingin merasakan kenikmatan bersama. Pantatku bergoyang naik turun. Dan pinggul Kak Putri berputar-putar seperti mengobok-obok penisku. Dan tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang sangat gatal di ujung penisku. Sesuatu yang ingin sekali menyeruak keluar.
"Kak, kayaknya aku mau sampe," kataku.
Tiba-tiba pinggangku dicubit dengan sangat keras.
"Aaaaahhh!" jeritku.
"Ntar dulu!" katanya. "Sedikit lagi"
Entah kenapa tiba-tiba pejuhku nggak jadi keluar. Kak Putri kembali memutar-mutar pinggulnya. Aku keenakan lagi. Segera aku goyang lagi. Makin cepat dan makin cepat.
"Iz, keluarin di dalem nggak apa-apa, aku kosong hari ini," katanya. "Sekarang kita keluar bareng yuk, aku mau nyampe nih."
"Kak....ohhh...,"
"Izz...Faizz....enaaaakk....terusss.....ssshhh "
"Ahhh...akhhh....aaaaakhhhh!!!"
"Faiiizzz...oooohhh,...adikku ngentotin mbaknya sendiri....oohhhh...keluar...pejumu....uuuhhhh...a nget Iizzz!!" rancau kakakku.
Spermaku menyembur di rahimnya. Entah berapa kali tembakan yang jelas aku benamkan sedalam-dalamnya penisku di kemaluannya. Tak kucabut hingga spermaku habis ditelan oleh kemaluan kakakku. Nafasku terengah-engah. Aku cium kakakku berkali-kali. Wajahnya terlihat puas. Perlahan-lahan aku mencabut penisku...PLOP, sebuah bunyi lucu terdengar ketika seluruh batangku keluar dari sarangnya. Spermaku meleleh dari lubang memek kakakku itu.
Dia meringkuk, menikmati sisa-sisa orgasme yang menyerangnya tadi. Aku berbaring di sampingnya. Kak Putri memejamkan matanya. Aku mendekat di samping tubuhnya dan memeluknya.
"Kak?!" panggilku.
"Ya, ada apa?" tanyanya lemas.
"Jangan kita ulangi lagi ya," kataku.
"Kenapa?"
"Aku takut kak, ini nggak bener, masa' kakak sendiri aku gituin? Ntar klo hamil gimana? berabe kan?"
"Biarin ajah, nggak usah dipikirkan!"
Kak Putri lalu memelukku, Kini kami berguling dan dia ada di atas tubuhku. Menyandarkan kepalanya di atas dadaku. Ia membelai dadaku. Setelah itu suasana hening sejenak. Aku hanya menatap langit-langit kamar. Sambil sesekali mencium kepala kakakku. Entah kenapa aku hari itu ada perasaan khusus kepadanya, seperti takut kehilangan dirinya. Sesuatu perasaan yang aneh. Kak Putri lalu beringsut ke atas, hingga kini kepalanya sejajar dengan kepalaku.
"Kamu marah ya?" tanyanya.
"Nggak, kenapa?"
"Habis, kamu diem. Nggak usah khawatir. Aku rela koq kalau kamu yang melakukannya. Aku sudah sejak dulu suka ama kamu Faiz. Aku mungkin juga cinta ama kamu. Memang ini kaya'nya aneh, kakak cinta ama adiknya sendiri tapi aku tak bisa menyembunyikannya. Awalnya aku menampik semua perasaanku. Aku pun punya pacar, tapi akhirnya ketika kemarin aku tahu dia selingkuh hilang sudah kepercayaanku ama cowok."
"Kemarin waktu aku anter ke tempat kost cowok itu?"
"Iya, waktu aku ke sana aku mergokin mereka berdua sedang empot-empotan di atas ranjang, bete' merasa dikhianati."
"Tapi, kak. Aku tak bisa mencintai kakak. Aku tetap menganggap kakak sebagai kakakku, sebagai saudara."
"Nggak apa-apa. Aku tak mengharapkan balasan dari cintamu Faiz. Aku sepertinya punya kelainan. Suka ama saudara sendiri. Terutama kamu."
Kak Putri mencium bibirku lagi. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang. Bingung. Senang sih punya kekasih seperti Kak Putri, tapi dia saudaraku sendiri. Apalagi apa yang kami lakukan ini tabu di masyarakat.
"Faiz, janji kepadaku!" katanya.
"Janji apa?" tanyaku.
"Kau jangan ceritakan ini kepada siapapun!" katanya.
"Iyalah, masa' aku ceritain? Gila apa?" kataku.
"Makasih, sama satu lagi!" katanya.
"Apa?"
"Kalau kamu kepengen, silakan aja bilang ke aku. Aku hari ini menganggapmu sebagai pacarku. Kan kamu baru patah hati, jadi nggak apa-apa kan? Anggap aja aku sebagai pacar."
"Nggak ah, kamu tetep kakakku!" kataku bersikeras.
"Udahlah pliiiss...kamu tak tahu rasanya dikhianati sih!" Kak Putri tiba-tiba menangis. "Sakit tahu. Plis ya, aku tak mau seperti ini terus. Kamu yang bisa bikin aku kuat Iz."
Aku tahu ini salah, tapi...kakakku butuh bantuan aku sekarang dan hanya aku yang bisa menenangkan dia. Jadi pacarnya? Rasanya sedikit absurd, tapi aku pun berkata, "Ya sudah, aku bersedia."
"Terima kasih adikku!" kak Putri menciumku lagi.
Aku menghela nafas. Kami tetap berpelukan. Malam kian dingin dan larut. Tak ada lagi suara di kamar Kak Putri. DIa pun mematikan lampunya, kami sekarang dalam kegelapan. Selimut tebal telah menutupi tubuh kami. Malam ini aku tidur di kamar Kak Putri. Kamarnya rapi, ada beberapa poster Hello Kity di dindingnya bisa kulihat poster itu menyala dalam gelap. Aneh anak ini. Aku tak bisa tidur. Dalam benakku selalu terbayang Vira. Kalau Vira tahu apa yang aku lakukan dengan Kak Putri hari ini ia pasti bakal marah.
Aku melihat ke arah Kak Putri, matanya masih terbuka. Ia juga tak bisa tidur rupanya.
"Kau tak bisa tidur?" tanyaku.
"Iya," katanya.
Aku entah kenapa iseng aja, memencet-mencet putingnya. Payudaranya yang montok itu aku remas-remas dengan lembut. Ternyata remponanku itu bereaksi. Suara keluhan mulai terdengar lagi.
"Faiz, kalau kau gituin enak banget, uuuhhhh....ssshhh," katanya.
Aku kemudian menyusu ke susunya lagi. Ronde dua pun dimulai. Lagian baru saja perjakaku hilang ama kakakku sendiri. Aku kemudian beranjak ke atas dan aku lumat bibirnya yang seksi itu. Lehernya yang jenjang pun aku hisap.
"Faiz, Jangan keras-keras. Aku tak mau kelihatan cupang besok pagi," katanya. Aku pun menurut. Kuhisap lembut lehernya. Kak Putri melenguh lagi. Ia meremas rambut kepalaku.
Tiba-tiba kak Putri langsung berguling di atas tubuhku.
"Ganti posisi yah," katanya.
Aku menurut saja. Dia lalu berjongkok di atas selakanganku. Penisku dikocok lembut, karena sudah tegang lagi dan keras. Ia pun menduduki penisku dan benda panjang besar itu meluncur masuk ke memeknya yang masih seret rupanya.
"OOhh...Faiz, enak banget!" katanya.
Kak Putri kemudian bergerak naik turun. Dia bertumpu kepada perutku dan sesekali mengusap dadaku. Tanganku bergerak ke atas, ke dadanya dan kuremas-remas dua bongkah payudara putih yang menggiurkan itu. Kak Putri goyangannya sangat pro, sesekali ia berputar-putar, mengakibatkan penisku seperti dikocok dan diobok-obok. Cukup lama Kak Putri ada di tas dengan posisi seperti itu. Hingga kemudian ia sedikit mengubah posisi.
Tanpa mencabut penisku, kak Putri memutar badannya sehingga membelakangiku. Penisku serasa dipelintir, tapi nikmat. Dan aku kini hanya melihat tubuh bagian belakangnya dari pantatnya hingga punggungnya. Rambutnya yang panjang tergerai. Dan Kak Putri pun bergoyang. Aku seperti menyetubuhinya dengan gaya doggy style. Aku pegang pantatnya dan sesekali memukulnya. Kak Putri menjerit.
"Nakal kamu Iz!"katanya.
"Kak, enak banget!" kataku.
"Kakak mau nyampe lagi," katanya.
Kak Putri menghentikan aktivitasnya dan beristirahat. Ia lalu mencabut penisku. Perlahan-lahan dengan merangkak ia berbaring di sebelahku. Aku kemudian bangkit. Aku menindihnya dari atas sedangkan dia tengkurap. Kuposisikan penisku ke memeknya dari belakang. SLEB!
"Aww...Faiz,....entotin kakak yah?" katanya.
"Iya kak, Faiz ngentot kakak sekarang," kataku.
Kugoyang pantat kakakku ini. Ohh...nikmat sekali. Aku naik turun memacu penisku dengan kecepatan tinggi. Penisku sudah ingin segera meledak keluar. Kak Putri sepertinya juga merasakannya.
"Terus Izzz.....keluarin! ayoo...aaaahhh!!!" katanya.
Dan spermaku pun keluar di memeknya. Kuhujamkan sedalam-dalamnya. Akhirnya aku pun lelah, ambruk di sebelahnya. Nafasku terengah-engah lagi. Kami lalu tidur sambil berpelukan setelah menghabiskan dua ronde dengan penuh kenikmatan.
***
"Putri??!!" panggil bunda.
Aku terbangun, kaget karena aku tak melihat kamarku. Aku baru tersadar kalau aku ada di kamar Kak Putri ketika aku melihat ia sedang tidur dan menggeliat di atas dadaku. Ia pun bangun. Matanya melihatku, lalu dengan ekspresi terkejut dia menutupkan telunjuk ke bibirnya.
"Putri!!? Ini sudah jam sembilan lho. Nggak pergi kuliah?"
"Iya bunda, aku kaya'nya di rumah aja deh. Lagi males pergi ke kampus," jawabnya.
"Lhoo, koq gitu. Kuliah itu bayarnya mahal nak. Nggak boleh seperti itu. Nanti kamu dimarahi ayah lho," kata bunda.
"Iya iya," kata Putri.
"Sarapannya ada di meja makan. Sebelum makan mandi dulu!" kata bunda.
"Iya bunda, iyaaa!" kata Putri.
Lalu terdengar suara langkah beliau meninggalkan pintu kamar.
"Gila, hampir copot jantungku!" kataku.
Kak Putri malah ketawa cekikikan. Ia kemudian bangun dan menuju ke kamar mandi yang memang ada di dalam kamar tidurnya. Aku bergegas menyusulnya. Entah mungkin karena melihat kesemokan pantatnya sehingga aku horni. Aku segera sergap kak Putri di kamar mandi. Ia pun mengerti maksudku.
"Ih, bangun tidur langsung nyosor," katanya.
"Biarin, mumpung gratis!" kataku.
Kepalaku digetok pake gayung.
"Biarpun gratis aku bukan cewek gampangan lho!" katanya.
Aku langsung menciumnya. Ternyata kak Putri itu lemah dengan ciuman. Ketika aku lumat bibirnya sudah lemas. Seolah-olah memasrahkan dirinya untukku. Aku kemudian memepet dirinya, kudorong tubuhnya hingga menempel ke tembok. Tangannya memeluk leherku. Kuangkat kaki kirinya dan aku memasukkan penisku yang sudah On. BLESS...nggak susah. Apa mungkin karena Kak PUtri juga horni? Segera aku genjot dia. Kami berpelukan erat.
"Ohh..Faiz...hmmhh...."
"Kaakk...ohhh...!"
Di kamar mandi itu pun aku akhirnya bercinta lagi dengan kakakku. Dengan posisi seperti itu saja aku sudah benar-benar bisa ejakulasi di dalam memeknya. Kami akhiri pagi itu dengan mandi bersama. Otomatis acara mandi kami penuh nafsu. Berisi belaian, ciuman, rabaan, setelah itu kami berpakaian. Aku pun kembali ke kamarku. Hari ini bolos sekolah ah.
(bersambung......)
No comments for "Anak Badung Season 2 Bagian.03 [Curhat ke Kakak]"
Post a Comment